NovelToon NovelToon

Di Kejar Pernikahan.

1. Prolog.

HAPPY READING...

***

Akira Wardani. 

Gadis muda yang mempunyai panjang rambut sebahu itu baru saja menjalani UN Sekolah Menengah Atas. 

Akira belum sempat memikirkan untuk melanjutkan sekolahnya karena ia bukanlah siswa yang pintar. 

Jangankan untuk mendapatkan prestasi, gadis berkulit putih itu masuk ke dalam daftar siswi dengan peringkat rendah. 

Itulah mengapa Akira sama sekali tidak berkeinginan untuk Kuliah, dimana otaknya tidak akan pernah berubah dan hanya membuang-buang uang saja. 

Tapi walaupun mempunyai otak yang sedikit dangkal, jiwa kreatifitas Akira sangatlah tinggi. Memasak dan membuat kue adalah salah satu kegemarannya. 

Akira sangat suka berada di dapur untuk membuat sesuatu yang pasti enak untuk dimakan. 

Bahkan ibunya seringkali menjadi orang pertama yang mencicipi setiap hasil masakan putri semata wayangnya itu. 

"Emmm... Enak sekali..." Puji Ibu Arum kepada sepotong Kue hasil olahan Akira yang baru saja keluar dari Oven. 

Yang di puji tentu saja tersenyum penuh kebahagiaan. Akira sangat suka melihat orang lain menikmati hasil masakan yang ia buat dengan penuh rasa cinta. 

"Tentu saja enak... Kue itu sangat spesial Bu... Karena ada banyak cinta dan kasih sayang di dalamnya..." jawab Akira menyombongkan diri. Kelebihan Akira lainnya adalah ia mempunyai mulut yang cukup manis untuk berkata-kata. 

Tapi semua itu percuma untuk Ayah Adam, ayah Akira. 

Beda dengan istrinya yang menerima kekurangan Akira dalam bidang pendidikan, Ayah Adam selalu ingin Akira berubah dan berperilaku sama seperti anak teman-temannya yang selalu hebat dalam segala hal. 

"Percuma saja bakat mu itu kalau tidak bisa masuk ke Universitas sama seperti anaknya teman Ayah..." ucap Ayah Adam ketus yang telah dari mana datangnya, Tiba-tiba telah berada di ujung Dapur. Mengamati 2 perempuan beda usia penghuni rumah itu. 

Akira menghela nafasnya kasar. Selalu itu yang ayah bicarakan... Bisa tidak sih sehari saja tanpa membanding-bandingkan Akira dengan anak lain...? 

Semua anak pasti kesal sama seperti Akira jika dibanding-bandingkan seperti itu. 

Apalagi bukan hanya sekali Ayah Adam berkata demikian, setiap hari! 

Bahkan Akira sudah sangat mual mendengar Kalimat-kalimat yang sama. 

"Akira memang tidak berniat untuk kuliah Yah... Akira tidak terlalu pandai..." protes Akira tanpa tau ekspresi Ayahnya yang telah memerah menahan kemarahan. 

"Makanya belajar!" semprot Ayah Adam hingga membuat Akira terkejut sampai memejamkan matanya. 

Ya salam... Mengagetkan sekali... 

"Kenapa anak orang lain bisa belajar dan pintar dan kamu tidak? Seharusnya kamu lebih giat belajar... Kalian sama-sama makan nasi!" ucap Ayah Adam tanpa jeda sama sekali. 

Bahkan pria berperut buncit itu sudah seperti para emak-emak ketika memarahi anaknya. 

Mendengar ucapan dari sang Ayah, ingin sekali Akira berkata : 

Hei! Anda tidak bisa menyamakan anak Anda dengan anak orang lain hanya karena sama-sama makan nasi... 

Anda saja tidak terlalu pintar, kenapa Anda berkeinginan Saya Sejenius Albert Einstein... 

Tapi Akira tidak punya keberanian untuk mengatakan hal itu, bisa ngamuk ayahnya nanti atau lebih parahnya Akira akan di coret dari daftar Kartu Keluarga. 

