HAPPY READING...
***
Arjun tersenyum dengan semua ucapan gadis yang masih terlihat bocah di sampingnya itu. Dari yang terlihat sejak beberapa menit yang lalu, Arjun maupun Akira benar-benar sangat berbeda. Tidak ada sedikit pun faktor yang sama dari mereka.
"Jadi usia Lo baru menginjak 17 tahun?" tanya Arjun memastikan.
"Hm," jawab Akira asal. Toh tidak ada faedahnya ia menanggapi semua pertanyaan dari pria yang baru dikenalnya saat ini.
"Pantas saja..." celoteh Arjun hingga membuat Akira mengalihkan pandangannya menatap pria itu.
Akira bingung dengan ucapan Arjun, tapi ia tau kalau kata itu adalah sebuah ejekan yang terlontar khusus untuknya. Ucapan yang di cerna sebagai bentuk ejekan untuk Akira.
Akira masih memandang Arjun dengan penuh rasa penasaran.
Hingga membuat Arjun sadar bahwa gadis di depannya itu memang butuh sebuah penjelasan lebih detail lagi.
"Tuuu... pantas belum mengembang!" tunjuk Arjun dengan ekor matanya ke arah dada Akira dan setelahnya tertawa dengan sangat kencang.
Dasar bocah! ucapnya dalam hati.
Akira kembali menutupi bagian dadanya dan mengumpat beberapa kali. Lebih tepatnya mengumpat karena sikap Arjun yang terlalu vulgar. Si*lan! Mati saja Kau!
"Kenapa? kamu mengumpatiku?" tanya Arjun tak terima.
"Aghh... lupakan," jawab Akira dan segera bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Taman.
"Hei! mau kemana Lo? Lo tidak ingat dosa yang Lo lakukan kemarin?" tanya Arjun dari belakang. Tapi Akira tidak peduli, gadis itu tetap berjalan meninggalkan Arjun di belakangnya.
Ck... dosa? memang apa yang gue lakukan? gue tertawa dengan mulut-mulut gue sendiri... Akira bicara dalam hatinya.
Sedangkan Arjun terpaksa mengejar gadis itu.
Hingga mereka telah sampai di dalam rumah mewah milik keluarga Arjun.
"Kalian sudah bicara banyak hal?" tanya Mami Livia yang penasaran.
Sejak tadi beliau juga beberapa kali melihat kalau putranya dan Akira terlihat sangat akrab di taman. Apalagi Arjun juga tadi sempat tertawa lepas.
Sedangkan Papi Johan dan Ayah Adam saling melihat dengan tatapan penuh arti.
Tanpa diketahui Arjun dan Akira, mereka membicarakan tentang perjodohan. Dan setidaknya rencana mereka berjalan lancar karena Arjun maupun Akira terlihat serasi dan tidak keberatan sama sekali.
Akira duduk di samping ibunya, begitu pula Arjun yang duduk di samping Papi Johan. Sesekali mata Arjun mencuri-curi pandang kearah gadis di sebrang nya.
"Baiklah kalau begitu, kami ijin untuk pulang..." ucap Ayah Adam mengutarakan niatnya.
Malam semakin larut dan sudah lumayan lama mereka berada di sini.
"Sebenarnya aku ingin kalian semua disini lebih lama, tapi mau bagaimana lagi..." sesal Johan.
Rasanya waktu begitu cepat berputar. Inilah yang ia rasakan saat ini. Padahal Keluarga Adam sudah berada di rumah ini setelah magrib tadi. Dan saat ini sudah masuk pukul 10 malam.
"Akira... sering-seringlah main kesini..." ucap Mami Livia sekedar untuk mengakrabkan diri dengan calon menantunya itu.
"Iya Tante," jawab Akira asal. Walaupun mana berani dia datang lagi ke rumah ini karena ada pria yang sangat tak bersahabat di depannya.
Dalam hatinya, Akira bahkan tidak ingin lagi datang ke rumah ini.
"Baiklah, kami kabari lagi nanti..." ucap Papi Johan memutuskan. Setidaknya ia akan membicarakan dengan Arjun dulu dan setelah itu merek akan mendatangi rumah Ayah Adam di kemudian hari.
Akira, Ayah dan Ibunya segera bangkit dari duduknya. Sama seperti saat pertama kali datang, mereka menjabat tangan semua orang secara bergantian.
"Akira pulang dulu Tante..." ucap Akira sambil memeluk tubuh wanita yang seusia dengan ibunya.
"Iya... Hati-hati sayang," jawab Livia.
Melihat Akira, ia seperti memiliki seorang anak perempuan yang dulu sangat diidamkan.
