Mulai Beraksi

Karakter, tempat, waktu, kejadian, dan semua yang terjadi dalam cerita hanya fiktif belaka dan merupakan imajinasi penulis.

Jangan meniru adegan dalam cerita.

.

.

.

Mia mengatur napasnya kembali sambil terbatuk-batuk. Ia menatap sosok itu ... Jika sudah seperti ini, itu berarti dia akan melakukan lebih dari ini. Paman, aku khawatir padamu ....

"Mia, ayo minum!" Nyonya Tika menyodorkan segelas air putih ke hadapan Mia lalu membantunya minum.

"Terima kasih, Mah."

Nyonya Tika kembali menyimpan gelas itu di atas nakas. Ia berkali-kali menghela napasnya perlahan. Mia yang merasa jika mamahnya bersikap tak seperti biasanya, ia langsung bertanya, "Mah, semuanya baik-baik saja 'kan?" tanya Mia khawatir.

"Eu ...."

"Kenapa, Mah? Ada masalah apa?"

"Mia, ada yang ingin mamah beritahu," ujarnya sedikit ragu.

Mia menatap mamahnya bingung, baru kali ini ia melihat Nyonya Tika seperti itu. "Apa itu, Mah?"

"Ini ... masalah Tuan Dika."

"Paman Dika kenapa, Mah?" tanya Mia khawatir.

"Dia ...."

"Kenapa, Mah?"

"Dia ... sudah meninggal," jawabnya dengan nada pelan.

Mia langsung terkejut. Aku tidak salah dengar kan, Paman Dika ... meninggal? Ini tidak mungkin!

"Apa maksud mamah?" tanya Mia menuntut penjelasan.

"Dia kecelakaan Mia, dia bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari lantai enam," jelas Nyonya Tika.

"I-ini ti-tidak mungkin. Paman Dika ... tidak mungkin ...." lirih Mia mulai terisak, air matanya turun perlahan. "Mah, aku ingin melihatnya! Aku ingin bertemu dengannya!" Mia langsung mencoba bangkit dari tidurnya yang langsung dicegah oleh Nyonya Tika.

"Tidak, Mia! Kau tidak boleh ke sana!"

"Tapi, Mah ...."

Mia terus meronta ingin pergi menemui Tuan Dika meski tenaganya tidak kuat. Akhirnya dalam pelukan Nyonya Tika, Mia menangis merasa kehilangan.

Paman ... apa ini ulah sosok itu? Dia benar-benar keterlaluan! Aku pasti akan membawamu Ahra! Sosok itu harus kembali ke alamnya!

---

Malamnya, mobil ambulans yang membawa jenazah Tuan Dika tiba si kediaman. Para kerabat dan tetangga di sekitar komplek sudah berdatangan dan menunggu di dalam rumah.

Mereka yang berada di luar rumah langsung menghampiri Nyonya Tiara yang mencoba tegar, di sampingnya Ahra berjalan dengan memapahnya.

"Nyonya, yang sabar ya," ucap salah satu dari mereka.

"Terima kasih!" ucap Nyonya Tiara parau berusaha agar tak menangis lagi.

"Nyonya, bagaimana bisa ini terjadi?"

Nyonya Tiara tak menjawab itu. Ia langsung melewati mereka dan masuk ke dalam rumah.

"Tiara ...." Seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya langsung memeluknya erat.

"Kak ...." Nyonya Tiara balas memeluk wanita itu

"Sabar, ya." Wanita itu mengusap-usap punggung Nyonya Tiara bermaksud memberi kekuatan.

Ahra yang melihat kejadian itu hanya diam tak menanggapi. Matanya menatap lelah pada tingkah mereka. Itulah kenapa aku membenci mereka! sinis Ahra dalam hati.

Ia melihat ke arah pintu masuk. Kebetulan jenazah Tuan Dika baru saja di bawa masuk. Perlahan Ahra menghampiri mereka dan mengikutinya. Setelah keranda itu di simpan, ia langsung terduduk di depan Tuan Dika.

Petugas dari rumah sakit seolah mengerti. Mereka langsung melepaskan ikatan di bagian atas kepala, lalu menyibakkan kain sampai wajah Tuan Dika terlibat. Orang-orang yang berada di sana berfikir Ahra merasa kehilangan, padahal ....

"Ayah ...." Ahra menangis sambil menatap wajahnya. "Kau lihat, itulah akibatnya jika kau berani padaku." Ahra tersenyum sinis, suaranya pelan namun terdengar mengerikan. Tak ada yang bisa mendengar apa yang dikatakan Ahra. Ahra sedikit menunduk mendekatkan diri ke hadapannya. "Tapi tenang saja, kau tidak akan sendiri di sana. Putrimu akan menemanimu," bisiknya tepat di telinga Tuan Dika.

