HAPPY READING...
***
1 Minggu setelah acara makan malam waktu itu, Papi Johan dan Mami Livia bertindak sesuai keinginannya sama persis seperti waktu itu. Tapi bedanya hari jauh lebih penting daripada acara makan malam biasa.
Ya... hari ini dengan segala sesuatu yang telah mereka siapkan sebelumnya, Keluarga Pradipta akan pergi dan melakukan lamaran kepada Putri teman masa kecilnya.
Arjun tidak berontak sama sekali. Dengan balutan Tuxedo berwarna putih, pria itu segera masuk ke dalam mobil. Duduk di samping ibunya sedangkan Papi Johan duduk di bangku depan samping kemudi.
Mereka tidak membawa seluruh Keluarga Pradipta karena larangan Adam, selaku calon mertua untuk Arjun nantinya. Bukan karena sebab beliau melakukan hal itu, alasannya adalah karena rumah Ayah Adam tidak terlalu besar untuk menampung tamu nantinya.
Hingga Papi Johan hanya membawa kakak serta adik dari Mami Livia sebagai pengiring nantinya. Dan sekarang, mereka berada di mobil berbeda dengan mobil yang membawa Arjun beserta kedua orangtuanya.
"Arjun, kamu siap?" tanya Mami meyakinkan.
"Hm," jawab Arjun singkat.
Padahal dalam hatinya ada sebuah keraguan yang tercipta. Arjun ingin berteriak kalau dirinya belum siap untuk terjebak dalam sebuah tali hubungan bernama pernikahan.
Lebih parahnya Arjun tidak mempunyai rasa apapun untuk calon istrinya itu.
Tapi Arjun tidak bisa mengatakan hal itu secara langsung. Toh pada akhirnya ia hanya akan menelan kekecewaan karena keputusan Papi Johan telah bersifat final.
Gue tidak berharap lebih tentang hubungan ini nantinya... jika saatnya gue benar-benar merasa bosan, perceraian adalah jawabannya.
***
Di dalam kamar sebuah rumah sederhana berlantai 2, seorang gadis sedang dirias oleh seseorang yang ahli di bidangnya. Mulai dari riasan wajah, rambut bahkan pakaian yang dikenakannya benar-benar di perhitungkan secara matang.
Sama seperti sebuah patung Manekin di toko pakaian, gadis itu sama sekali tidak bersuara ataupun bergerak sesuai keinginannya. Ia benar-benar diam dan terlihat hanya beberapa kali mengedipkan mata sebagai pembeda kalau dirinya adalah manusia pada umumnya.
Dia adalah Akira. Gadis yang akan menerima lamaran dari anak dari Pemilik Pradipta Group.
Setelah lamaran hari ini berjalan lancar, seminggu kemudian Akira benar-benar menjadi menantu keluarga itu.
Mungkin inilah karma yang Akira dapat dari perbuatannya. Bagaimana ia seringkali membantah perkataan orang tuanya saat disuruh belajar.
Ya... Akira sering berkata kalau dia menikah saja daripada belajar.
Dan hal itu menjadi kenyataan. Orang tua Akira benar-benar menerima sebuah pinangan bagi putri semata wayangnya.
"Seperti apa anak pemilik Pradipta Group itu?" tanya salah satu penata rias Akira.
Tapi Akira tidak mendengarkan pernyataan itu, ia tenggelam dalam lamunannya sendiri.
"Akira..." panggilnya lagi dan seketika membuat Akira terkejut.
"Ya?"
"Kamu melamun ya... pasti tidak sabar bukan?" goda wanita yang merias Akira saat ini.
"Aagghh... bukan begitu..." elak Akira. Toh pada kenyataannya ia hanya memikirkan nasibnya.
Nasibnya nanti setelah resmi menjadi menantu keluarga Kaya tersebut.
Akira melamun kembali. Lamunannya kali pada saat kemarin. Saat Akira tak sengaja bertemu dengan Arjun di jalan.
FLASHBACK ON...
"Hei!" teriak Arjun saat itu.
Akira yang sedang berjalan menyusuri jalan setapak menuju ke rumahnya seketika menghentikan langkahnya.
Ternyata di sampingnya telah terparkir mobil mewah. Tentu saja Akira ingat siapa pria yang mengemudikan mobil itu.
"Ngapain Lo disini?" tanya Akira pertama kali.
"Jangan kepedean... masuk!" jawab Arjun ketus. Tadi ia tak sengaja melewati jalanan ini dan ternyata nasibnya baik karena menemukan bocah yang telah dipilih orangtuanya untuk menjadi istri.
"Kenapa gue harus masuk?" tanya Akira kesal.
Lagian siapa dia sampai menyuruhnya masuk?