"Ayah! Akira tidak bisa belajar sama seperti anak lain... tapi Akira pintar memasak kok..." 

"Kamu mau jadi apa dengan bakat memasak seperti itu? Koki? Koki juga harus pintar berhitung..." jawab Ayah Adam terus saja menyadarkan pemikiran anaknya yang sangat aneh itu. 

Sedangkan Ibu Arum, beliau selalu saja menjadi pendengar antara perdebatan Ayah dan anak itu. 

"Jadi Ibu rumah tangga...hahaha..." jawab Akira tanpa dosa sama sekali. 

Bahkan Ayah dan Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala keheranan. 

***

Arjun Pradipta. 

Di beda tempat.

Dentuman musik memekakan telinga setiap orang yang berada di dalam sebuah tempat bernuansa remang. 

Di tengah ruangan, para wanita dengan gaun kekurangan bahan bergoyang melenggak-lenggokkan tubuhnya seirama dengan musik yang menghentak. 

Bau minuman keras juga menguar memenuhi setiap sudut tempat itu. 

Inilah dunia malam yang tidak pernah sepi setiap malamnya. 

"Telinga gue sakit mendengar ocehan Nyokap..." ucap seorang pria berkemeja biru dengan dasi yang telah mengendor dari lehernya. Dia adalah Arjun, anak tunggal dari Keluarga Konglomerat Johan Pradipta yang merupakan pemilik Perusahaan PT Pradipta yang bergerak dalam bidang produk Rumah tangga.

Perusahaan dengan puluhan anak cabang itu memiliki hubungan yang sangat dekat dengan masyarakat, bukan hanya produk makanan kecil dan snack anak-anak, bahkan kebutuhan pokok yang di butuhkan dalam sebuah rumah tangga pada umumnya. 

Menjadi anak tunggal dimana semua kebutuhan sangat tercukupi, Arjun tumbuh menjadi anak yang manja juga seringkali menghambur-hamburkan harta orangtuanya. 

Keluar masuk Klub malam adalah salah satunya. 

Menenggak minuman keras dengan sahabat-sahabatnya setelah pulang dari pekerjaan yang sangat membosankan setiap harinya. 

"Arjun! Mau berapa lama Mami menunggu seperti ini? Teman-teman Mami selalu membicarakan tentang cucu mereka saat Arisan... Hanya Mami yang belum memiliki cucu..." rengek Mami Livia dengan memasang wajah yang dibuat-buat sedih. 

"Mami juga ingin memamerkan cucu dan menantu Mami kepada teman arisan..." tambahnya. 

"Jadi Mami hanya ingin memamerkannya saja? Kalau begitu jangan ikut arisan lagi..." jawab Arjun heran dengan ucapan ibunya itu. 

Pamer? Memang menantu dan juga cucu pantas untuk di pamerkan oleh ibu-ibu arisan? 

Arisan atau ajang pamer sih? ... 

Arjun kembali menenggak minuman bening di depannya. Mengingat ucapan dari Mami Livia beberapa jam yang lalu membuat kepala Arjun bertambah nyeri. 

"Ya buruan nikah, gitu aja susah..." jawab Dion. Sahabat dari Arjun.

Sedangkan pria yang duduk di hadapan Arjun hanya terdiam sambil sesekali tersenyum seolah mengejek nasib sahabat sekaligus Bosnya. 

Ya... selain bersahabat dengan Arjun sejak SMA, Galih adalah Asisten Arjun di Perusahaan. 

"Nikah? Mana bisa? Gue gak percaya dengan hal-hal begituan!" tolak Arjun. 

Pria yang tidak percaya dengan namanya cinta. Tidak percaya dengan adanya seorang pria yang bisa berkomitmen pada 1 wanita saja sepanjang hidup mereka. 

Bukan berarti Arjun tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan, Arjun juga beberapa kali mempunyai kekasih. 

Tapi hanya sebatas **** dan Kepuasan hasrat saja. Nyatanya Arjun tidak pernah menggunakan perasaannya ketika menjalin hubungan dengan perempuan. 

Ia hanya perlu memanjakan wanitanya dengan barang-barang Branded dan juga uang, dan sebagai gantinya Arjun mendapatkan segala yang ia inginkan dari tubuh wanita itu. 

