HAPPY READING...
***
Galih menggelengkan kepalanya. Sungguh telinganya seperti hendak pecah sebentar lagi. Bukan karena sebab, tentu saja karena perdebatan yang terjadi di bangku tengah mobil itu. Andai saja Galih tidak menjadi supir bagi mereka, tentu saja ia akan turun dan pergi dengan jalan kaki.
Tapi sebuah tanggung jawab besar ada di pundaknya saat ini. Ya... tanggung jawab untuk mengantarkan sepasang pengantin baru menuju ke Kediaman Pradipta setelah selesai melakukan pemberkatan pagi tadi.
"Lo yang harusnya diam, kenapa menyuruhku?"
"Kenapa? Lo sudah jadi istriku saat ini, bebas dong gue mau apa?"
"Kita hanya pura-pura ya... jangan bertingkah seperti suami beneran!" celetuk satunya.
"Yee.. terserah gue... memang masalah buat Lo? mau gue laporkan sikap ke kurang ajaran Lo kepada Papi? pasti Lo akan di tendang dari Keluarga Pradipta!" ancam lainnya.
"Lo ngancam gue?" teriak si perempuan sambil berkacak pinggang.
"Menurut Lo?"
Kedua pengantin itu masih adu mulut hingga Galih harus memutuskan untuk melakukan apa.
Tanpa berkata apapun, Galih menginjak rem hingga membuat kendaraan itu berhenti dan 2 orang yang sedang duduk di bangku tengah menjadi terkejut dan sedikit terbentur.
"Aduhh..." keluh gadis yang tak lain adalah Akira sambil menyentuh keningnya.
"Galih, apa-apa Lo!" teriak Arjun yang juga terkejut dengan tindakan supirnya itu.
Untung saja Arjun tidak jatuh karena sempat memegang sandaran kursi di depannya.
Sedangkan Galih yang menyetir kendaraan itu terlihat tak bersalah sama sekali.
Menengok ke belakang untuk sekedar melihat keadaan penumpangnya. "Sudah belum debatnya? kalau belum lanjutkan dulu... gue tidak bisa konsentrasi menyetir mendengar perdebatan kalian..." ucapnya sedikit menyindir kelakuan 2 makhluk Tuhan tak tau diri di belakangnya.
Andai saja Arjun dan Akira sadar bahwa kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mereka sangat mengganggu kewarasan Galih, tentu saja pria itu tidak sampai menghentikan laju mobil di jalanan seperti sekarang.
Galih tadinya ingin mengumpat, tapi punya nyawa berapa dia sampai berani melakukan itu kepada Arjun. Bukannya aman, mungkin hidupnya akan selesai saat itu juga. Mungkin saja dirinya akan di tendang, di pecat dan di masukkan dalam Black List urutan pertama Pradipta Group.
Membayangkan saja membuat bulu kuduk Galih meremang.
"Ini nih yang ngajak berantem!" tunjuk Arjun pada Akira.
"Kenapa gue? Lo kan yang ngajak ribut dulu?" Tentu saja Akira tidak terima di tuduh seperti itu. Padahal yang mengajak berdebat lebih dulu adalah Arjun sendiri.
Enak saja melimpahkan kesalahan pada orang lain! begitu hatinya bicara.
Ternyata apa yang dilakukan Galih tidak Semerta-merta menghentikan perdebatan itu.
Perdebatan itu masih berlanjut dengan hasil yang imbang. Satunya mengejek satunya lagi membalas dengan sama lucunya.
Ya Tuhan... kenapa gue harus terlibat dengan mereka sih?
Galih memutar otaknya untuk melerai perdebatan itu. Hingga matanya membulat ketika terpikirkan sesuatu dalam kepalanya.
"Hei," panggil nya hingga membuat Akira dan juga Arjun beralih menatap ke arahnya tanpa bersuara.
"Kalian pernah denger cerita ini tidak?" tanya Galih perlahan.
Yang mana? begitu ekspresi keduanya.
"Kalian pernah dengar kalau semakin benci seseorang, suatu saat Tuhan akan membalikkan hatinya menjadi suka?" tanya Galih dengan senyum yang seolah mengejek.
Tentu saja hal itu membuat Akira dan Arjun membulatkan bola matanya. Suka?
"Ck... tidak akan," jawab Arjun.
"Suka? sama dia?-" tunjuk Akira tepat pada wajah Arjun, "Ogah!"
Setelah mengatakan itu, Akira maupun Arjun saling memunggungi. Bahkan posisi duduknya juga sedikit ada jarak dibandingkan tadi. Akira duduk lebih ke kiri dan Arjun ke kanan.
Mereka tiba-tiba terdiam hanya sebuah gumaman saja yang sempat Galih dengar.
Nah... gini kan bagus, gue bisa konsentrasi menyetir...
"Kita lanjut perjalanannya..." ucap Galih dan setelahnya mulai melajukan kembali kendaraan roda empat itu.