"Tunggu dulu!"

Seruan dari arah luar rumah mengalihkan pandangan mereka dari Ahra.

Ahra langsung mengarahkan pandangannya pada arah seruan itu. Pandangannya langsung berubah sinis. "Dasar pengganggu," gumam Ahra sambil menatap sisnis pada Mia.

"Tante, dengarkan aku," pinta Mia sambil menghampiri Nyonya Tiara. Ia langsung memegang kedua tangan Nyonya Tiara dengan erat. "Paman Dika belum meninggal," ucapnya sambil menatap yakin pada Nyonya Tiara.

Tentu saja orang-orang di sana terkejut mendengarnya. Termasuk Tuan Dimas dan Nyonya Tika yang baru saja masuk ke dalam rumah. Bukankah itu terdengar jahat. Dia seperti memberi harapan yang mustahil pada Nyonya Tiara. Para kerabat dan tetangga di sana langsung menatap Mia aneh dan merasa kesal.

Sedangkan Nyonya Tiara menatap Mia sedih. Air matanya perlahan keluar karena tak bisa menahan lagi.

"Apa yang kau katakan?" tanya wanita di sebelah Nyonya Tiara. "Jangan membuat Tiara semakin sedih!"

"Tidak, aku serius mengatakannya!"

"Kau!"

"Mia, apa yang kau lakukan?" tanya Nyonya Tika sedikit berbisik.

"Mah, sudah ku bilang kan Paman Dika masih hidup!"

"Mia, jangan keterlaluan!" Nyonya Tika menatap Mia kesal. Ia merasa sudah dipermalukan di hadapan orang-orang oleh sifat Mia.

"Mamahmu benar, Mia. Sebaiknya, ayo kita pulang!" ajak Tuan Dimas sambil meraih tangan Mia yang tadi menggenggam tangan Nyonya Tiara.

"Maaf atas sifat Mia, Nyonya," ucap Nyonya Tika sambil sedikit membungkuk minta maaf. "Kami pamit dulu!"

Mia langsung ditarik pelan oleh mereka berdua. "Tunggu, Pah! Mah! Apa yang kukatakan itu benar, Paman Dika belum meninggal!" teriak Mia sambil meronta-ronta.

Mereka sekuat tenaga membawa Mia pergi. Malu sudah mereka karena sifat Mia. Orang-orang yang melihat kejadian itu langsung berbisik-bisik menggosipkan sifat Mia tadi.

Nyonya Tiara masih menangis dalam pelukan kakaknya, Kiana. Ahra hanya menatap datar ke arah Mia yang dibawa pergi oleh kedua orangtuanya. Ia heran dan sedikit khawatir dengan ucapan Mia tadi.

Bagaimana gadis itu bisa tahu? Gadis itu benar-benar pengganggu! batin Ahra gelisah. Ia takut jika Mia tahu lebih dari itu.

---

Mata yang terlelap itu terbuka tiba-tiba. Ia baru saja bermimpi buruk. Seolah kejadian dalam mimpinya itu nyata, ia merasa kelelahan. "Hah .... untungnya hanya mimpi," ucap wanita itu. "Besok aku akan keluar dari sini." Wanita itu kembali memejamkan matanya dan mencoba tidur kembali.

Wanita yang waktu itu diselamatkan Mia masih dirawat di rumah sakit yang sama dan ruangan yang sama. Ia tidak tahu siapa yang menolongnya waktu itu, tapi ia akan berterima kasih padanya, dan juga pada pria waktu itu.

"Ah, besok lusa sudah bulan purnama. Aku akan menepati janjiku pada gadis itu. Bagaimanapun juga makhluk yang berasal dari alam lain harus dikembalikan." Wanita itu jadi ingat dengan seorang gadis yang meminta bantuan padanya.

Setelah pulang dari sini, ia pasti akan menyiapkan ritual untuk upacara pembawa jiwa. Siapapun kamu, aku pasti akan melemparmu ke tempat asalmu, batinnya menahan kesal.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca

Jangan lupa tinggalkan jejak

Rate, like, comen, vote, and tap love

Sampai jumpa!

Terpopuler

Comments

Kenza al_el

Kenza al_el

semoga benar paman dika msh hidup, dan bs d selamatkan

2020-07-22

1

dreamers

dreamers

semoga gk terjadi apa2 sama mia

2020-07-07

0

Sugianti Bisri

Sugianti Bisri

lanjut Thor

2020-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!