HAPPY READING...
***
Acara pemberkatan telah selesai. Semua kerabat kedua keluarga juga telah memberi ucapan selamat dan juga doa untuk kedua mempelai.
Tentu saja sepanjang acara, Arjun maupun Akira memperlihatkan senyum kebahagiaan yang sebenarnya adalah kepura-puraan saja.
"Sayang, koper mu telah Ibu siapkan dan sudah berada di mobil Arjun..." ucap Ibu Arum memberitahu anaknya.
Mereka telah sepakat untuk Akira tinggal di rumah mertuanya.
"Iya Bu," jawab Akira tanpa protes sama sekali.
Kali ini tidak ada air mata yang keluar sedikitpun. Karena semua itu telah di tumpahkan Akira sejak tadi, saat dimana kedua orangtuanya berbicara setelah acara Pemberkatan.
Selama Ayah dan Ibunya bicara, Akira tak henti-hentinya menangis dan meminta maaf kepada orangtuanya dan juga Tuhan dalam hati. Mungkin apa yang dilakukannya adalah sebuah dosa, karena pernikahan ini cuma bohongan.
"Jangan takut, karena Keluarga Livia sangat menyayangi mu..." tambah ibunya.
"Ibu..." mendengar itu saja membuat Akira sedih. Mungkin ini adalah pertama kalinya ia akan jauh dari kedua orangtuanya.
"Oh putriku..." Ibu Arum memeluk erat dan menciumi pucuk kepala putri semata wayangnya.
Walaupun ibu Arum senang melihat pernikahan anaknya, tapi dalam relung hati Ibu Arum sedih harus berpisah dengan anaknya. Biasanya Akira selalu datang ke kamarnya sebelum tidur dan mungkin hari-hari yanga kan datang tak akan pernah terjadi lagi.
Tidak ada suara-suara benturan perabotan masak yang tercipta di rumah mereka lagi, karena yang biasa melakukan hal itu adalah Akira. Ya... Akira senang sekali memasak ataupun membuat sesuatu di dapur mereka.
"Sering-sering lah datang mengunjungi Ibu dan Ayah ya..." pinta ibunya dengan tulus.
Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain bisa berkumpul dengan anak mereka.
Akira mengangguk, "Kami pulang Bu..." ucap Arjun sambil mencium punggung tangan Ibu Arum.
Sekarang mereka beralih pada Ayah Adam.
Pria berperut buncit itu sama sekali tidak bersuara. Beliau hanya menatap anaknya yang sangat cantik dengan riasan di wajahnya.
"Ayah... Akira pergi ya..." ucap Akira dengan suara terbata-bata.
Walaupun Ayah sering memarahinya ketika Akira tidak belajar, membanding-bandingkan nya dengan anak orang lain, Akira sama sekali tidak membenci pria itu.
Akira sangat menyayangi kedua orang taunya.
"Jadi istri yang baik untuk suami mu nak... " hanya itu kata yang terucap dari Ayah Adam untuk Akira.
Tentu saja Akira akan mengingat itu sampai kapanpun walaupun pada awalnya apa yang ia lakukan adalah salah. Akira sejak awal telah menyembunyikan fakta pernikahannya dari siapapun.
Maafkan Akira Ayah... maaf... batinnya bicara.
"Dan untukmu Nak Arjun,.." sejenak ada jelas dalam ucapan Ayah Adam pada menantunya itu.
"Jangan sakiti Akira," ada sebuah kekhawatiran yang Arjun tangkap drai balik binar mata pria di depannya. Kekhawatiran dari seorang Ayah yang tak isa lagi menjaga putrinya mulai saat ini.
"Sayangi dia sama seperti kamu menyayangi Ibumu. Lindungi dia dari hal-hal yang membahayakan. Akira gadis yang ceroboh dan tidak pintar... tapi dia gadis yang baik dan manis,"
"Iya Ayah, Arjun tau hal itu..." jawab Arjun tegas.
"Arjun, boleh Ayah meminta 1 hal darimu?" Ayah Adam sangat yakin dengan ucapannya.
"Apa Ayah?" tanya Arjun tak paham dengan pembicaraan mertuanya itu.
Akira hanya terdiam sambil menatap ke arah ayahnya yang terlihat serius.
Ayah Adam adalah panutan bagi Akira. Semua perhatian Ayah, senyum damai dari Ayah, cara Ayah bertanggung jawab pada keluarga, Akira menyukai hal itu.
Bisa dikatakan kalau Ayah Adam adalah patokannya mencari suami. Tapi Akira tidak bisa melakukannya karena ia harus menikah dengan Arjun, pria pilihan yang Ayah sendiri.
"Arjun, Akira adalah putri Ayah satu-satunya. Hanya karena Akira lah Ayah bisa hidup sampai sekarang. Sayangi Dia seumur hidup mu...
Jika -..." Sejenak terdiam, ada sesuatu yang membuat sesak dada Ayah Adam.