Tapi beberapa bulan terakhir, Mami Livia selalu saja merengek di depan Arjun untuk segera menikah dan memberikannya cucu. 

Andai saja seorang cucu bisa dibuat dengan menggunakan lumpur, Arjun akan membuat banyak sekali dan memberikannya kepada Mami agar beliau tidak lagi merengek dan berpura-pura sedih. 

Masalahnya, Arjun tidak berniat untuk menikah dengan wanita manapun. Pria itu masih ingin bersenang-senang di usianya yang masih 27 tahun itu. 

***

"Papi telah menemukan gadis yang cocok untukmu..." 

Arjun langsung menghentikan sarapannya. 

"Tapi Pi _" belum sempat meneruskan kalimatnya, Mami Livia ikut bicara. 

"Jangan membantah Jun, dia gadis pilihan Papi... anak dari teman sekolahnya dulu... Kamu pasti suka...". 

Ucapan dari orangtuanya seketika membuat Arjun kembali merasakan mual karena efek dari minuman keras yang semalam ia minum. 

Arjun menghentikan sarapannya dan langsung berlari menuju wastafel untuk memuntahkan isi perutnya. 

"Sial! mendengar saja sudah membuatku mual!" cerca Arjun menatap pantulan dirinya yang tercipta di kaca tepat di depannya. 

***

2. Arjun.

HAPPY READING.

***

Di dalam mobil, Arjun maupun Papi Johan tidak berbicara sama sekali. Papi Johan sibuk dengan Ponsel di tangannya sedangkan Arjun melempar pandangannya menatap jalanan dari balik jendela mobil.

Arjun memang sengaja ikut nebeng menggunakan mobil sang ayah karena kepalanya masih sedikit pening akibat minuman yang ia tenggak semalaman bersama Dion dan juga Galih.

Pejamkan mata saja daripada kena omel lagi nanti, batin Arjun bicara dan langsung memejamkan mata menghindari obrolan dengan Papi Johan yang ujung-ujungnya tentang perjodohan yang dibuat nya tanpa mencari tahu keinginan Arjun lebih dulu.

Benar saja, baru memejamkan mata beberapa detik Papi Johan sudah mulai membicarakan sesuatu, "Jun..." panggil pria berkaca mata yang duduk di samping Arjun.

Terlihat sekali Papi Johan sangat tegas serta berwibawa.

Semua yang beliau ucapkan sellau terdengar begitu menakutkan bagi karyawannya.

"Hm..." jawab Arjun masih dengan memejamkan mata.

Cettaakk...

Sebuah sentilan keras mengenai kening Arjun hingga membuat pria muda itu berjingkat karena terkejut juga sedikit kesakitan.

"Aauuu..." keluh Arjun dengan tampang tak Terima.

"Kamu berani melotot kepada Papi?" tanya Papi Johan tak terima.

Dalam hati ia kesal dengan sikap Arjun yang jauh sekali berbeda dengan nya.

Arjun hampir 90% mirip seperti Mami Livia daripada Papi Johan.

Apalagi istrinya itu terlalu memanjakan anak semata wayangnya hingga Arjun tumbuh menjadi seorang pria yang tidak bisa bertanggung jawab.

Untung saja Arjun lahir dalam keluarga berkecukupan, dimana ia tidak akan pernah kesulitan menjalani kehidupan yang begitu keras saat ini.

Arjun tidak perlu memeras keringat hanya untuk bertahan hidup di Kota besar.

"Maaf Pi..." jawab Arjun melempar pandangannya lagi setelah tak sengaja melotot pada ayahnya itu.

"Kapan kamu punya waktu luang?" tanya Papi Johan.

Setidaknya ia akan mengadakan pertemuan dengan teman sekolahnya dulu dan mengenalkan anak mereka.

Waktu luang? Aahh... Papi berniat mengenalkan putri temannya bukan? Hahaha... aku tidak akan mau... batin Arjun menerka-nerka apa yang sedang Papi Johan telah rencanakan.

"Arjun sibuk Pi..." elaknya.

