Cerita ini hanya fiktif belaka. Tempat, karakter, dan semua yang terjadi dalam cerita hanya imajinasi penulis. Penulis tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun.
.
.
.
-Tujuh Hari Setelah Kejadian-
-Siang Hari-
Mia masuk ke ruang inap Ahra. Kini Ahra sedang tertidur. Mia melangkah pelan, mencoba tak menimbulkan suara apapun. Ia langsung menyimpan kotak bekal yang ia bawa di atas nakas.
Saat pandangannya ke arah Ahra, Mia jadi teringat dengan pembicaraannya dengan pemilik toko buku waktu itu.
'Ahra,' lirihnya dengan pandangan sendu.
Mia menghela napas pelan. Lalu memutuskan berbalik bermaksud pergi.
"Kau mau ke mana?" seru Ahra tiba-tiba.
Mia menoleh pada Ahra. "Aku ingin pulang," jawab Mia singkat.
"Pulang? Bukankah kau baru saja datang," serunya.
"Aku ke sini hanya membawakan bekal ini untuk tante," jelas Mia. "Aku pamit dulu," pamit Mia lalu beranjak pergi.
"Hei, kau tahu," seru Ahra yang membuat Mia berbalik melihat ke arah Ahra yang kini sudah duduk dan bersandar.
"Aku sudah membunuh wanita tua itu," ucapnya dengan seringai mengerikan.
Mia mengerutkan keningnya bingung. "Apa maksudmu?"
Mia sama sekali tak mengerti apa maksud gadis di hadapannya. Mia berjalan mendekati Ahra.
"Menurutmu?" seru Ahra malah bertanya balik.
Mia langsung merasa khawatir dengan penuturan Ahra. Meski ia tidak mengerti, tapi kejadian buruk terlintas di pikirannya. Ia takut jika Ahra melakukan sesuatu yang buruk pada orang terdekatnya.
"Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Mia geram.
"Akhir-akhir ini aku sering kesal, entah karena kehadiran wanita itu atau sikapmu yang terlalu ikut campur," tuturnya dengan wajah mengerikan.
"Kenapa? Kau takut ketahuan?" tanya Mia menantang.
Ahra malah tersenyum, "Kau tenang saja, aku sudah menyingkirkan wanita tua itu," ujarnya tenang.
"Kau--"
-SET-
Tiba-tiba saja tangan Mia digenggam erat oleh Ahra dan langsung dieratkan pada lehernya. Seolah Mia sedang mencekiknya.
"A—apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku!" Mia berusaha menarik tangannya kembali tapi genggaman Ahra terlalu erat. Sampai terlihat Mia memang mencekik Ahra, dan Ahra berusaha melepaskannya.
"Aku bilang lepaskan!" teriak Mia.
Ahra malah tersenyum miring sambil balas menatap Mia dengan menatap remeh.
Nyonya Tiara baru saja masuk dan langsung terkejut dengan apa yang terjadi.
"MIA! Apa yang kau lakukan?" Nyonya Tiara langsung mendorong Mia menjauh.
Uhuk! Uhuk!
Ahra langsung pura-pura terbatuk sambil memegang lehernya.
"Tante, ini tidak— aku ...." Mia gelagapan tak bisa menjelaskan apa yang baru saja terjadi.
"Keluar kau dari sini! Aku bilang keluar!" sentaknya penuh amarah.
Nyonya Tiara langsung menanyakan keadaan Ahra, lalu memeluknya erat yang dibalas oleh Ahra.
"Tante ...."
Mia melihatnya, Ahra malah tersenyum sinis ke arahnya dengan memandang tajam. Ahra ....
Mia berbalik dan langsung pergi dari sana. Ia benar-benar kesal sudah difitnah begitu. Apalagi Nyonya Tiara tidak percaya padanya.
Mia berdiri sejenak di depan pintu ruang inap. Ia terpikir oleh perkataan Ahra tadi.
Apa maksudnya dengan wanita tua itu? Hah? Mungkinkah?
Mia langsung terkejut dengan tebakannya sendiri. Tanpa pikir ia segera berlari ke arah pintu keluar. Ia langsung menuju ke area parkir dan mencari seseorang.
"Paman," panggilnya pada pria yang akan masuk ke mobilnya.
Tuan Dika sedikit terkejut dengan suara itu. "Mia?"
"Paman, paman bisa tolong aku?" Mia tampak gelisah.
"Tolong apa? Kau kenapa?"
"Antar aku ke toko buku."
Tuan Dika merasa ada yang aneh dengan Mia. "Oke, masuklah."
Mia langsung masuk ke mobil, ia duduk di kursi depan sebelah Tuan Dika. Mobil pun melaju setelah mereka memasang sabuk pengaman.
"Paman, bisa percepat sedikit," pinta Mia mulai gelisah.
"Kenapa?" tanya Tuan Dika heran. Biasanya Mia tak suka mengebut, ia lebih suka kecepatan yang biasa saja.
"Ada yang harus aku pastikan," jawab Mia singkat.
Tanpa bertanya lagi, ia langsung mempercepat laju mobil. Jika Mia ingin cepat, maka memang ada yang penting kan.
"Kita sampai," ujar Tuan Dika.
"Terima kasih, paman."
Mia langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam toko. Tuan Dika langsung keluar dari mobil dan menyusul Mia dari belakan.
Ini di mana? Kenapa Mia ke sini? Apa yang ingin dia pastikan? batin Tuan Dika penasaran.
"Nenek! Nenek!" Sepi. Ia tak merasakan ada hawa keberadaan seseorang. Toko ini benar-benar senyap. "Nenek, kau di mana?" Mia mencarinya ke tempat kasir.
Ia masuk ke dalam ruangan yang tertutupi tirai. Gelap, matanya tak bisa lihat apa-apa saat ia masuk ke ruangan itu. Padahal hari itu masih siang.
"Nek," panggil Mia.
Mia melangkah perlahan sambil tangannya meraba dinding, mencari sakelar lampu. Tanpa sengaja, kakinya menendang sesuatu. Mia berjongkok untuk meraba apa itu. Ruangan itu benar-benar gelap.
"Nek," panggil Mia sekali lagi, memastikan jika itu memang nenek pemilik toko.
Mia rasa itu Nenek pemilik toko buku. Ia merasa aneh, karena di sekitarnya ia mencium amis darah.
Seketika ruangan menjadi terang. "Apa yang kau lakukan Mia?"
Mia menoleh ke arah Tuan Dika. "Paman!"
Saat pandangannya kembali pada apa yang sedang ia pegang tadi, ia terkejut. Ternyata benar, itu wanita tua pemilik toko buku. Wanita itu terbaring di sana dengan pelipis penuh darah.
"Nek!"
"Kita bawa dia ke rumah sakit." Tuan Dika langsung menelepon ambulans.
Apa ini perbuatannya? Aku pasti akan mengirimmu ka alammu, dan juga membawa pulang Ahra ....
.
.
.
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak
Rate, like, coment, vote, and tap love
Sampai jumpa!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rika Rostika
nenek yg mau bantuin udh mati, jd spa yg mau bntuin?
2021-01-15
0
Kenza al_el
kirain nenek d toko buku bakal bisa bantuin ahra kembali 😔
semoga nenek bs d selamatkan y..
2020-07-22
0
Ro Miyoung
kapan up
2020-07-09
0