HAPPY READING...
***
Di Ballroom sebuah hotel bintang 5, suasana yang biasanya terlihat sunyi berubah sangat ramai. Ruangan telah disulap menjadi sebuah Altar pernikahan dengan dekorasi berwarna putih.
Tidak banyak tamu memang, karena acara ini hanya sebuah pemberkatan untuk pernikahan saja. Bukan sebuah resepsi seperti acara pernikahan pada umumnya.
Tapi walaupun begitu, ruangan itu terlihat sesak oleh tamu undangan yang merupakan keluarga dari kedua belah pihak yang memang sengaja diundang untuk memberikan doa bagi pengantin nantinya.
Di ruangan lain seorang gadis yang mengenakan gaun pengantin berdiri sambil mengamati penampilannya. Dia adalah Akira, calon pengantin wanita nanti.
Akira yang memang tidak terlalu tinggi, kali ini menggunakan High heels untuk sedikit membantunya terlihat sempurna walaupun pada kenyataannya, ia tidak terlalu nyaman.
Tapi ini semua demi penampilannya, bisa dikatakan ini adalah hari dimana hanya terjadi satu kali seumur hidupnya.
"Apa ini tidak terlalu tinggi?" tanya Akira khawatir. Sekarang gadis itu duduk sambil mengangkat gaunnya untuk sedikit melihat sepatu yang di kenakan nya.
"Tidak nona... ini sudah pas untuk anda," jawab salah satu penata rias pengantin.
Wanita itu juga telah memilih kan tinggi High heels yang sesuai dan tidak membuat pengantin wanita merasa kesulitan.
Akira masih khawatir. Ia takut nanti saat berjalan menuju ke Altar pernikahan, tiba-tiba salah mengambil langkah dan terjatuh di depan banyak tamu. Tentu saja itu adalah hal paling memalukan bukan?
"Sudah siap?" terdengar suara dari orang yang sangat Akira kenal masuk ke ruangan itu.
Akira mendongak melihatnya, "Ayah..." panggil gadis itu sangat manja sama seperti sebelum-sebelumnya.
Ayah Adam mendekati putrinya. Beliau tidak menyangka kalau hari ini tiba juga. Hari dimana ia akan dengan ikhlas melepas putrinya untuk menjadi istri bagi pria lain.
Waktu memang berlalu begitu cepat. Dulu Akira masih seorang anak kecil yang selalu ingin di gendong oleh Ayahnya.
Gadis kecil yang selalu merengek ingin dibelikan es krim saat menangis. Gadis kecil yang selalu mengadu kepada ayahnya tiap kali di ejek oleh teman sebayanya.
Semua itu masih terekam jelas dalam ingatan Ayah Adam.
Tapi yang dilihatnya saat ini, putrinya telah dewasa dengan terbalut gaun pengantin yang dulu pernah diimpikan oleh Akira kecil.
"Ayah... Akira ingin memakai gaun pengantin yang cantik saat dewasa..." celoteh gadis kecil berusia 6 tahun.
"Tentu saja... nanti Ayah akan jadi orang pertama yang tersenyum untuk Akira..." jawab Adam kala itu.
Ayah Adam teringat dengan ucapan Akira saat kecil. Saat dimana gadis kecil itu menginginkan sebuah gaun pengantin yang sangat cantik.
Dan sekarang hal itu menjadi kenyataan. Akira di depan matanya benar-benar memakai gaun yang bahkan sangat mahal dan indah.
"Ayah... apa gaunku jelek?" tanya Akira karena sang Ayah menatapnya sejak tadi.
Ayah Adam menggelengkan kepalanya dan duduk di samping putrinya. "Jelek? tentu saja tidak... Putri Ayah berubah seperti Cinderella saat ini..."
Siapa yang tidak bahagia di puji seperti itu, Akira juga merasakan sebuah kebahagiaan dalam hatinya.
Tanpa menunggu sedikitpun, gadis itu langsung menghambur memeluk Ayah Adam.
Bukan tanpa alasan Ayah Adam berkata demikian, karena beliau ingat dengan ucapan Akira saat kecil.
"Akira ingin memakai gaun seperti Cinderella... memakai mahkota dan bertemu pangeran,"
"Tentu saja, nanti Ayah akan pilihkan pangeran yang baik untuk putri Ayah..."
"Iya Ayah... pokoknya yang sama sepeti Ayah, tampan seperti Ayah, baik hati seperti Ayah..." jawab Akira antusias.
Entah kenapa mengingat saat itu membuat mata Ayah Adam menggenang.