Karena Arjun memang belum berniat untuk menikah dalam waktu dekat.

"Besok malam?" Papi Johan masih teguh dengan pendiriannya.

Arjun menggeleng, ia akan menyibukkan diri sebisa mungkin agar kedua orangtuanya menyerah.

"Lusa?"

Arjun memejamkan mata. Bukan hanya kesal, telinganya juga seperti berdenging tak nyaman.

"Sudah lah Pi... jangan memaksa Arjun..." protesnya.

"Memaksa? apa salahnya menikah? umurmu juga telah cukup..." Papi Johan meninggikan nada bicara nya.

Semakin bertambah umur, Arjun semakin menjadi anak pembangkang.

"Kapan kamu berubah dewasa dan bertanggung jawab? sering gonta-ganti kekasih... apa kamu tidak malu?"

Arjun mengerutkan keningnya, Malu? Kenapa? toh aku tidak telanjang di depan umum... kenapa harus malu?

"Pokoknya, besok malam siapkan dirimu... Papi mau mengenalkan kamu dengan anak teman sekolah Papi..." ucap Papi Johan telak.

Arjun hendak melayangkan protes, tapi sudah terlambat karena mobil mereka telah sampai di depan Gedung tinggi Pencakar langit bernama Pradipta Group.

Papi Johan turun lebih dulu diikuti oleh Arjun di belakangnya dengan ekspresi kesal. Berjalan beriringan masuk ke tempat itu dan berpisah di dalam Lift karena ruangan ayah dan anak itu memang berbeda.

"Tai!" umpat Arjun dalam Lift yang membawa nya ke lantai dimana ruangannya berada.

Di sampingnya juga berdiri Asisten pribadinya dengan membawa sebuah Tab yang berisi jadwal harian sang Bos.

"Nyambung kek kalau diajak bicara..." protes Arjun kepada Galih yang tidak bereaksi sama sekali sejak tadi.

"Lah, mau nyambung apa? gue kan gak tau masalah Lo?" ucap Galih sewot.

Memang dia paranormal yang bisa membaca masalah yang Arjun hadapi tanpa mengatakannya?

Aku rasa dia sudah tidak waras gara-gara kebanyakan menjelajahi wanita-wanita... ucap Galih dalam hati.

Bagaimana tidak? setiap malam, dirinya harus menemani Bosnya itu masuk ke dalam Klub malam dan pulang sendirian saat Arjun telah mendapatkan mangsa untuk menemaninya tidur.

"Dasar Asisten gak peka!" sindir Arjun kesal. Rasanya ia ingin melahap semua orang pagi ini.

"Lo lagi PMS ya? marah-marah gak jelas... hehe" goda Galih. Walaupun Arjun adalah atasannya, tapi Galih tetap bisa meledek pria itu meski dalam porsi wajar sih.

Karena sebelum menjadi sekarang, mereka adalah sahabat saat sekolah dulu.

Teman nongkrong, membolos dan kenakalan-kenakalan lainnya.

Masa remaja mereka juga sangat mengasyikkan. Dimana Arjun dan Galih seringkali balapan liar hanya untuk memperoleh uang taruhan yang jumlahnya tidak seberapa dengan uang bulanannya.

Tapi, Arjun sangat menikmati itu. Ada kepuasan tersendiri saat ia menang dari lawannya di lintasan balap.

Saat itulah mereka mulai mengenal dunia malam dan juga Klub Malam seperti sekarang ini. Ada satu orang lagi yang sangat dekat dengan Arjun selain Galih, Ya... Dion.

Ketiga pria itu sudah seperti sahabat karib yang tak pernah lepas.

"Lo mau gaji bulan ini gue potong?" ancam Arjun pada Galih. Hingga membuat pria yang diancam berhenti tertawa.

"Yaelah... gitu aja ngancam..." protes Galih.

Sudah sering sekali ia mendapat ancaman seperti itu dari mulut orang yang sama.

Inilah nasib jika bekerja kepada sahabatnya sendiri, salah sedikit akan dipotong gaji bulanannya.

