Cerita ini hanya fiktif belaka. Tempat, karakter, dan semua yang terjadi dalam cerita hanya imajinasi dari penulis. Penulis tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun.
.
.
.
*Hari Kejadian*
-Pagi Hari-
Gelap, itulah yang kulihat dalam pandanganku. Sepertinya aku mulai tersadar karena tak jauh dari tempatku aku mendengar suara langkah kaki.
Siapa? Mamah? Papah? Atau Mbok Sumi? Atau sosok wanita itu lagi, kah? Aku lelah, sebntar saja, aku ingin menutup mataku lebih lama.
Tak lama, aku seperti mendengar suara Mbok Sumi. Ah, entahlah, wajahku benar-benar sakit.
"Non, Non."
Badanku terasa diguncang pelan olehnya.
Mbok Sumi, kah?
Aku membuka mataku perlahan, terlihat bayangan Mbok Sumi meski buram.
"Non."
"Mbok Sumi?" lirihku.
Apakah kejadian kemarin itu hanya mimpi buruk? Tapi saat merasakan nyeri di sebelah kanan wajahku. Jadi, kemarin malam itu nyata? Aku langsung menangis mengingat kembali kejadian kemarin malam.
"Non, baik-baik saja?" tanya wanita itu khawatir.
Aku sempat berpikir kalau dia bukan Mbok Sumi seperti kemarin. Tapi, saat tangannya menyentuh wajahku dan tak sedingin kemarin, jadi dia memang Mbok Sumi.
"Mbok sakit, Mbok," keluhku kesakitan.
Pasti wajahku lebam, dan juga tenggorokanku kering.
"Ayo, Non, bangun."
Mbok Sumi mencoba membopongku untuk berdiri. Sepertinya ini sudah pagi.
Mbok Sumi membaringkanku di ranjang. Dugaan sementara yang didapat Mbok Sumi terjadi perampokan di rumah.
-Sore Hari-
Ahra benar-benar merasa lelah, bahkan sampai demam. Ia bangun hanya untuk sarapan dan makan siang tadi. Mbok Sumi menjaganya dari pagi sampai sore ini.
"Mbok, Ahra kenapa?" tanya seorang wanita terlihat panik lalu duduk di samping Ahra, ia Nyonya Tiara, ibu Ahra, dan seorang pria di belakangnya yang merupakan ayahnya, Tuan Dika.
"Saya tidak tahu nyonya, tapi saat saya sampai, Non Ahra pingsan di kamar mandi," jelas Mbok Sumi, pelayan itu.
"Kenapa bisa begitu? Bukankah Mbok yang menemani Ahra kemarin."
Tiara tampak kesal dengan penjelasan Mbok Sumi yang seolah tak bertanggung jawab.
"Menemani apa, Bu? Saya kemarin di Rumah Sakit, menemani anak saya. Saya sudah bilang ke Ibu, kan?" jelasnya membela diri.
"Tapi, Ahra bilang, mbok ada di rumah saat aku meneleponnya," ungkap Tiara merasa heran.
"Saya tidak ke rumah, Bu, saya di Rumah Sakit menemani anak saya."
Nyonya Tiara merasa aneh, pelayannya bilang, ia tak ke rumah, tapi Ahra malah bilang pelayannya itu ada di rumah. Jika Ahra mengatakan Mbok Sumi ada di rumah, tapi pelayannya itu mengatakan sedang di rumah sakit, lalu siapa yang di rumah kemarin malam?
"Nyonya, saya sempat curiga kalau Non Ahra korban perampokan, bagaimana jika orang yang dimaksud Non Ahra itu ternyata perampok," duga Mbok Sumi.
Nyonya Tiara tampak terkejut, tapi ia seolah membenarkan.
"Perampokan?" Tuan Dika terkejut dengan dugaan Mbok Sumi.
"Itu hanya dugaan saya, Tuan," jelasnya.
"Apa ada barang yang hilang?" tanya Tuan Dika seolah menginterogasi.
"Kenapa malah bertanya tentang barang, kau tak khawatir dengan Ahra?" gerutu Nyonya Tiara tidak terima.
"Bukan begitu, jika memang rumah kita dirampok, bukan kah seharusnya ada barang yang hilang," jelas Tuan Dika.
"Ah, benar." Nyonya Tiara setuju dengan ucapan suaminya. "Jadi Mbok, apa ada barang yang hilang?"
"Saya belum periksa, Nyonya."
"Kalau begitu, kita periksa rumah ini."
