Tiga Ketukan

Tiga Ketukan

Datang

Cerita ini hanya fiktif belaka. Tempat, karakter , dan semua yang terjadi dalam cerita hanya imajinasi dari penulis. Penulis tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun.

.

.

.

Hai, aku Ahra, aku siswi kelas 2 SMA. Aku akan menceritakan kejadian menakutkan yang kualami pada kalian, tentang sosok wanita itu, tamu tak diundang yang datang ke rumahku.

-Satu Hari Sebelum Kejadian-

Sore itu orangtuaku pamit untuk pergi menjenguk nenek di kampung. Aku tidak ingin ikut karena malas, meski aku sedang libur semester.

"Mamah pergi dulu ya, jaga rumah dan jangan keluyuran," pesan mamah sebelum pergi.

"Iya, Mah." Aku hanya mengangguk patuh.

"Nanti Mbok Sumi ke sini sebentar lagi," sambung ayah berusaha meyakinkan bahwa aku nanti tidak sendiri.

"Iya, ayah."

Aku sudah terbiasa tinggal di rumah sendiri dan selalu Mbok Sumi yang menemaniku. Aku menatap kepergian mereka di teras depan. Melambai pada mobil yang semakin jauh, sampai hilang di balik gerbang rumah.

Malamnya hujan turun disertai petir yang terus menggelar. Sudah jam 10, tapi Mbok Sumi belum datang.

Aku putuskan untuk mengirim pesan padanya. Memberi tahu jika gerbang depan dan pintu rumahku sudah dikunci. Jadi, jika sudah sampai Mbok Sumi harus menghubungiku dulu.

Sudah terkirim, tapi belum dibaca. Jadi aku putuskan meneleponnya. Saat nada tersambung terdengar, pintu utama rumahku ada yang mengetuk.

'Mbok Sumi, kah?' tanyaku dalam hati.

Aku putuskan untuk memeriksanya. Berjalan mendekati jendela samping pintu, dan sedikit mengintip dari balik tirai. Aku melihat bayangan seseorang di luar sana.

Itu pasti Mbok Sumi.

Aku tersenyum karena lega, lalu segera membuka kunci pintu. Tapi, tak ada siapapun diluar saat aku membukanya.

"Mbok," panggilku sambil mencari-cari sosok Mbok Sumi.

Apa aku salah lihat?

Aku putuskan untuk menutup kembali pintu rumahku. Saat akan menguncinya kembali ....

"Ini ... Mbok."

Aku mendengar suara Mbok Sumi dari luar. Aku membuka pintunya kembali. Ternyata benar, Mbok Sumi ada di sana.

"Mbok Sumi, tadi ke mana? Ngagetin aja," gerutuku kesal.

Mbok Sumi tidak membalas perkataanku, dia hanya tersenyum tipis.

"Udahlah, cepat masuk, sekalian masak bikinin aku nasi goreng. Aku lapar!" pintaku kemudian. Ya memang, sejak sore aku belum makan nasi. Hanya camilan dan kue kering yang aku makan.

"Iya," ucapnya sembari masuk ke dalam.

Aku segera mengunci pintu dan mengikutinya dari belakang ke arah dapur. Aku duduk di kursi makan, menunggu Mbok Sumi yang sedang masak di depanku.

Di luar masih hujan, malah semakin deras. Aku memandang ke arah luar rumahku dari jendela dapur yang ada di samping kananku. Kenapa aku merasa ada sesuatu yang salah? Tapi, apa?

Lamunanku langsung buyar saat sepiring nasi goreng diletakkan di depanku. "Makasih, Mbok," ucapku sambil tersenyum.

Akhirnya aku makan nasi. Aku langsung memakannya karena memang aku sudah lapar.

"Sekalian minumnya dong," pintaku.

Mbok Sumi langsung mengambil air dan menyerahkannya padaku.

Setelah selesai makan, aku menyuruh Mbok Sumi tidur di kamar biasa. Aku juga segera pergi ke kamarku dan menghubungi mamah jika Mbok Sumi sudah datang.