"Apa kamu senang nak?" tanyanya pada putri semata wayangnya itu. Ayah Adam khawatir dengan pilihannya. Apakah pilihannya tepat untuk menikahkan putrinya dengan anak dari teman masa kecilnya? begitu hatinya bicara.
Dalam sisi lain hatinya, Ayah Adam takut pilihannya itu akan membuat putrinya menderita. Ia takut Akira akan menderita dengan jodoh pilihannya.
"Kenapa Ayah tanya begitu? Apa Ayah ragu dengan pilihan Ayah sendiri?" tanya Akira walaupun ia sudah tau bagaimana hidupnya setelah menikah nanti. Tapi demi kebahagiaan orangtuanya, Akira akan menjalani hal itu. Menyembunyikan semua yang perlu di sembunyikan nanti hingga yang terlihat hanya sebuah kebahagiaan.
"Ayah hanya takut kamu akan menyesali keputusan Ayah suatu hari nanti..." ucap Ayah Adam dengan jujur.
"Akira akan bahagia Yah..." jawab sangat anak.
Kedua Ayah dan Anak itu saling memeluk. Melepaskan kegundahan hati mereka.
"Jangan menangis, nanti riasan mu akan luntur... bukannya jadi Cinderella, putri Ayah akan berubah jadi penyihir..." goda Ayah Adam hingga membuat Akira yang tadinya menangis berubah tersenyum.
"Ayah..." rengek Akira masih sama seperti waktu kecil.
"Ayo, Arjun telah menunggumu di Altar..." ajak Ayah kepada putrinya karena Pemberkatan akan segera di mulai.
Ayah Adam dan Akira telah bersiap untuk menuju ke ruangan dimana para tamu dan Arjun telah menunggu.
"Ayah..." panggil Akira.
"Hm,"
"Ayah, Akira gugup..." adu Akira. Tiba-tiba saja ia merasa jantungnya berdetak tak karuan.
"Pejamkan matamu dan hembuskan nafas mu sekuat mungkin," perintah Ayah Adam. Setidaknya hal itu bisa membuat putrinya lebih rileks.
Akira menuruti perintah ayahnya, "Huuuhh..."
Benar, ia merasa sedikit lebih rileks daripada tadi.
"Ayah, jaga Akira... jangan biarkan Akira jatuh nanti..." ucap Akira memohon.
"Tentu saja sayang... Ayah akan mengantarkan mu sampai di Altar dengan selamat..." jawab Ayah Adam.
Mereka berjalan di karpet merah dengan tenang. Melewati tamu undangan yang berdiri di sisi kanan dan kiri.
Akira bahkan mendengar beberapa dari keluarga Arjun yang memuji kecantikannya.
Hal itu membuat Akira senang sekaligus malu.
Bahkan Akira tidak menyadari kalau di depan mereka telah berdiri pria tampan dengan Tuxedo berwarna senada dengan gaun yang Akira kenakan.
"Arjun, Ayah serahkan putri Ayah kepada mu. Sayangi dia dan jaga perasaannya..." pinta Ayah Adam kepada menantunya.
"Baik Ayah," jawab Arjun singkat namun tegas.
Ayah Adam mempersatukan tangan kedua pengantin itu. Dan setelahnya Arjun dan Akira berjalan bersama menaiki anak tangga menuju Altar pernikahan.
Pendeta mulai berbicara membimbing mempelai. Suasana di ruangan itu terasa khidmat dengan para tamu undangan yang memperhatikan pengantin di atas sana.
"Sekarang kalian boleh berciuman..." ucap sang pendeta kepada Arjun dan Akira.
Tentu saja Akira terkejut akan hal itu. Astaga! kenapa aku lupa hal ini?
Apalagi menatap Arjun dengan seringai aneh di bibirnya membuat Akira merinding.
Pria itu menyentuh kedua pipinya, Jangan macam-macam! begitu sorot mata Akira bicara.
Arjun semakin memajukan wajahnya yang refleks membuat Akira memejamkan mata dengan tubuh menegang kaku.
Hingga tiba-tiba sebuah rasa hangat tercipta di keningnya cukup lama, dan Akira mulai membuka matanya perlahan.
"Kenapa? Lo kira gue bakal cium Lo di bibir?" goda Arjun.
Gleekk... Akira menelan Saliva nya dengan susah payah karena merasa aneh sekaligus takut dengan tampang Arjun yang entahlah... Akira bingung menjelaskannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Maheera Indra
jejakk ya
2022-01-12
0
Sanjani
aku baca sampai sini dulu kak
2021-12-08
0
Conny Radiansyah
pengen tau bagaimana rumah tangga mereka 🤗
2021-11-17
1