Mereka langsung memeriksa isi rumah. Jika memang ada barang yang hilang, berarti benar ada perampokan. Jika tidak ... maka pertanyaannya siapa yang kemarin malam bersama Ahra? Sayangnya, setelah berkali-kali memeriksa tak ada satupun barang yang hilang.
-Malam Hari-
*Aku sudah terlalu lelah untuk menerima ini semua, bahkan sekedar membuka mataku saja enggan. Sekilas aku ingat kalau Mbok Sumi membopongku tadi pagi. Aku masih tak percaya, apa kejadian kemarin malam itu nyata?
Sepi, itu yang kurasakan. Tak ada suara apapun, sampai-sampai detak jantungku pun terdengar jelas.
Perutku mual ... aku langsung terbangun seketika, beranjak ke kamar mandi meski pusing di kepalaku tiba-tiba menyerang. Aku langsung memuntahkan isi perutku ke wastafel.
Apa itu? Menjijikan! Belatung-belatung itu keluar dari mulutku setelah aku memuntahkan isi perutku, sialnya mereka masih bergerak-gerak hidup, dengan darahku yang bercampur. Aku langsung mencuci mulutku dengan kasar untuk menghilangkan rasa menjijikan itu.
Aku terbatuk karena sebagian air keran masuk ke hidungku. Tak lama, aku mendengar suara pintu kamarku diketuk. Aneh, karena jaraknya jauh, kan.
Tok ... tok ... tok ...
"Ini ... mbok," ucapnya dari luar.
Aku menghentikan kegiatanku, mematikan keran untuk mendengar lebih jelas.
"Buka pintunya," pintanya parau.
Aku perlahan keluar dari kamar mandi, berjalan ragu ke arah pintu. Tak yakin jika harus membuka pintu untuknya.
DUG!
Gedoran keras itu mengagetkanku. Lagi, apa sosok itu akan datang? Kakiku kaku tak bisa digerakkan, nafasku memburu gelisah. Terlebih saat pintu kamarku terbuka perlahan dan sosok itu memandangku sinis dengan seringainya di wajah.
Aku langsung tak sadarkan diri, saat ia tiba-tiba ada di hadapanku dan langsung menusuk dadaku dengan pisau di tangannya.*
Aku langsung terbangun dari tidurku, ternyata hanya mimpi. Aku bernafas lega, mengatur nafasku yang memburu dan mengelap keringat dingin yang bercucuran.
Tapi ... entah kenapa aku merasa sesuatu di tanganku ada yang menggerayangi. Saat kulihat apa itu, betapa terkejutnya saat tahu ternyata di tanganku penuh dengan sekumpulan belatung yang bergerak-gerak.
Aku langsung terbangun dari posisi tidurku. Aku berusaha menyingkirkan belatung-belatung itu ditanganku, dan tubuhku? Bagaimana bisa?
Tok … tok … tok …
“Non, ini mbok, boleh mbok masuk?”
Aku menghiraukan ketukan pintu Mbok Sumi, dan tetap fokus dengan belatung di seluruh tubuhku dan sekarang mereka berusaha masuk ke kulitku.
Aku langsung mengambil pisau buah di nakas dan segera menyingkirkan ulat-ulat itu di tubuhku dengan brutal, meski aku tahu itu menyakitkan, aku tak peduli. Aku hanya ingin belatung-belatung itu menyingkir dari tubuhku walau darah segar kini mengalir di seluruh tubuhku.
Aku berteriak histeris karena dua hal, belatung itu yang tidak menyingkir dari tubuhku dan sakit yang semakin terasa.
“Non, non baik-baik saja?”
Aku tetap tidak peduli dengan Mbok Sumi yang mengetuk pintu tergesa dan juga mamah yang kini ikut menggedor pintuku.
“Non!”
“Ahra, buka pintunya. Apa yang terjadi?”
Kenapa? Sekarang Aku merasa bukan aku yang melakukannya, kenapa tak bisa berhenti menyakiti diriku. Hah, wanita itu … sosok yang mirip Mbok Sumi kini menampakkan diri dengan wajah yang mengerikan. Tubuhnya dipenuhi ulat dan darah yang mengalir, aku terlihat sepertinya kini. Dia hanya diam dengan seringainya yang selalu ia tujukan padaku.
Tiba-tiba tanganku mengacungkan pisau itu ke dadaku dan pandanganku memburam tak lama gelap yang datang.
