HAPPY READING.
***
Di dalam mobil, Arjun maupun Papi Johan tidak berbicara sama sekali. Papi Johan sibuk dengan Ponsel di tangannya sedangkan Arjun melempar pandangannya menatap jalanan dari balik jendela mobil.
Arjun memang sengaja ikut nebeng menggunakan mobil sang ayah karena kepalanya masih sedikit pening akibat minuman yang ia tenggak semalaman bersama Dion dan juga Galih.
Pejamkan mata saja daripada kena omel lagi nanti, batin Arjun bicara dan langsung memejamkan mata menghindari obrolan dengan Papi Johan yang ujung-ujungnya tentang perjodohan yang dibuat nya tanpa mencari tahu keinginan Arjun lebih dulu.
Benar saja, baru memejamkan mata beberapa detik Papi Johan sudah mulai membicarakan sesuatu, "Jun..." panggil pria berkaca mata yang duduk di samping Arjun.
Terlihat sekali Papi Johan sangat tegas serta berwibawa.
Semua yang beliau ucapkan sellau terdengar begitu menakutkan bagi karyawannya.
"Hm..." jawab Arjun masih dengan memejamkan mata.
Cettaakk...
Sebuah sentilan keras mengenai kening Arjun hingga membuat pria muda itu berjingkat karena terkejut juga sedikit kesakitan.
"Aauuu..." keluh Arjun dengan tampang tak Terima.
"Kamu berani melotot kepada Papi?" tanya Papi Johan tak terima.
Dalam hati ia kesal dengan sikap Arjun yang jauh sekali berbeda dengan nya.
Arjun hampir 90% mirip seperti Mami Livia daripada Papi Johan.
Apalagi istrinya itu terlalu memanjakan anak semata wayangnya hingga Arjun tumbuh menjadi seorang pria yang tidak bisa bertanggung jawab.
Untung saja Arjun lahir dalam keluarga berkecukupan, dimana ia tidak akan pernah kesulitan menjalani kehidupan yang begitu keras saat ini.
Arjun tidak perlu memeras keringat hanya untuk bertahan hidup di Kota besar.
"Maaf Pi..." jawab Arjun melempar pandangannya lagi setelah tak sengaja melotot pada ayahnya itu.
"Kapan kamu punya waktu luang?" tanya Papi Johan.
Setidaknya ia akan mengadakan pertemuan dengan teman sekolahnya dulu dan mengenalkan anak mereka.
Waktu luang? Aahh... Papi berniat mengenalkan putri temannya bukan? Hahaha... aku tidak akan mau... batin Arjun menerka-nerka apa yang sedang Papi Johan telah rencanakan.
"Arjun sibuk Pi..." elaknya.
Karena Arjun memang belum berniat untuk menikah dalam waktu dekat.
"Besok malam?" Papi Johan masih teguh dengan pendiriannya.
Arjun menggeleng, ia akan menyibukkan diri sebisa mungkin agar kedua orangtuanya menyerah.
"Lusa?"
Arjun memejamkan mata. Bukan hanya kesal, telinganya juga seperti berdenging tak nyaman.
"Sudah lah Pi... jangan memaksa Arjun..." protesnya.
"Memaksa? apa salahnya menikah? umurmu juga telah cukup..." Papi Johan meninggikan nada bicara nya.
Semakin bertambah umur, Arjun semakin menjadi anak pembangkang.
"Kapan kamu berubah dewasa dan bertanggung jawab? sering gonta-ganti kekasih... apa kamu tidak malu?"
Arjun mengerutkan keningnya, Malu? Kenapa? toh aku tidak telanjang di depan umum... kenapa harus malu?
"Pokoknya, besok malam siapkan dirimu... Papi mau mengenalkan kamu dengan anak teman sekolah Papi..." ucap Papi Johan telak.
Arjun hendak melayangkan protes, tapi sudah terlambat karena mobil mereka telah sampai di depan Gedung tinggi Pencakar langit bernama Pradipta Group.
Papi Johan turun lebih dulu diikuti oleh Arjun di belakangnya dengan ekspresi kesal. Berjalan beriringan masuk ke tempat itu dan berpisah di dalam Lift karena ruangan ayah dan anak itu memang berbeda.
"Tai!" umpat Arjun dalam Lift yang membawa nya ke lantai dimana ruangannya berada.
Di sampingnya juga berdiri Asisten pribadinya dengan membawa sebuah Tab yang berisi jadwal harian sang Bos.
"Nyambung kek kalau diajak bicara..." protes Arjun kepada Galih yang tidak bereaksi sama sekali sejak tadi.
"Lah, mau nyambung apa? gue kan gak tau masalah Lo?" ucap Galih sewot.
Memang dia paranormal yang bisa membaca masalah yang Arjun hadapi tanpa mengatakannya?
Aku rasa dia sudah tidak waras gara-gara kebanyakan menjelajahi wanita-wanita... ucap Galih dalam hati.
Bagaimana tidak? setiap malam, dirinya harus menemani Bosnya itu masuk ke dalam Klub malam dan pulang sendirian saat Arjun telah mendapatkan mangsa untuk menemaninya tidur.