Tak lama, setelah aku tertidur. Ponselku berdering entah dari siapa. Saat aku melihat jam di atas nakas, ternyata sudah tengah malam. Entah siapa yang meneleponku. Apa dari mamahku?

Saat aku melihat nama kontak yang tertera di layar ponsel, aku meengerutkan dahi karena bingung.

(Mbok Sumi is calling)

Mbok Sumi? Kenapa telepon? Kenapa tidak langsung datang ke sini jika memang ada perlu. Aku langsung mengangkat panggilannya.

"Hallo, Mbok?"

[Non, maaf ... bibi nggak bisa datang.]

"Maksudnya?"

Aku tidak mengerti arah pembicaraannya. Apanya yang tidak bisa datang? Siapa?

[Non, Mbok nggak bisa datang. Anak Mbok sakit, sekarang Bibi lagi di rumah sakit.]

Oke, sepertinya Mbok Sumi sedang melindur.

"Nggak datang gimana? Tadi Mbok kesini, Mbok sekarang lagi tidur di kamar biasa, kan?!"

[Hah? Maaf, Non. Tapi ... Mbok lagi di Rumah Sakit sekarang.]

Rumah sakit? Lalu? Siapa yang tadi datang dan yang membuatkanku nasi goreng?

Sambungan pun terputus, entah siapa yang mematikan, mungkin juga karena sinyal.

Entah kenapa aku jadi teringat dengan cerita itu. Tidak mungkin 'kan cerita itu menjadi kenyataan. Aku hanya menceritakan kembali, tak ada maksud apapun. Jika itu benar, berarti Mbok Sumi sudah dirasuki, dan sekarang ... tunggu, bukannya dia bilang pelayannya itu tak pernah datang ke rumah? Lalu jika Mbok Sumi kerasukan, kenapa dia datang ke rumah? Dan juga jika yang di rumah ini Mbok Sumi, terus tadi siapa yang telepon? Aaargh, aku bingung.

*Flashback On-Kemarin Sore*

*"Mbok yakin kalau itu Mang Dadang?" tanya gadis itu dengan wajah memastikan, ia sedang duduk di teras belakang menemani pelayannya itu yang sedang berjemur pakaian.

"Yakin lah, Non," jawab wanita paruh baya itu sambil terus menjemur. Ia Mbok Sumi, pelayan yang sudah bekerja sejak gadis itu belum lahir.

"Tapi, bagaimana jika dia itu tamu yang tak diundang," simpul gadis itu, Ahra, dengan wajah menakuti.

"Maksud, Non Ahra?" tanya Mbok Sumi tak mengerti.

"Dia tamu yang tak pernah Mbok sangka," jelas Ahra yang berhasil membuat Mbok Sumi menatap heran pada anak majikannya itu. "Dia datang hanya ingin menguasai raga Mbok, lalu setelah bosan dia akan membunuh Mbok," lanjutnya.

"Jangan mengada-ngada Ahra, itu semua tak akan terjadi," timpal seorang wanita dari arah belakangnya.

Wanita itu menghampiri Ahra, lalu menatap anaknya itu. Kadang, ia bingung dengan imajinasi Ahra yang terlalu besar.

"Tapi, temanku bilang itu pernah terjadi pada pelayan di rumahnya," jelas Ahra mencoba membela diri.

Ia menatap mamahnya yang menatap lelah ke arahnya.

"Temanmu hanya mengarang cerita," ucap wanita itu, Tiara.

"Tapi buktinya pelayan itu mati karena bunuh diri," ungkap Ahra meyakinkan mamahnya.

"Dia hanya mengarang Ahra," simpul Tiara, lalu ia menghela napas perlahan. "Sudah, jangan bicarakan itu lagi," pinta Tiara pada Ahra.

"Iya, baiklah," patuh Ahra.

Setelah Tiara yakin bahwa Ahra tak akan menceritakan hal-hal aneh lagi, ia kembali masuk ke dalam. Ahra menunduk memilih melihat layar ponselnya.