Tapi takdirnya hanya memiliki seorang anak laki-laki saja. Walaupun begitu, Livia sama sekali tidak menyesali hal itu. Toh pada akhirnya ia juga akan memiliki seorang anak perempuan walaupun statusnya menjadi menantunya.
***
Setelah kepulangan Keluarga Adam, Papi Johan meminta Arjun masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Ada apa Pi?" tanya Arjun setelah mendudukkan tubuhnya di sofa yang berada di dalam ruang kerja ayahnya.
Bukan hanya Ayah dan anak saja, Mami Livia juga berada di sana.
"Bagaimana menurutmu tentang Akira?" tanya pria berkaca mata itu.
Setidaknya Johan hanya ingin tau bagaimana Akira di mata anaknya.
"Gadis tadi? Ya... biasa saja..." jawab Arjun.
Walaupun pada kenyataannya Arjun tidak terlalu tertarik dengan gadis yang usianya jauh dengan usianya. Bukan hanya usianya saja, Arjun juga tidak tertarik dengan wajah maupun tubuh Akira yang menurutnya biasa-biasa saja.
Lebih tepatnya Akira bukanlah tipe Arjun.
"Biasa gimana sih Jun? Akira gadis yang cantik juga sangat ceria..." ucap Mami Livia tak terima dengan penilaian Arjun barusan.
"Papi sudah memutuskan semua nya..." menjeda kalimatnya, Papi Johan perlahan mengamati anaknya.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, kamu tetap akan menikah dengan Akira... putri Om Adam tadi,"
Arjun seketika membulatkan matanya. Menikah? dengan gadis yang tidak aku sukai?
"Tapi Pi..." protes Arjun.
Hal ini sangat keterlaluan bukan? mana bisa Papi Johan dengan seenaknya sendiri mengatur masa depan anaknya tanpa mendengar apakah anaknya suka atau tidak dengan keputusan itu.
Apalagi Arjun baru melihat gadis itu sekali saja. Mana bisa ia hidup dengan perempuan yang sama sekali belum ia kenal sebelumnya. Bagaimana sifatnya, bagaimana kelakuannya, Arjun sama sekali tidak tau.
"Mami yakin sayang, Akira pantas menjadi istrimu... dia gadis yang sangat baik. Keluarganya juga baik... apa kurangnya sih?" tanya Mami Livia.
"Katanya kamu tidak suka dengan gadis yang Mami kenalkan sebelumnya karena merek sangat manja? Akira tidak seperti itu sayang... keluarganya mendidiknya dengan sangat baik." tambah Mami.
"Iya Mi... Arjun tau hal itu. Tapi... bukan Akira juga... gadis itu masih terlalu muda... dia bahkan belum resmi lulus dari SMA," jawab Arjun menjelaskan kepada orangtuanya.
Melihat Papinya, Arjun kembali bersuara... "Dia juga akan meneruskan sekolahnya bukan?"
"Kata Adam, Akira tidak suka belajar... dia bahkan tidak berniat untuk kuliah setelah lulus...".
Arjun kembali terkejut dengan penuturan ayahnya barusan.
Di jaman sekarang masih ada gadis seperti itu? Apa dia Bodoh? bagaimana Papi bisa mencarikan istri yang bodoh untuk anaknya?
Itu sama saja hukuman buatku!
"Tidak, Arjun tidak mau perjodohan ini... setidaknya Papi harus memastikan dulu sebelum bertindak. Gadis bodoh itu mana bisa menjadi menantu keluarga ini? Papi ingin seluruh negeri menertawainya?" ucap Arjun menggebu-gebu.
"Pemikiran mu sangat tidak masuk akal Jun... kamu hanya melihat 1 kekurangannya saja tanpa melihat begitu banyak kelebihannya yang tertutup..."
Arjun masih tak paham dengan apa yang dikatakan ayahnya itu.
Kelebihan apa?
"Papi tidak mau tau, setelah waktunya pas... kita akan melamar Akira... siapkan dirimu..." ucap Papi Johan tak dapat di bantah lagi.
Arjun masih terdiam seorang diri di dalam ruangan itu setelah kepergian Papi dan juga Mami nya. Memikirkan semuanya dengan dada yang bergemuruh menahan kemarahan.
Karena bukan ini yang dia mau.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Nindira
Arjun,kata orang tua dulu mah Cinta itu bisa nyusul belakangan.Sekarang kamu gak cinta, Akira bukan tipe kamu tapi siapa tahu yang akan terjadi dimasa depan.
2021-12-31
1
Conny Radiansyah
terkadang pilihan orangtua itu benar loh
2021-11-17
1
Bzaa
lanjuttt keun.... 😘
2021-11-15
1