"Dasar Asisten gak peka!" sindir Arjun kesal. Rasanya ia ingin melahap semua orang pagi ini.
"Lo lagi PMS ya? marah-marah gak jelas... hehe" goda Galih. Walaupun Arjun adalah atasannya, tapi Galih tetap bisa meledek pria itu meski dalam porsi wajar sih.
Karena sebelum menjadi sekarang, mereka adalah sahabat saat sekolah dulu.
Teman nongkrong, membolos dan kenakalan-kenakalan lainnya.
Masa remaja mereka juga sangat mengasyikkan. Dimana Arjun dan Galih seringkali balapan liar hanya untuk memperoleh uang taruhan yang jumlahnya tidak seberapa dengan uang bulanannya.
Tapi, Arjun sangat menikmati itu. Ada kepuasan tersendiri saat ia menang dari lawannya di lintasan balap.
Saat itulah mereka mulai mengenal dunia malam dan juga Klub Malam seperti sekarang ini. Ada satu orang lagi yang sangat dekat dengan Arjun selain Galih, Ya... Dion.
Ketiga pria itu sudah seperti sahabat karib yang tak pernah lepas.
"Lo mau gaji bulan ini gue potong?" ancam Arjun pada Galih. Hingga membuat pria yang diancam berhenti tertawa.
"Yaelah... gitu aja ngancam..." protes Galih.
Sudah sering sekali ia mendapat ancaman seperti itu dari mulut orang yang sama.
Inilah nasib jika bekerja kepada sahabatnya sendiri, salah sedikit akan dipotong gaji bulanannya.
Tapi Galih sama sekali tidak berkeinginan untuk Resign dari Perusahaan yang membayarnya dengan gaji yang lumayan tinggi jika di bandingkan dengan Perusahaan lian.
"Makanya jangan macam-macam..." ancam Arjun bersamaan dengan pintu Lift terbuka.
Mereka berjalan beriringan menuju ke ruangan Arjun. Melewati beberapa Karyawan yang langsung berdiri dan menundukkan pandangan memberi hormat.
"Pagi Sella..." sapa Galih ramah pada Sekertaris yang telah berdiri menyambut kedatangan Bosnya.
Arjun tidak menggubris basa-basi Galih dan langsung masuk ke dalam ruangan.
Bukan hanya Galih, Sella juga masuk ke dalam bersiap untuk membacakan jadwal Atasannya hari ini.
"Selamat pagi Pak..." ucap wanita berbalut seragam kerja berwarna putih. Rambut Sella dibiarkan tergerai dengan ujung yang di Curly indah. Riasan wajah itu juga sangat cantik dengan Lipstik berwarna terang.
Lekukan tubuhnya tercetak jelas di balik kemeja berwarna putih yang ia kenakan. Membuat Galih sedikit menelan ludahnya, tapi Arjun sama sekali tidak keberatan dengan pemandangan di depannya.
Kata demi kata keluar dari mulut Sella yang seksi. Di telinga Galih, semua itu seperti sebuah bait puisi yang sangat indah.
Sial! kenapa dia menggoda sekali sih...
Galih memperbaiki posisi duduknya karena gusar dan semua itu diamati oleh Arjun dan sedikit mengumpat dalam hati melihat kelakuan sahabatnya.
"Itu saja jadwal Anda pagi ini..." Sella sudah membacakan semua jadwal Atasannya.
"Terima kasih, kembali ke pekerjaanmu..." ucap Arjun sedikit menekankan suaranya untuk membuat Sella segera meninggalkan ruangannya saat ini juga.
Hal itu membuat Sella sedikit kecewa. Bukan karena sebab ia kecewa...
Apalagi kalau bukan tanggapan Arjun barusan.
Padahal Sella sudah memilih pakaian yang sangat cocok untuk menggoda atasannya.
Ia juga telah merias wajahnya dengan sangat terampil, tapi Atasannya bahkan sama sekali tidak memandangnya sedikitpun.
Dengan perasaan sedih, Sella berjalan ke arah pintu. Menyentuh gagang pintu sambil cemberut.
Dia tidak menatap ku sama sekali...
"Sella..." panggil Arjun hingga membuat yang di panggil menghentikan langkahnya dan langsung berbalik.
"Ya Pak?"
"Kamu terlihat cantik pagi ini..." pujian lolos begitu saja dari mulut Arjun.
Seketika wajah yang tadinya murung tiba-tiba berubah. Sella tersenyum sangat manis dan menganggukkan kepalanya sesaat.
"Terima kasih Pak..." jawabnya dengan hati yang berbunga-bunga.
Setelah mendapat pujian dari atasannya, Sella keluar ruangan dengan perasaan bahagia.
Bahkan senyum di bibirnya tak juga hilang sampai ia kembali duduk di tempat bekerjanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
suka bngt tatanan katanya
2022-03-30
0
🌷💚SITI.R💚🌷
apa setiap sekeetsris sprti itu
2021-11-06
1
Dedeh Supriatin
udh fav thor
2021-09-29
1