Mbok Sumi hanya menatap Ahra sekilas, lalu tersenyum. Ia juga merasakan hal sama dengan Tiara, imajinasi Ahra terlalu besar, dan tentunya mudah percaya dengan omongan orang.*

*Falshback Off*

Tidak, itu semua tidak nyata. Ini pasti Mbok Sumi hanya mengerjaiku. Iya, itu benar, Mbok Sumi pasti sekarang sedang tertawa mengejek karena sudah berhasil membuatku takut.

Aku langsung beranjak ke lantai bawah, ke kamar yang biasa ditempati Mbok Sumi saat ia menginap di sini.

"Mbok," panggilku sambil mencoba membuka pintu.

Terkunci?

"Mbok Sumi ...." Aku mengetuk pintu kamarnya berkali-kali, namun tak ada sahutan dari dalam.

"Mencari Mbok?" seru seseorang dari belakangku.

Saat aku menoleh, ternyata itu Mbok Sumi.

"Mbok mengerjaiku, ya?"

Aku menatap kesal padanya, beraninya ia melakukan ini padaku. Anehnya ia tak mengatakan apapun, hanya menatapku tanpa ekspresi.

"Mbok mengatakan jika sekarang sedang di Rumah Sakit dengan meneleponku, tapi sebenarnya Mbok ingin menakutiku, kan," tebakku dengan perasaan menang karena ia tak berhasil mengerjaiku.

Tak ada tanggapan apapun, ia hanya menatap ke arahku kosong.

Oke, aku mulai takut. "Mbok," panggilku lagi, mencoba menyadarkannya yang mungkin tengah melamun.

Kupikir aku salah lihat, namun dengan jarak yang hanya beberapa meter, aku lihat Mbok Sumi tersenyum menyeringai. Apa-apaan tatapannya itu? Ia malah menatapku tajam.

"Bagaimana jika yang meneleponmu itu benar, Mbok Sumi sedang ada di Rumah Sakit?" ucapnya yang membuatku sedikit terkejut.

"Sudahlah, Mbok, hentikan dramanya," pintaku yang merasa ini tak lucu.

Dia menyeringai lagi. "Sayangnya tak ada drama yang sedang aku perankan."

Aku? Sejak kapan Mbok Sumi menyebut dirinya 'aku' padaku.

"Ka--kau ... siapa?"

"Menurutmu?"

Ia malah semakin menatapku tajam, dan seringainya semakin lebar, seolah mulutnya robek sampai telinga.

Aku ingin berteriak sekarang juga, tapi suaraku hilang entah ke mana. Jantungku berdetak kencang, lalu mundur perlahan mencoba lari. Tiba-tiba ....

Kepala Mbok Sumi berputar 180° tetap dengan senyuman mengerikannya. Aku tercengang melihatnya. Tangan dan kakinya seolah sengaja dipatahkan sampai bunyi tulang-tulang terdengar. Lalu menjatuhkan diri ke lantai, meninggalkan ngilu yang terasa.

Tanpa sengaja aku menjatuhkan ponselku, menutup mulutku dengan kedua tangan karena tak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat. Sembari mundur perlahan.

Tiba-tiba saja Mbok Sumi, ralat, sosok wanita itu kayang, yang kupikir itu tak apa-apa, tapi ia langsung mengarah padaku dengan berlari. Bukan, mungkin lebih tepatnya merayap.

Aku berteriak keras sambil berlari menuju kamarku meski dengan susah payah. Aku takut, sangat. Sesampai di kamar, aku langsung mengunci pintu dari dalam. Aku terduduk jatuh di depan pintu karena seluruh tubuh merasa lemas.

Apa itu tadi? Apa aku berhalusinasi? Tapi ... entahlah aku bingung, sangat. Aku bangkit berdiri beranjak ke kamar mandi memilih membasuh wajah, mungkin terlalu lelah atau tadi itu hanya mimpi. Tapi, sayangnya kejadian tadi sulit untuk disangkal.

Jadi benar, wanita itu bukan Mbok Sumi. Apa kejadian yang menimpa pada pelayan temanku itu akan terjadi padaku?

