HAPPY READING...
***
Akira yang terbalut dengan gaun panjang berwarna putih tulang turun dari kamarnya menuju ke ruang tamu yang telah di sulap menjadi ruang untuk acara hari ini.
Di bawah sana telah ada banyak tamu yang menanti acara penting kali ini. Ada orang tua Arjun beserta rombongannya dan juga Orang tua Akira dan beberapa paman serta bibinya.
Sepanjang anak tangga, Akira sama sekali tidak berani menatap ke arah orang-orang yang melihatnya. Matanya hanya tertuju pada anak tangga yang ia pijak.
"Wah cantiknya..." gumam Mami Livia memuji calon menantunya itu.
"Dia sangat manis..." tambah Papi Johan.
Apalagi Akira adalah anak dari teman masa kecilnya yang tak lama lagi akan menjadi bagian dari keluarga Pradipta.
Kelak gadis itu juga yang akan melahirkan calon menerus bagi Perusahaannya.
Membayangkan hal itu saja membuat Papi Johan semakin tidak sabar menjadikan Akira menjadi menantu satu-satunya Keluarga Pradipta.
Ck... mereka berlebihan! ucap Arjun dalam hati tentang penilaian kedua orang tuanya kepada gadis di depan sana.
"Cantik apanya? lihatlah pendeknya dia..." gumamnya pelan tapi masih mampu di dengar oleh kedua orang tuanya yang memang duduk di sisi kanan kiri dimana Arjun duduk.
Hingga Mami Livia menyenggol lengan putranya agar berhenti berbicara seperti itu.
Lantunan musik menjadi pengiring acara siang itu. Dan selama itu pula Arjun maupun Akira saling mencuri-curi pandang satu sama lain.
Bahkan Arjun beberapa kali memutar otaknya. Mengamati apa yang menarik dari gadis itu, tapi tak dapat di temukan sama sekali. Gadis yang menurutnya sangat biasa dan jauh dari tipe wanita idamannya.
Gue bahkan tidak menemukan sedikit saja hal yang membuatnya terlihat cantik...
Agghh... gue akan bosan jika hidup lebih lama bersamanya... keluhnya sama seperti tadi.
Tak terasa acara lamaran itu telah selesai. Semua tamu yang hadir sedang menikmati makanan mereka, termasuk kedua belah keluarga yang sebentar lagi akan menjadi besan. Ya... Papi Johan dan Mami Livia terlihat ngobrol asyik dengan kedua orang tua Akira sambil menikmati makanan di atas meja.
"Pi, Mi... Arjun ingin bicara sebentar dengan Akira..." pinta Arjun meminta ijin.
"Ya, tentu saja Nak... silahkan..." jawab Ayah Adam dan istrinya juga mengangguk setuju.
Walaupun hanya Akira lah yang melotot dengan tampang aneh.
Bicara apa lagi sih? begitu batinnya bicara.
Tanpa aba-aba, Arjun segera tersenyum manis kepada semua orang dan langsung menarik tangan Akira dari sana.
"Eehh... mau kemana?" protes gadis itu.
Selain gaunnya yang sangat ribet, Akira juga kerepotan dengan menyamai langkah kaki pria tinggi yang sedang menariknya itu.
"Jangan banyak bicara!" jawab Arjun ketus seperti biasanya.
Arjun masih menggenggam tangan Akira dengan keras, "Dimana kamarmu?" tanyanya ketika mereka telah berada di ujung anak tangga.
Tapi bukannya menjawab, Akira tetap diam hingga membuat Arjun menghentikan langkahnya dan berbalik demi melihat sosok di Belakangnya yang tidak bersuara sama sekali.
"Lo tuli ya?" tanya Arjun dengan mata melotot sebal.
"Katanya jangan banyak bicara, begitu Gue diam Lo nyolot?" ucap Akira tak terima. Ia benar-benar merasa serba salah berhadapan dengan pria menyebalkan itu.
Terlihat Arjun menghela nafasnya kasar. Bicara dengan bocah yang jauh dari usianya benar-benar membutuhkan kesabaran penuh.
"Dimana kamar Lo?" tanyanya dengan penuh penekanan.
Tanpa bicara, Akira menunjuk ke lantai atas. Tepatnya sebuah pintu berwarna putih dengan lukisan bunga Sakura berwarna merah muda dan hal itu membuat Arjun menegakkan pandangannya mengikuti pergerakan jari Akira.
Sedetik kemudian ia kembali menarik paksa tangan Akira mengikutinya.
"Aduuhhh..." keluh Akira tapi tetap mengikuti langkah Arjun Yang membawanya naik.
"Mau apa?" tanya Akira semakin penasaran.