Tapi Galih sama sekali tidak berkeinginan untuk Resign dari Perusahaan yang membayarnya dengan gaji yang lumayan tinggi jika di bandingkan dengan Perusahaan lian.

"Makanya jangan macam-macam..." ancam Arjun bersamaan dengan pintu Lift terbuka.

Mereka berjalan beriringan menuju ke ruangan Arjun. Melewati beberapa Karyawan yang langsung berdiri dan menundukkan pandangan memberi hormat.

"Pagi Sella..." sapa Galih ramah pada Sekertaris yang telah berdiri menyambut kedatangan Bosnya.

Arjun tidak menggubris basa-basi Galih dan langsung masuk ke dalam ruangan.

Bukan hanya Galih, Sella juga masuk ke dalam bersiap untuk membacakan jadwal Atasannya hari ini.

"Selamat pagi Pak..." ucap wanita berbalut seragam kerja berwarna putih. Rambut Sella dibiarkan tergerai dengan ujung yang di Curly indah. Riasan wajah itu juga sangat cantik dengan Lipstik berwarna terang.

Lekukan tubuhnya tercetak jelas di balik kemeja berwarna putih yang ia kenakan. Membuat Galih sedikit menelan ludahnya, tapi Arjun sama sekali tidak keberatan dengan pemandangan di depannya.

Kata demi kata keluar dari mulut Sella yang seksi. Di telinga Galih, semua itu seperti sebuah bait puisi yang sangat indah.

Sial! kenapa dia menggoda sekali sih...

Galih memperbaiki posisi duduknya karena gusar dan semua itu diamati oleh Arjun dan sedikit mengumpat dalam hati melihat kelakuan sahabatnya.

"Itu saja jadwal Anda pagi ini..." Sella sudah membacakan semua jadwal Atasannya.

"Terima kasih, kembali ke pekerjaanmu..." ucap Arjun sedikit menekankan suaranya untuk membuat Sella segera meninggalkan ruangannya saat ini juga.

Hal itu membuat Sella sedikit kecewa. Bukan karena sebab ia kecewa...

Apalagi kalau bukan tanggapan Arjun barusan.

Padahal Sella sudah memilih pakaian yang sangat cocok untuk menggoda atasannya.

Ia juga telah merias wajahnya dengan sangat terampil, tapi Atasannya bahkan sama sekali tidak memandangnya sedikitpun.

Dengan perasaan sedih, Sella berjalan ke arah pintu. Menyentuh gagang pintu sambil cemberut.

Dia tidak menatap ku sama sekali...

"Sella..." panggil Arjun hingga membuat yang di panggil menghentikan langkahnya dan langsung berbalik.

"Ya Pak?"

"Kamu terlihat cantik pagi ini..." pujian lolos begitu saja dari mulut Arjun.

Seketika wajah yang tadinya murung tiba-tiba berubah. Sella tersenyum sangat manis dan menganggukkan kepalanya sesaat.

"Terima kasih Pak..." jawabnya dengan hati yang berbunga-bunga.

Setelah mendapat pujian dari atasannya, Sella keluar ruangan dengan perasaan bahagia.

Bahkan senyum di bibirnya tak juga hilang sampai ia kembali duduk di tempat bekerjanya.

***

3. Taman Bunga.

HAPPY READING...

Jangan lupa Pencet Kolom Favorit ya...

***

Seorang gadis sedang terburu-buru keluar dari dalam kamar mandi. Hanya dengan mengenakan handuk yang terlilit di tubuhnya, gadis itu duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambutnya yang benar-benar masih basah kuyup.

"Gawat... aku bisa terlambat..." gumamnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari Hair Dryer yang mengeringkan rambutnya.

Gara-gara semalaman menonton Drama Korea, Akira jadi terlambat bangun. Padahal hari ini ia telah janjian dengan sahabatnya dan pergi ke suatu tempat.

Setelah rambutnya sudah cukup kering, Akira berlari menuju ke lemari. Mencari pakaian yang akan dikenakannya pagi ini.

Dengan tergesa-gesa, Akira memakai celana Jeans dengan Crop Top berwarna merah muda yang melengkapinya dengan jaket berwarna merah. Tak lupa memakai riasan tipis di wajahnya.