Pucat, pantulan wajahku di cermin tampak mengenaskan. Bibirku sampai berwarna biru, apa setakut itu kah diriku? Perlahan air mataku turun. Aku benar-benar takut. Aku menutup mulut agar suara isakanku tak terdengar.

Aku ingat, gerbang utama sudah kukunci. Seharusnya aku curiga dari awal. Bagaimana mungkin Mbok Sumi bisa mengetuk pintu utama.

Tok ... tok ... tok ...

Suara itu? Suara ketukan yang sama di pintu utama tadi. Pelan namun terdengar memaksa dan hampa. Aku seketika berhenti menangis.

"Ini ... Mbok."

Suara itu sama persis seperti Bi Sumi, tapi kuyakin itu bukan Mbok Sumi.

Tok ... tok ... tok ...

Lagi, sosok itu kembali mengetuk pintu kamarku.

"Ini, Mbok," lirihnya yang terdengar mencoba meyakinkan diriku.

Anehnya, kenapa suara sekecil itu dapat kudengar sampai sini? Padahal jarak pintu kamarku dan kamar mandi cukup jauh.

"Pergi, jangan ganggu aku!" teriakku mengusirnya.

Aku masih di kamar mandi, tak ada sedikitpun niat untuk membukakan pintu kamarku, sedikit pun.

"Ini, Mbok."

Ia terus saja mengatakan hal itu, apa-apaan sosok itu. Sialnya aku malah menjatuhkan ponselku tadi dan meninggalkan begitu saja.

DUG?

"INI, MBOK!" teriaknya sambil memukul pintu kamarku keras.

Aku langsung terkejut mendengarnya berteriak begitu, ditambah pukulan di pintu.

"PERGI!"

Aku berteriak nyaring tanpa beranjak dari posisiku.

DUG! DUG! DUG!

"BUKA PINTUNYA!"

"PERGI!"

Ia semakin keras memukul pintuku dengan tak sabaran, malah sekarang ia mengeluarkan suara menggeram yang mengerikan.

Aku semakin takut, samnil berjongkok aku berteriak sambil menutup kedua telingaku dengan tangan.

Tak lama, pukulan itu tak terdengar. Tergantikan, dengan suara pintu yang justru terbuka.

Itu pintu kamarku? Tidak mungkin, aku menguncinya kan tadi.

Saat aku fokus pada pemikiranku sendiri, di hadapanku kedua telapak kaki yang pucat itu terlihat. Tak mampu untuk mendongak ke atas, air mataku perlahan kembali jatuh.

"Aku menemukanmu," ucapnya terdengar mengerikan.

Aku menatap kedua matanya yang kosong, tak ada bola mata di sana. Wajahnya yang pucat penuh darah, mulutnya yang robek sampai ke telinga, dan air mengalir yang membasahi tubuhnya entah dari mana.

"Ayo bermain, kuhitung sampai sepuluh kau harus sudah sembunyi. Jangan sampai aku menemukanmu, jika tidak aku akan membunuhmu."

Tubuhku kaku tak bisa bergerak, air mataku mengalir deras. Tak ada kata apapun yang keluar dari tenggorokanku.

"Satu ... sampai ... SEPULUH!"

Tanpa disangka dengan tiba-tiba ia menamparku keras dengan tangannya yang dingin sampai wajahku membentur dinding kamar mandi.

Gelap dan ... sunyi, itu yang kurasakan selanjutnya.

Apa aku mati?

.

.

.

Terima kasih sudah membaca

Jangan lupa tinggalkan jejak

Rate, like, coment, vote, and tap love

Sampai jumpa!

Terpopuler

Comments

Rania Puspa

Rania Puspa

serem amat dah gw byagin aj udh ngerii mkir lgi mau nerusin baca atw kgk ya 🤔

2022-03-06

1

KMA

KMA

hhm

2021-11-06

0

Rosananda

Rosananda

Awal cerita yang bikin deg-degan
bagus sekali ceritanya 👍

2021-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!