HAPPY READING...
***
Akira duduk di depan meja rias. Di belakangnya sangat ibu sedang menata rambutnya dengan sebuah jepit rambut yang sangat indah.
"Ibu... kepala Akira pusing..." keluh Akira kepada ibunya.
Ia tidak terbiasa mengikat rambutnya seperti itu.
"Diam! jangan banyak mengeluh..." sela ibunya.
Sungguh anaknya itu selalu membantah apa yang ibunya katakan.
Malam ini mereka akan menghadiri jamuan makan malam di rumah salah satu teman Ayahnya.
Tentu saja Ibu Arum meminta anaknya untuk berdandan agar menarik dan terlihat cantik, walaupun tanpa berdandan pun Akira memang lah gadis yang cantik dengan rambut sebahunya.
Tapi ini semua mereka lakukan karena ada hal terselubung. Ya, lebih tepatnya untuk mempertemukan anak-anka dari mereka.
"Sudah siap?" tanya Ayah Adam telah berada di ambang pintu kamar putrinya. Mengamati apakah kedua wanita di dalam sana sudah siap atau belum.
"Bentar Yah... ini tinggal memberi Lipstik pada putri kita..." jawab Ibu Arum dan mempercepat pekerjaannya.
Dengan cekatan Ibu memberikan lipstik berwarna merah muda pada bibir Akira agar tidak terlihat pucat.
"Ini berlebihan Bu..." protes sangat anak.
Akira beberapa kali mengerucutkan bibirnya karena merasa tidak nyaman apalagi bibirnya terasa begitu tebal dari biasanya.
"Cantik kok..." puji Ayah Adam yang tiba-tiba telah berada di belakang Akira.
Putrinya itu terlihat sangat cantik malam ini.
"Ayo..." ajak Ayah Adam.
Akira berjalan sambil beberapa kali mengamati gaun yang ia kenakan. Gaun berwarna Peach dengan panjang sampai di lututnya.
Tapi bukan itu masalahnya, tapi lengan pendeknya lah yang membuat Akira sedikit tidak nyaman. Malu lebih tepatnya.
Ayah Adam menyuruh istri dan anaknya masuk ke dalam mobil yang di suruh untuk menjemput mereka lebih dulu.
Setelah mengunci pintu, Adam Adam baru masuk dan mobil itu segera meninggalkan rumah mereka.
Selama perjalanan Akira tidak bersemangat karena makan malam ini akan membosankan karena pertemuan antara orangtuanya dan teman mereka.
Tentu saja ia tidak bisa mengobrol asyik seperti saat bersama dengan sahabatnya.
"Bu, apa dia teman bekerja Ayah?" tanya Akira penasaran.
Karena selama ini Ayah Adam bekerja di sebuah kantor pelayanan Masyarakat, tentu saja teman beliau sangat banyak.
"Tidak, beliau teman Ayah waktu sekolah Dasar dulu..." jawab Ayah Adam.
"Oh..."
Mobil yang mereka tumpangi tak terasa telah tiba di pelajaran sebuah rumah bergaya Eropa yang berwarna putih tulang.
Taman di depan sana juga sangat indah dengan lampu-lampu taman yang menerangi setiap sudut taman.
"Silahkan turun Tuan..." supir yang membawa mobil tadi mempersilahkan Keluarga itu untuk turun.
"Terima kasih..." tak lupa Ayah Adam berterima kasih kepada pria muda itu. Bersama dengan istri dan juga anaknya, beliau berjalan menuju ke rumah milik teman masa kecilnya.
Sepanjang jalan tak henti-hentinya Akira mengagumi rumah yang tergolong sangat mewah itu.
Pintu utama telah dibuka, Akira Ayah dan Ibunya segera menginjakkan kakinya dan masuk ke dalam.
Bahkan setelah memasuki rumah itu, Akira semakin merasa terkejut.
Waw... indah sekali... apakah ini wujud nyata istana seperti di negeri-negeri dongeng?
Inilah pertama kalinya Akira melihat rumah sangat indah sepanjang hidupnya.
Mereka benar-benar kaya... batinnya membenarkan.
"Silahkan duduk Tuan dan Nyonya..." ucap salah satu pelayan rumah itu mempersilahkan keluarga Adam duduk dan menunggu sang pemilik rumah tiba.
Ayam Adam mengangguk dan meminta anak serta istrinya ikut duduk di sofa ruang tamu yang sangat empuk dan juga nyaman.
Bahkan Akira beberapa kali sempat menekan tempat duduknya memastikan kalau sofa yang ia duduki saat ini benar-benar barang dengan kualitas yang sangat bagus.
Tak menunggu berapa lama, sepasang suami istri berjalan dari ruangan dalam tersenyum menyambut kedatangan tamu yang sengaja ia undang beberapa hari yang lalu.
"Selamat datang... maaf ya menunggu lama..." sapa pria berkacamata yang tak lain adalah Johan, pemilik rumah ini.