Ayah Adam menatap mata Arjun sangat dalam seolah memohon untuk hidup putrinya.
"Jika suatu hari nanti kamu marah atas kelakuannya ataupun bosan pada putri Ayah, jangan pukul dia ... bawa dia kembali ke rumah Ayah dan Ayah akan menerimanya dengan senang hati..."
Akira merasa terharu dengan ucapan Ayahnya. Menghambur memeluk tubuh pria itu dengan sangat erat, "Ayah... huhuhu..." tangis Akira pecah.
"Arjun janji akan melindungi Akira sampai kapanpun Ayah..." jawab Arjun dengan suara yakin.
Setelah mendengar jawaban dari menantunya, Ayah Adam merasa sangat lega.
Bagaimanapun beliau yakin kalau Akira dan Arjun akan memulai hubungan ini sedikit lebih sulit jika dibandingkan dengan pengantin yang menikah atas dasar cinta.
"Akira sayang sama Ayah..." ucap Akira dengan tulus.
Bahkan jika saja ia mampu, ia tidak mau pergi ke rumah suaminya dan meninggalkan orang tuanya. Akira tentu saja ingin hidup bersama orang tuanya sampai kapanpun.
Ck... kenapa jadi Melow gini sih? batin Arjun melibatkan suasana di sekitarnya.
Padahal pria itu anti sekali dengan hal-hal yang berbau perasaan dan air mata.
Tidak semuanya harus menggunakan perasaan! begitu Motto dalam hidupnya selama ini.
"Ayah juga sayang sama kamu Nak... sudah jangan menangis lagi!" printah Ayah Adam sambil menyeka tangis putri kesayangannya itu.
"Jaga diri Ayah... jangan makan yang pedas..." ucap Akira mengingatkan karena Ayah Adam seringkali sakit perut saat memakan makanan pedas.
"Kami pergi dulu Yah..." gantian Arjun yang mencium punggung tangan Ayah Adam sebelum berjalan meninggalkan hotel dimana Pemberkatan di lakukan beberapa jam yang lalu.
"Hati-hati..." perintah Ayah Adam, Arjun dan Akira serentak mengangguk kan kepalanya.
Arjun menutup pintu mobil setelah Akira masuk dan berjalan memutar dan ikut masuk.
"Sudah siap?" tanya pria yang telah siap di bangku kemudi. Pria yang tak lain sahabat sekaligus Asisten Arjun di kantor. Ya... Galih.
"Jalan..." perintah Arjun dan di detik kemudian mobil mulai melaju meninggalkan Hotel. Beradu dengan kendaraan lain di jalanan siang hari.
"Usap air mata palsu mu!" perintah Arjun sambil menyodorkan beberapa lembar tissue untuk Akira.
"Apa maksudmu? Lo bisa sopan sedikit tidak sih!" jawab Akira kesal. Padahal saat ini ia sangat sedih tapi dengan seenaknya sendiri Arjun berkata seperti itu.
"Sekarang tidak ada keluarga kita, jadi berhenti berpura-pura menangis..." ucap Arjun sambil menyenderkan kepalanya di bangku mobil.
"Kenapa gue harus berpura-pura menangis? Ha?" ucap Akira dengan meninggikan nada bicaranya. Kesal sekali dia harus menghadapi Arjun yang seenaknya sendiri berspekulasi.
"Ya! kenapa meneriaki ku? Lo sudah bosan hidup ya?" tanya Arjun dengan suara sama tingginya.
Akira tidak menjawab pertanyaan Arjun. Ia sibuk menyeka sisa tangisnya dan membuang ingusnya hingga menciptakan suara yang aneh dan menjijikkan bagi Arjun.
Tentu saja Arjun kembali melayangkan protes.
"Lo menjijikkan sekali sih! buang ingus saja sampai terdengar seperti itu... gue jijik tau!"
"Kenapa? gue tidak meminta bantuan Lo kan? jadi diam saja!" jawab Akira nyolot.
"Lo benar-benar bosan hidup ya?" Arjun tentu saja tak mau kalah berdebat dengan gadis yang masih bocah di samping nya itu.
Astaga... Apa mereka tidak sadar bahwa ada orang lain di mobil ini? Agghhh... telingaku bisa bermasalah jika lebih lama lagi berada di mobil ini... Gue rasa, hal ini akan sering terjadi antara mereka... hahaha... batin Galih bicara.
***
Helloow....
Cuma mo ngingetin untuk Like dan komentar banyak-banyak... hehehe... Love U...
Nanti ada Part tambahan... tunggu Ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
🐰Far Choinice🐰
nyiciill lagii
2022-02-10
0
Maheera Indra
jejjkk...
2022-01-12
0
Conny Radiansyah
bagus Akira, suami kayak Arjun harus dilawan, jangan mau direndahkan dan diremehkan...ribut" deh ...🤣🤣🤣
2021-11-17
1