HAPPY READING...
***
Akira duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sedang sibuk berbalas pesan dengan seseorang karena beberapa kali ada bunyi notifikasi yang masuk.
Ketik lagi ketik lagi hingga Akira tidak memperdulikan tatapan dari seseorang di samping sana yang seperti hendak memakannya habis.
Ya... Arjun cukup terganggu dengan bunyi notifikasi dari ponsel Akira karena ia juga sedang bekerja saat ini.
Arjun sedang melihat Email Perusahaan yang masuk ke dalam tablet miliknya.
"Sini ponselmu!" perintah Arjun kesal.
"Kenapa?" bantah Akira.
"Lo tau tidak kalau bunyi ponselmu itu mengganggu...?" tanya Arjun. Sejak tadi Arjun sudah berusaha sabar tapi pada kenyataannya kesabaran seseorang juga ada batasnya.
Dan inilah batas kesabaran Arjun.
"Sini!" ucap Arjun lagi hingga Akira terpaksa menyerahkan benda pipih itu sambil mengerucutkan bibirnya.
Arjun sedikit merampas paksa ponsel itu dan mengubahnya menjadi mode Hening. Dan menyerahkannya kembali kepada pemiliknya tanpa peduli dengan siapa Akira berbalas pesan.
Mereka kembali terdiam dengan kesibukan nya masing-masing.
Hingga tak berapa lama suara pintu di ketuk dari luar, "Buka pintunya!" perintah Arjun tanpa mengalihkan pandangannya dari layar Tablet.
"Isss..." keluh Akira tapi tetap bangkit untuk melihat siapa di luar kamarnya. Akira memutar kunci pintu itu dan membukanya sedikit.
"Makan malam telah siap, Anda dan Tuan Muda di suruh segera turun..." ucap pelayan itu melaporkan.
"Baiklah, kami akan turun... Terima kasih sudah memberi tahu..." jawab Akira sangat sopan.
Pelayan itu mengangguk dan segera undur diri.
"Siapa?" tanya Arjun bahkan sebelum Akira memberitahunya.
"Pelayan memberi tahu kalau sudah waktunya makan malam..." jawab Akira.
Tanpa menjawab lagi, Arjun segera meletakkan Tabletnya dan bangkit.
Tentu saja Akira juga bersiap untuk turun dan makan malam bersama dengan orang tua Arjun.
Ini adalah makan malam pertama bagi Akira setelah resmi menjadi menantu keluarga Pradipta.
Akira mengikuti langkah Arjun menuruni anak tangga. Bahkan pandangannya hanya tertuju pada setiap anak tangga yang di lapisi dengan karpet berwarna cokelat dengan motif bunga.
Akira terus menghitung berapa jumlah anak tangga itu karena penasaran.
"41... 42... 43...Awww.." keluh nya saat kepalanya terbentur punggung Arjun tiba-tiba.
"Kalau jalan bisa pakai mata tidak?" protes Arjun nyolot.
"Lo sih berhenti tiba-tiba..." Akira tentu saja ngeles padahal ia sendiri yang tidak memperhatikan jalannya tadi.
"Ngeles saja... dengarkan gue, nanti kalau Mami atau Papi bicara jawab seadanya saja... jangan berlebihan atau sandiwara kita akan terbongkar... mengerti?" tanya Arjun memastikan kalau Akira paham akan maksudnya.
"Hm," jawab Akira asal. Jangankan untuk berbicara panjang lebar kepada mertuanya, mungkin saat makan malam nanti hanya dirinya lah yang akan merasa sangat canggung.
Arjun melanjutkan jalannya hingga di dekat ruang makan, tiba-tiba pria itu mendekati Akira. Memeluk pinggang gadis itu tanpa sungkan.
"Apa sih!" protes Akira mencoba untuk menepis tangan Arjun.
"Ini salah satu bagian dari sandiwara kita!" ucap Arjun telak hingga Akira tak lagi bisa mencari alasan lain.
Mereka benar-benar memasuki ruang makan dengan berpelukan seperti itu. Tentu saja Mami dan Papi memandangnya cukup terkejut. Itu terlalu menonjol bukan? mereka menerimanya dengan begitu cepat? begitu batin Papi Johan bicara. Padahal dulu Arjun menolak dengan tegas perjodohan itu.
"Malam Pi, Mi..." sapa Arjun. Memundurkan kursi di sampingnya sebagai tempat duduk Akira mulai sekarang.
Dan setelahnya ia ikut duduk di kursi yang yang selalu Arjun gunakan.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Mami Livia penasaran.