Saat ini Akira masih berstatus sebagai siswi SMA karena belum menerima pengumuman kelulusan.

"Sudah..." ucapnya setelah mengamati penampilannya dari kaca rias di depan sana.

Akira seger a keluar dari kamar dan bersiap pergi.

Akira : [Gue udah di jalan...]

Itulah pesan Akira setelah naik taxi yang di pesannya beberapa saat yang lalu.

Tiara : [Oke,]

Setelah mendapat pesan balasan dari sahabatnya, Akira memasukkan kembali ponselnya dalam tas kecil yang ia bawa.

Hari ini Akira adanya Tiara akan pergi ke suatu tempat yang sangat ingin mereka kunjungi.

Sebuah taman bunga yang resmi di buka beberapa minggu yang lalu.

Sebenarnya mereka hendak pergi saat Taman itu di resmikan, tapi peresmian Taman itu bertepatan dengan Ujian Nasional. Tentu saja Akira memilih untuk mengikuti Ujian daripada pergi.

Hingga hari ini, Akira dan Tiara sepakat untuk pergi bersama.

Tak terasa Taxi yang membawa Akira telah tiba di sebuah Halte. "Terima kasih Pak..." ucap Akira setelah membayar ongkos Taxi itu dan segera turun.

Di Halte, sudah ada Tiara yang sedang duduk dan memainkan ponselnya.

"Sorry telah..." ucap Akira.

Ya, Akira telah setengah jam dari waktu yang telah mereka sepakati kemarin.

Tiara melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Ahh... Gue udah biasa Lo giniin..." kesal Tiara. Bagaimana tidak? Akira selalu saja tidak dapat tepat waktu. Bahkan Tiara pernah menunggu Akira hingga 1 jam lamanya.

"Hehe... maaf..." jawab Akira sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Belum sempat menjawab, sebuah Bis berhenti di halte itu. "Ayo..." teriak Akira dan segera menarik tangan Tiara dan membawanya masuk ke Kendaraan umum tersebut.

Taman Bunga yang akan mereka kunjungi memang berada lumayan jauh dari pusat kota. Perjalanan akan membutuhkan waktu hampir 1 jam lamanya jika menggunakan kendaraan umum seperti ini.

Tapi semua itu tak mengurangi niat bagi Akira dan juga Tiara.

***

Jam makan siang telah tiba. Galih bangkit dari duduknya dan langsung menuju ke ruangan Bosnya berada. "Jam makan siang sudah tiba... mau makan di kantor atau di luar?" tanya Galih pada Arjun yang masih sibuk menatap layar Laptop di depannya.

Arjun langsung menghentikan pekerjaannya dan menatap jarum jam di pergelangan tangan. Benar... sudah waktunya istirahat...

"Makan di sini saja..." jawab Arjun. Tapi tiba-tiba ponsel yang berada di atas meja bergetar mengadakan ada sebuah panggilan yang masuk.

Agghh... kenapa dia menelpon? batin Arjun bertanya-tanya.

"Halo..." ucapnya setelah menempelkan ponsel di telinga sebelah kanannya.

"Aku mau putus..." terdengar suara wanita tiba-tiba hingga membuat Arjun seketika bangkit.

"Kenapa?" tanya Arjun dengan mata membulat.

Entah mimpi apa ia semalam hingga wanita yang selama ini ia manjakan tiba-tiba berkata seperti itu.

"Kamu benar-benar br*ngsek!" umpatan kembali terlontar dari sebrang sana.

"Tenangkan dirimu... Jangan marah, sabar..." ucap Arjun mencoba untuk menenangkan wanita itu. "Coba katakan... dimana kamu sekarang?" tanya Arjun lagi.

"Taman Bunga X"

"Jangan kemana-mana... tunggu aku, oke?" segera Arjun berjalan cepat mendekati Galih yang berdiri dengan tampang penuh tanda tanya dengan apa yang sedang terjadi pada Bosnya itu.

Arjun segera mematikan sambungan teleponnya, "Ayo kita pergi..." perintahnya tanpa bisa dibantah sama sekali.