Sebelumnya tidak ada seorang pria manapun yang berani masuk ke dalam kamarnya. Tapi kali ini, Arjun dengan entengnya ingin kesana. Bahkan tanpa meminta ijin kepada Akira lebih dulu.
Arjun memutar gagang pintu itu untuk membuka kamar di depannya, dan masuk bersamaan dengan Akira.
"Lo gak sopan sama sekali sih!" teriak Akira kesal.
"Kenapa? sebentar lagi kamar ini juga akan menjadi kamar kita bukan?" tanya Arjun tepat di telinga Akira.
Mendengar kata Kita, membuat bulu kuduk Akira meremang. Kata Kita seperti terdengar vulgar untuknya.
Arjun terkejut dengan ekspresi Akira barusan.
Ck... kenapa dia? batinnya bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada gadis itu hingga terlihat sangat syok.
"Lo kenapa?" goda Arjun bahkan dengan seringai menakutkan yang tercipta di sudut bibirnya.
"Gue hanya bilang kata kita saja sudah membuatmu syok seperti itu, bagaimana kalau gue bicara tentang malam pertama yang akan dilakukan pengantin baru setelah resmi menikah... mungkin Lo akan pingsan..." ejek Arjun lebih parah.
Seketika Akira membulatkan bola matanya, Malam pertama? bukannya ia meminta untuk berpura-pura saja?
"Hei!" teriak Arjun mengejutkan Akira dari lamunannya.
Akira langsung menutup dadanya dengan kedua tangan sebagai bentuk refleks nya.
"Lo mikir jorok ya?" tanya Arjun sambil mendorong kening Akira dengan jari telunjuknya hingga membuat Akira sedikit terhuyung ke belakang.
"Lo hanya bercanda kan?" tanya Akira ketakutan. Ketakutan dengan apa yang telah terucap dari bibir Arjun barusan.
"Tentang?" Arjun balik bertanya.
Pria itu segera berjalan menuju ke balkon kamar Akira sambil merogoh rokok dari saku celananya.
Tentu saja Akira mengikutinya dari belakang karena penasaran dengan jawaban Arjun nantinya.
"Kata Lo, kita hanya berpura-pura..." teriak Akira kesal.
Padahal Arjun sendiri yang memberi ide kalau pernikahan mereka hanya kepura-puraan saja.
Tapi tadi pria itu bicara tentang malam pertama yang tentu saja membuat Akira khawatir.
"Pelankan suaramu..." ucap Arjun sambil menutup mulut Akira dengan telapak tangannya.
Arjun tidak mau perkataan gadis itu barusan di dengar oleh orang lain di rumah ini.
"Mmm..." pinta Akira karena tangan Arjun membekap mulutnya dengan sangat kasar.
Dan tentu saja Arjun melepas tangannya.
"Makanya jangan keras-keras kalau bicara..." ucap Arjun memperingati.
"Jadi bagaimana?" tanya Akira memastikan.
"Apanya?" jawab Arjun enteng sambil menghisap rokok yang baru saja ia bakar.
"Tentang malam pertama yang Lo bicarakan," ucap Akira dan saat sadar dengan ucapannya, ia segera menutup mulutnya karena malu.
Arjun tersenyum sambil mengamati wajah gadis di sampingnya, "Lo mau?" tanyanya dengan tampang jenaka.
"Ya enggak lah! stres kali!" jawab Akira.
"Nah... sudah tau jawabannya kan? lagian siapa sih yang ***** sama Lo?" ejek Arjun tanpa dosa sama sekali.
Sial*n! dasar pria brengs*k! umpat Akira dalam hati.
"Gue udah bilang sama Lo kalau ini hanya pura-pura, jadi bersandiwara lah di depan orang tua kita... oke?" ucap Arjun kembali mengingatkan Akira.
"Jadi Lo masuk ke kamar gue hanya untuk merokok?" tuduh Akira dengan jalan pikiran Arjun yang lumayan licik.
Arjun mengangguk dengan tersenyum. Tentu saja ia mengajak Akira naik ke kamar karena ingin menghisap sebatang rokok.
Arjun merasa tidak enak melakukan hal itu di depan banyak tamu di bawah sana.
"Ck...licik!" umpat Akira.
***
Hai... sudah Di Favorit kan belum? Di Favoritkan ya... biar tau Update terbarunya... tengkyu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Elwi Chloe
aciee sekamar
2022-01-29
1
miawies
visual cowonnya sehun ya ka?
btw, salam dari QUEEN OF THUNDEROUS ya, mari saling dukung ka
2022-01-16
1
Maheera Indra
aku mampir tor
2022-01-08
1