"Sudah deh jangan banyak tanya, masuk! ada yang ingin gue bicarakan sama Lo!" ucap Arjun.
Setidaknya Arjun ingin melakukan suatu hal sebelum acara lamaran yang akan dilakukan besok.
Akira masih tidak percaya. Sambil menyipitkan mata, Ia menatap Arjun.
"MASUK!" ucap Arjun dengan sedikit meninggikan nada bicaranya hingga Akira terkejut dan sedikit berlari mendekati mobil itu. Membuka pintu depan mobil dan segera duduk di bangku samping kemudi.
Di dalam mobil itulah pertama kalinya Akira dan Arjun bicara lagi setelah acara makan malam hari itu.
"Apa Lo bahagia menjadi menantu keluargaku sebentar lagi?" tanya Arjun tanpa basa-basi sama sekali.
"Menurut Lo? apa Gue terlihat senang begitu?" Akira balik bertanya.
Padahal ia sangat menyesal karena ucapannya telah menjadi kenyataan.
"Kalau gue boleh jujur, sebenarnya gue ingin menolaknya! gue tidak menginginkan menjadi menantu keluarga Om Johan. Apalagi menjadi istrimu, Ck... sungguh bukan impianku..." tambah Akira dengan nada menggebu-gebu.
Arjun terkejut dengan jawaban gadis itu yang ternyata juga tidak menginginkan pernikahan terjadi.
"Gue juga punya tipe calon suami sendiri, bukan playboy tua seperti Lo..." ucap Akira lagi.
Arjun tersedak dengan ucapan gadis di sampingnya.
Apa dia bilang, playboy tua? Sial! apa itu sebuah pelecehan untukku? gumamnya dalam hati.
"Lo mengumpati ku?" tanya Arjun tak terima.
Akira mengerjabkan matanya berulang kali.
"Mana? kapan aku mengumpat?" elaknya.
Walaupun tadi Akira memang mempermasalahkan umur Arjun yang dirasanya terlalu tua untuk gadis seusia Akira.
"Dasar bocah tengil!" gumam Arjun pelan.
Tapi tetap di dengar oleh Akira.
"Karena kita sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini, bagaimana kalau kita bermain sandiwara?" ucap Arjun memberi ide.
Bermain sandiwara? Apa maksudnya? Akira tidak paham dengan ucapan Arjun barusan.
"Gue tau kalau Lo tidak paham," ucap Arjun.
Arjun menghela nafasnya, "Lo dan Gue gak menginginkan menikah bukan?" tanya Arjun kepada Akira.
"Hm,".
"Jadi bagaimana kalau kita hanya berpura-pura menjalani pernikahan ini?" tanya Arjun menjelaskan sejelas mungkin pada Akira.
"Maksudnya pernikahan bohongan begitu?" tanya Akira menelaah semua ucapan Arjun tadi.
Arjun mengangguk setuju. "Kita hanya perlu menuruti kemauan orang tua kita. Menjalani pernikahan ini hanya sebagai bentuk untuk membuat orang tua kita senang,"
"Baiklah..." jawab Akira antusias. Setidaknya ia hanya perlu berpura-pura di depan semua orang.
Arjun tersenyum senang. Pernikahan yang akan ia jalani nanti tidak akan mengurangi kebebasannya. Arjun akan tetap bisa keluar rumah tanpa memikirkan perasaan orang lain.
"Turun!" perintah Arjun.
Ck... sial*n! dia benar-benar manusia tanpa perasaan! enak saja dia memerintah ku seperti itu...
Akira membuka pintu mobil itu, turun dan membanting pintu itu kembali dengan keras sambil mengumpat.
"Hei!" teriak Arjun karena sedikit kaget dengan kelakuan gadis itu barusan.
Sedangkan Akira tidak menanggapinya dan langsung berjalan pergi.
FLASHBACK OFF...
Akira tersadar dari lamunannya. Mulai sekarang ia hanya perlu belajar untuk berpura-pura di depan kedua orang tuanya dan juga orang tua Arjun nantinya.
Gue tidak perlu menggunakan perasaan mulai saat ini. Apapun yang terjadi, biarlah menjadi urusan Tuhan nanti.
"Akira, rombongan calon suamimu sudah tiba..." ucap salah satu saudara keluarga Akira memberitahu.
Akira tidak berubah ekspresi sama sekali. Toh pada kenyataannya tidak ada yang perlu di khawatirkan tentang semuanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Maheera Indra
nyicil baca tor
2022-01-08
0
Nindira
Hadiah untukmu thor, udah tekan Favorit juga
2022-01-03
0
Conny Radiansyah
pernikahan bukanlah sandiwara dan permainan bro... janji manusia dengan Maha Segalanya, tanggung jawab di dunia dan di akhirat nanti... hati"☝️
2021-11-17
1