"Iya... iyakan Say?" tanya Arjun menatap ke arah istrinya.
"I-iya Mi..." jawab Akira terbata-bata. Bagaimana tidak? tiba-tiba Arjun memanggilnya seperti itu.
Say? Sayang atau Sayur? Gue geli mendengarnya! hati Akira bicara.
Mami Livia mulai memberikan nasi ke dalam piring suaminya, Arjun dan juga piring Akira.
Seperti inilah kebiasaan ibu itu.
"Say, ambilkan paha..." pinta Arjun tapi dengan nada yang cukup aneh. Yang mendengarnya tentu saja tau ada sebuah kecanggungan di dalamnya.
Akira tidak sebodoh yang dikira semua orang. Gadis itu langsung sigap mengambil Paha ayam goreng dan meletakkannya di piring suaminya itu.
"Ada yang lain?" tanyanya sekedar basa-basi.
"Tidak, makasih..." jawab Arjun.
Agghh sial! ini makan malam paling tidak enak... Say? lidah gue seperti hendak terkilir mengatakan kata itu...
Akira mulai makan nasi di piring nya, Say-Say... gue geli mendengarnya! pintar sekali si brengs*k itu bersandiwara...
Walaupun pada kenyataannya nasi yang sedang dikunyah sulit sekali untuk di telan.
***
Setelah makan malam usai, Arjun dan Papi Johan sedang berada di ruang kerja entah membahas apa. Tapi yang jelas Arjun meminta Akira untuk pergi ke kamar lebih dulu. Tentu saja pria itu mengatakan hal itu di depan orang tuanya. Agar Papi maupun Mami tidak mencurigainya.
Akira menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya. Sekarang gadis itu berubah bingung.
Ya... inilah adalah malam pertama Akira tidur di kamar yang sangat asing baginya.
Kamar yang dulu hanya di tempati oleh Arjun kini berubah menjadi kamar mereka berdua.
Bukan karena apa, tapi karena di kamar itu hanya ada 1 ranjang saja. Padahal pada kenyataannya Akira dan Arjun tidak benar-benar menjalani pernikahan normal seperti pasangan lain.
Mereka hanya bersandiwara saja di depan keluarga.
"Gue tidur dimana?" gumam Akira pelan. Tidak mungkin kan dia tidur di ranjang itu? bagaimana dengan Arjun nanti. Apalagi pria itu tidak akan mengalah demi Akira.
Pikiran Akira menjadi bimbang.
Hingga setelah melamun beberapa saat, di kepalanya terlintas sebuah ide yang cukup cemerlang. "Ha..." ucapnya seperti sedang menemukan sesuatu ide yang cukup jenius menurutnya.
Dengan semangat, Akira mengambil sebuah bantal juga guling dan menuju ke sofa cukup besar di samping ranjang. "Ya... sofa ini akan jadi tempat tidurku..." gumamnya pada diri sendiri.
Akira menata bantal dan langsung merebahkan tubuh di sana. Karena postur tubuh nya yang kecil juga tidak terlalu tinggi,
Jangan bilang pendek!! karena perempuan akan marah jika di bilang pendek... bilang saja tidak terlalu tinggi untuk membuatnya senang.. hehe...
untung saja gue tidak terlalu tinggi, jadi panjang sofa ini muat untukku... batin Akira kegirangan.
Tanpa menunggu waktu lagi, segera ia memposisikan tubuhnya miring memeluk guling dan memejamkan mata.
Hingga 10 menit kemudian terdengar hembusan nafas teratur menandakan kalau Akira benar-benar telah memasuki alam mimpi.
Bahkan saat Arjun telah masuk ke dalam kamarnya, hal pertama yang di lihatnya adalah gadis yang tertidur dengan sangat nyaman di sofa kamar.
Ck... tau diri juga dia...
Batinnya melihat Akira yang memilih sofa sebagai tempat tidurnya.
Arjun berjalan menuju ke ruang ganti. Mengganti pakaiannya dengan sebuah piyama berwarna cokelat dan langsung naik ke ranjang.
Semua lampu di kamar itu padam hanya menyisakan lampu kecil di nakas samping tempat tidur.
Baru merebahkan tubuhnya, Arjun langsung menguap. Pria itu sama sekali tidak membuang-buang waktu. Segera ikut memejamkan mata untuk menyambut hari esok.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
semanget yau author ku
2022-02-24
3
Maheera Indra
jjkkk
2022-01-12
0
Conny Radiansyah
masih aman
2021-11-17
1