---
Tok … tok … tok …
Awalnya wanita tua itu hanya ingin memastikan keadaan gadis yang berada di dalam kamar di hadapannya kini, dengan membawakan teh hangat di atas nakas.
Tok … tok … tok ...
“Non, ini mbok. Boleh mbok masuk?”
Bukan sahutan yang dia dengar, melainkan teriakan yang ketakutan dari dalam kamar. Teriakan itu semakin jelas yang membuat ia khawatir.
“Non, non baik-baik saja?”
Tak lama, seorang wanita lain yang merupakan mamah gadis itu datang dan mencoba mengetuk pintu kamar gadis itu.
“Non!”
"Ahra kenapa, Mbok?" tanya wanita itu, yang merupakan mamahnya penasaran.
"Non Ahra tidak mau membuka pintunya, Nyonya," jawab Mbok Sumi.
Wanita itu menatap aneh pada Mbok Sumi, ia berfikir kenapa harus mengetuk pintu dan berteriak seperti itu, tinggal dibuka saja, kan.
Tiara langsung mencoba membuka pintu kamar Ahra, tapi ternyata pintunya terkunci.
“Ahra, buka pintunya. Apa yang terjadi?”
Tiara membujuk Ahra agar mau membukakan pintu, namun sampai sekarang pun pintu itu belum terbuka.
Lama kelamaan ketukan pintu semakin kencang dan terburu-buru, meski tak ada sahutan dari dalam yang membuat mereka takut. Ditambah mereka mendengar teriakan yang sangat kencang, dan itu membuat mereka semakin takut. Mereka terus berusaha mencoba membuka pintunya secara paksa meski sia-sia.
“Ahra, buka pintunya!”
“Non, non baik-baik aja kan?”
Mereka terus mencoba segala cara agar pintu terbuka.
“Ahra, jawab mamah sayang!” teriak frustasi wanita itu yang merupakan mamah dari gadis yang ada di dalam kamar.
Tak habis pikir wanita itu berlari kebawah menuju gudang dan kembali dengan membawa kapak ditangannya, dengan sekuat tenaga dia mengacungkan kapak itu berusaha menghancurkan pintu kamar.
Bruk … bruk … bruk
Meski sudah mencoba beberapa kali, pintu itu tetap tidak bisa dihancurkan. Mungkin, tenaganya tidak kuat. Tiara mulai lemas saat teriakan dari dalam kamar sangat keras dan setelah itu tak terdengar apapun.
“Ahra, kau dengar mamah?!” Wanita itu berteriak sambil mengetuk pintu terus menerus lalu terduduk lemas, dia menangis karena tidak tahu apalagi yang harus ia lakukan.
Wanita tua disampingnya yang merupakan pelayan di rumah itu mencoba menenangkan majikannya dengan berjongkok disamping wanita itu, dia merasa takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada gadis di dalam kamar itu yang merupakan anak dari majikannya itu.
KRIEEET
Dengan perlahan, pintu kamar terbuka dan terlihat seorang gadis dengan wajah dingin dan tatapan kosong disertai hawa dingin yang mencengkam.
“Ahra,” lirih wanita itu dengan wajah lelah sekaligus lega.
“Ada apa?” tanya gadis itu tenang seolah tak terjadi apa-apa.
“Non, Non baik-baik saja?” tanya pelayan itu memastikan, masih dengan posisi berjongkok.
Gadis itu malah tersenyum menyeringai, “aku baik, sangat baik.”
Tiara langsung bangkit memeluknya karena perasaan lega yang sebelumnya rasa ketakutan yang menguasai.
“Mamah pikir, terjadi sesuatu padamu," ucapnya khawatir dan semakin mempererat pelukannya pada gadis itu.
Wanita itu menangis haru dan senang karena putrinya baik-baik saja. Sebaliknya, pelayan mereka yang masih berjongkok dibawah malah menampilkan ekspresi ketakutan dan wajahnya pucat pasi. Bahkan ia sampai jatuh terduduk.
Itu karena ia sadar kalau gadis dihadapannya kini berbeda, terlebih saat ia melihat kebawah tepat di kaki gadis itu, yang ia lihat kulit putih pucat seperti tak bernyawa.
.
.
.
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa tinggalkan jejak
Rate, like, coment, and tap love
Sampai jumpa!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
jihan
kisah nyata kah ini
2021-10-15
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
lanjut ah...
2021-03-09
0
Ijah
Serem Thor,, di rumah sendirian, mendung gelap pula hiiiii
2021-02-08
0