"Ahh... kami baru saja tiba..." jawab Ayah Adam.
Mereka pun berjabat tangan bergantian kepada Johan dan juga istrinya, Livia.
"Akira Om..."
"Akira Tante..." ucap Akira menjabat tangan Johan dan juga Livia dan memperkenalkan dirinya.
"Cantik sekali..." puji Mami Livia setelah mengamati penampilan gadis muda di depannya.
"Masih sekolah?" kali ini Johan yang bertanya.
"Baru menunggu hasil kelulusan Om..." jawab Akira.
Johan dan istrinya mengangguk. Dalam hatinya mereka sangat menyukai kepribadian Akira yang terlihat sederhana dan juga tidak terlalu manja seperti gadis-gadis lain seusianya.
"Dimana putramu Jo?" tanya Ayah Adam penasaran. Karena sejak tadi anak dari sahabat ya itu tidak terlihat sama sekali.
"Aku sudah menghubunginya... dia masih di jalan karena tadi ada rapat dadakan..."
"Siapa nama putra Anda Nyonya Livia?" tanya Ibu Arum kepada Istri dari Johan.
"Arjun," jawab Livia dengan ramah.
Sejak tadi sore Johan telah meminta putranya untuk segera pulang sebelum jam makan malam tiba. Dan Arjun akhirnya mau walaupun sebelumnya menolak keras pertemuan keluarga dengan alih-alih makan malam bersama itu.
Johan dan istrinya memang sedang gencar-gencarnya mencari calon pendamping hidup untuk putra semata wayangnya itu. Apalagi usia Arjun yang sebentar lagi akan menginjak angka 28 tahun, tentu saja Ibunya sangat khawatir tentang hal itu. Mami Livia takut kalau Arjun menjadi bujang lapuk yang tidak laku.
Padahal teman-teman arisan Mami Livia banyak yang sudah memiliki cucu bahkan ada yang sampai 2. Hanya Mami Livia yang belum mempunyai cucu dari anaknya.
Hal itulah yang membuatnya merasakan sedih dan seringkali merengek kepada suami dan tentu saja pada Arjun juga.
Saat sedang asyik berbincang-bincang, salah satu pelayan rumah itu datang dan memberitahu kalau makan malam telah siap.
"Ayo kita makan malam dulu... putraku pasti akan segera tiba sebentar lagi..." ucap Johan mengajak tamunya untuk segera menuju ke ruang makan.
Johan merangkul bahu Adam dan berjalan menuju ke ruang makan diikuti oleh Livia, Ibu Arum dan juga Akira di paling belakang.
Mereka duduk di kursi dengan bentuk memutari meja yang telah terhidang aneka masakan di atasnya.
waw... sepertinya enak semua... batin Akira bicara. Bau masakan itu membuatnya menelan ludah beberapa kali.
"Ayo silahkan di nikmati, jangan sungkan-sungkan..." ucap Livia mempersilahkan.
"Emm... enak sekali... apa semua ini masakan Anda Nyonya?" tanya Ibu Arum kepada Mami Livia.
Yang ditanya hanya tersenyum dan merendah, "Tentu saja tidak... saya hanya membantu saja..."
"Semua ini masakan istriku... Livia memang hobi memasak..." ralat Johan dan memamerkan kelebihan istrinya itu.
"Akira juga pandai memasak..." ucap Ibu Arum tak mau kalah.
"Benarkah? wah... kita punya hobi yang sama ya. Kita akan sering-sering masak bersama..." ucap Mami Livia antusias. Sedangkan Akira malah kebingungan dengan ucapan wanita itu.
Masak bersama? apa Anda meminta saya untuk bekerja disini? di istana ini?
Haha... baguslah... setidaknya kau akan punya pekerjaan setelah lulus sekolah...
"Iya Tante..." jawab Akira semangat.
Semua orang yang duduk di meja makan pun tersenyum dengan jawaban Akira tadi.
Mereka yakin kalau rencana mereka benar-benar akan berhasil.
Saat semua orang masih sibuk menikmati makan malamnya, Tiba-tiba seorang pria dengan jas hitam mendekati ruang makan dan berkata,
"Maaf semuanya... saya terlambat..." ucap pria yang tak lain adalah anak dari sang pemilik rumah.
Akira sejenak mengangkat pandangannya demi melihat seperti apa anak dari Johan. Tapi baru menatapnya saja, Akira langsung tersedak dan terbatuk-batuk.
"Uhuukk..." Akira terkejut dengan mata yang membulat sempurna.
***
Hai tinggalkan Like dan Komentar Ya...
See You next time...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Syhr Syhr
mampu kak.
2022-01-03
0
Sanjani
aku baca sampai sini dulu kak
2021-12-08
1
@sulha faqih aysha💞
di kejar ga ketemu eh pas ketemu nya di rumah🤣🤣🤣
2021-12-04
1