Walaupun masih kebingungan, Galih menuruti kemauan Bosnya itu dan segera meninggalkan ruang kerja.

"Cepat dikit!" omel Arjun kepada Asisten pribadinya yang menurutnya berjalan sangat lambat.

"Ini sudah cepat..." protes Galih. Mau lebih cepat bagaimana lagi coba? kalau ia punya sayap, tentu saja akan cepat...

Lift membawa Galih dan juga Arjun turun menuju ke lantai dasar gedung itu. Disana ada Papi Johan yang mengamati anaknya.

"Mau kemana Jun?" tanya pria dengan ekspresi tegas.

"Ada sesuatu yang penting Pi..." jawab Arjun tanpa menghentikan langkahnya sama sekali.

"Jangan pergi, nanti ada pertemuan dengan Tuan Baskara jam 2.." cegah Papi Johan.

Pertemuan nanti adalah pertemuan sangat penting bagi Perusahaan.

"Sebentar kok Pi... Arjun pasti kembali sebelum jam 2.." jawab Arjun dan langsung berlari meninggalkan Lantai dasar tempat itu jingga membuat Papinya melongo tak percaya.

Arjun mengendarai mobil yang dikemudikan oleh Galih. Membelah jalanan Ibukota yang cukup panas karena Matahari benar-benar berada di atas kepala mereka.

"Cepat dikit napa?" perintah Arjun ngomel dengan cara mengemudi Galih yang terasa sangat lambat.

"Iya-iya... kemana kita?" tanya Galih. Walaupun sudah pergi meninggalkan Pradipta Group, Galih masih tidak tau kemana tujuan mereka akan pergi.

"Taman bunga X" jawab Arjun sambil menatap jalanan di depannya.

"Lo gila ya? ngapain kesana siang-siang begini?" Tentu saja Galih bertanya demikian. Apalagi ini adalah siang hari, mana ada orang normal yang berada di kebun bunga seperti saat ini.

Yang ada kulit mereka akan terbakar dan berubah menjadi ikan kering.

"Udahlah jangan banyak protes... ini demi aset masa depan Gue..." jawab Arjun kesal karena Galih banyak bertanya sejak tadi.

"Aset masa depan apaan?" gumam Galih pelan tapi masih bisa di dengar oleh Arjun.

Cerewet sekali dia hari ini... cerca Arjun.

Walaupun mobil yang dikendarai Galih melaju dengan sangat kencang, tapi mereka sempat berhenti pada sebuah Toko dengan Brand terkenal untuk membeli sesuatu.

Dan saat itulah Galih baru sadar dengan apa yang tengah terjadi saat ini.

Apalagi kalau bukan untuk menyogok salah satu wanita koleksi Arjun yang tengah merajuk.

Galih sudah sangat hafal sekali dengan hal itu.

Saat wanita koleksi Arjun marah, Arjun selalu merayunya dengan membelikan barang-barang Brand yang harganya cukup mahal.

Dan selalu saja Endingnya mereka berbaikan seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Ck... Gue udah hafal dengan permainannya... ucap Galih dalam hati.

Mobil mereka telah memasuki Area Parkir tempat wisata itu. Galih turun bersamaan dengan Arjun yang terlihat sedang menghubungi seseorang.

"Aku sudah sampai... kamu dimana?" tanya Arjun dengan nada sangat pelan.

Setelah mendapat jawaban, Arjun pun mengangguk dan memberitahu Galih untuk berjalan sesuatu arah yang ditunjukkan.

Dengan membawa Paper Bag berisi barang mahal, Galih berjalan mengikuti kemana perginya Arjun hingga mereka tiba di sebuah Saung yang terbuat dari bambu di pinggir hamparan Kebun bunga dengan aneka jenis dan warna yang berbeda-beda.

"Sayang..." panggil Arjun dengan manis sama seperti sebelum-sebelumnya.

Benar kata orang kalau semua pria memang bermulut manis jika ada maunya. Apalagi kalau sedang merayu seseorang.

Mereka bisa mengeluarkan ucapan-ucapan seperti sebuah bait dalam puisi cinta.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!