***
Sampai di kediaman keluarga Pradipta, Akira turun dari mobil setelah di bukakan pintu oleh Galih diikuti Arjun di belakangnya.
Rasa canggung langsung melingkupi hati Akira apalagi kedatangannya telah di sambut oleh para pelayan yang berdiri berbaris di depan sana.
"Selamat datang nona muda," mereka serempak menundukkan kepalanya memberi hormat dan otomatis membuat Akira sedikit mundur kebelakang karena terkejut.
Eh, sikap mereka berlebihan bukan?
Tapi beda dengan Arjun, pria itu nampak tenang tak bergeming sama sekali. Seolah pemandangan tersebut adalah lumrah.
"Lo boleh langsung pulang," ucap Arjun kepada Galih.
"Baik..." Galih langsung memutar tubuhnya dan pergi dari sana.
"Ayo..." ucap Arjun entah kepada siapa tapi Akira yakin kalau itu ucapan itu di tujukan kepadanya.
Tanpa bertanya sama sekali, Akira berjalan mengikuti Arjun masuk ke dalam rumah.
Akira pernah datang kesini 1 kali, bedanya dulu ia hanya tamu yang akan pulang setelah selesai. Tapi sekarang, dia adalah penghuni baru rumah ini. Ya, Akira akan tinggal disini sebagai menantu keluarga Pradipta.
Rasa takut, canggung dan bingung tentu saja melingkupi hatinya saat ini.
Arjun berjalan sambil sesekali menatap ke arah Akira karena gadis itu masih mengenakan gaun pengantin yang tentu saja tidak nyaman.
Hingga mereka tiba di depan sebuah kamar tepat di lantai 2.
"Taruh di sana saja. .." tunjuk Arjun ke sebuah pintu ruangan untuk meletakkan pakaian.
"Baik Tuan muda," jawab pelayan itu dan segera membawa koper Akira masuk ke dalam.
Arjun duduk di tepi ranjang bersebelahan dengan Akira. Mereka hanya diam karena di dalam sana masih ada pelayan yang menata pakaian yang di bawa Akira. Tidak banyak memang karena Mami Livia telah menyiapkan semuanya.
"Sudah selesai Tuan, ada yang bisa saya bantu?" ucap pelayan itu.
"Tidak, Terima kasih..." tolak Arjun dan pelayan itu menundukkan kepalanya sesaat dan pergi dari kamar itu.
Sekarang tinggal Arjun dan Akira di dalam kamar itu. "Lo mandi dulu," perintah Arjun.
"Hm," jawab Akira.
Arjun segera meraih rokok dan pergi menuju ke balkon kamar itu.
Hanya balkon lah tempat yang bisa ia tujuan saat ini. Tidak mungkin Arjun meninggalkan istri yang baru saja ia nikahi beberapa jam yang lalu, para pelayan akan curiga dan tentu saja akan melapor pada Papi maupun Mami.
Arjun telah berdiri di balkon saat sebuah suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Tentu saja itu adalah Akira yang sedang membersihkan diri.
1 batang rokok Arjun telah habis, bersamaan dengan suara teriakan dari dalam.
Ada apa sih dia! umpatnya dan segera masuk ke kamar.
"Ada apa?" tanya Arjun di samping pintu kamar mandi.
"Gue lupa bawa handuk... bisa tolong ambilkan?" tanya Akira dengan nada memohon.
Walaupun sedikit kesal, tapi Arjun tetap pergi ke ruangan ganti untuk mengambil handuk baru. Saat ia membuka lemari, matanya langsung membulat sempurna dengan deretan pakaian menggoda di dalam sana.
Eh? apa-apaan Mami itu! Arjun tidak menyangka kalau semuanya telah di silakan oleh sang ibu, termasuk Lingerie dengan berbagai motif dan warna.
Jika itu untuk wanita yang cantik tentu saja jiwa laki-laki Arjun akan bangkit, tapi ini untuk Akira. Gadis yang tidak Arjun sukai.
Akhirnya Arjun menutup kembali lemari itu setelah mengambil handuk. Ck... gue tidak akan membiarkannya memakai pakaian haram itu... Bisa sakit mata gue nanti!
"Nih..." ucap Arjun di depan pintu kamar mandi.
Detik kemudian pintu terbuka sedikit diikuti oleh tangan yang terjulur meraih handuk pemberian Arjun. Ck... terlalu berlebihan! memang siapa yang mau mengintipnya? decak Arjun dalam hati.
***
Khusus hari ini... 2 Part ya...
Ayo bilang apa? hehehehe, Canda kk...
Jangan bosen-bosen yak...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
hebat Galih, omongan loe manjur bikin tuh mulut mingkem 👍😀
2021-11-17
1
nine june
boom like hadir kembali...
cuzzz semangat yaaa🔥🔥🔥
2021-10-17
1
bunda syifa
Arjun: CK... terlalu berlebihan, memang siapa yg mau liat...
Akira: memang siapa jg yg mau ngasih liat😒😒😒🤭🤭
2021-10-09
1