Menunjukkan Sosok Asli

"Ka--kau ... bagaimana ...."

Mia tak percaya, bagaimana bisa gadis di hadapan nya tahu rencana mereka. Perlahan ia mundur lalu berbalik meninggalkan Ahra. Ia beranjak dari sana, berjalan dengan sangat cepat dan terburu-buru.

Ia memutuskan menelepon Tuan Dika bermaksud memberi tahu jika rencana mereka sudah ketahuan. Untungnya Tuan Dika langsung menjawab panggilan Mia.

**[Paman]

[Mia, ada apa?]

[Paman ... ini tidak boleh terjadi]

[Mia, kau baik-baik saja?]

[Dia tahu semuanya, dia tahu rencana kita]

[Apa maksudmu?]

[Dia--]**

-AAAAA-

Mia tiba-tiba saja terhempas sampai tubuhnya menabrak pohon. Ponselnya terlepas dari genggamannya, terbanting ke tanah, dan memutuskan panggilan dengan Tuan Dika karena mati.

-UHUK ... UHUK ....-

Mia mencoba bangkit meski ia tak merasakan kakinya ada. Dalam keadaan tengkurap, ia menoleh ke belakang, ternyata Ahra sedang menghampirinya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi," kecamnya lalu ia mengarahkan tangannya pada Mia dan menggerakkan tangannya ke atas diikuti dengan tubuh Mia yang melayang di udara.

"A--apa yang kau lakukan?"

Ahra menggerakkan jarinya seolah sedang mencengkeram dan itu berefek pada Mia yang merasa seperti dicekik.

"K--kau ...."

Ahra menggerakkan tangannya ke samping dan Mia langsung terhempas ke samping dan menabrak kaca rumah sakit sampai pecah.

Orang-orang di sekitar sana langsung berteriak histeris dan kebingungan apa yang sedang terjadi. Pecahan kaca itu beberapa mengenai Mia dan menusuk kulitnya.

"Tolong ...." lirih Mia sambil berusaha meraih seseorang, tak lama ia tak sadarkan diri.

"Cepat, tolong dia!" Orang-orang di sana langsung menolongnya. Beberapa dokter dan perawat mengenali wajah Mia karena sering datang ke rumah sakit untuk menengok Ahra.

"Cih, harusnya aku banting dia ke bawah!" geram Ahra terdengar menyesal.

---

Nyonya Tika langsung berlari keluar dari mobil diikuti seorang pria di belakangnya, sesaat setelah sampai di tempat parkir rumah sakit. Ia benar-benar takut. Meski kakinya bergetar karena terlalu terkejut, ia terus berusaha sekuat tenaga untuk lari.

Tadi baru saja ia dapat kabar bahwa Mia kecelakaan. Ada yang mendorongnya sampai menabrak kaca rumah sakit. Meski Nyonya Tika orang yang gila kerja, ia tetap khawatir dengan anaknya. Bahkan ia meninggalkan rapat yang sedang berlangsung.

"A--apa yang terjadi pada Mia? Dia baik-baik saja kan?" tanyanya pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan operasi.

"Harap tenang dulu, Nyonya," pinta dokter itu mencoba menenangkan.

"Mana bisa aku tenang!" teriak Nyonya Tika.

"Tika, tenanglah," ucap pria yang tadi mengikutinya dari belakang. Dia Tuan Dimas, suaminya.

"Ta--tapi ... Mia ... dia ...."

"Dia baik-baik saja, percaya padaku." Tuan Dimas langsung merangkul Nyonya Tika dalam pelukannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" isak Nyonya Tika dalam pelukan Tuan Dimas.

"Tenang, aku sudah menghubungi polisi untuk menangani kejadian ini. Siapapun pelakunya tidak akan bisa lari, akan ku pastikan dia bertanggung jawab," ungkapnya meyakinkan.

Setelah Nyonya Tika tenang, dokter akhirnya memberi tahu apa yang terjadi. Dokter bilang, Mia diserang oleh seseorang yang tak dikenal. Tuan Dimas yakin, pasti yang terjadi ada hubungannya dengan bisnis ia dan istrinya.

---

*"Mia ...."

Mia membuka matanya perlahan. Ia langsung bangun dari posisi tidurnya. Hutan ini ... Mia melihat sekeliling, ternyata benar itu hutan yang sama seperti hutan yang ia lihat waktu itu. Gelap, sunyi, dan dingin.

"Ini mimpi?"

Ia bangkit berdiri, lalu memutuskan berjalan menyusuri hutan.

"Mia ...."

Suara itu lagi, Mia menoleh ke sana--ke mari mencari sumber suara. Namun, tak ada siapapun di sana.

"Mia ...."

"Kau siapa? Apa maumu?" teriak Mia sambil mencari-cari.

"Aku di atas," lirihnya seperti berbisik tepat di telinga Mia.

Saat Mia menengadahkan kepalanya, ia bisa melihat seorang gadis yang sedang diikat di atas dengan benang yang menyambung ke ranting pepohonan.

Mia menyipitkan matanya, mempertajam penglihatan berharap bisa dengan jelas melihat siapa gadis itu. Rambutnya panjang terurai, kedua tangan dan kakinya dililit oleh benang, kepala gadis itu sedang menunduk, jadi rambutnya menutupi wajahnya.

Mia tidak tahu siapa gadis itu, tak ada siapapun yang bisa ia duga. Tapi, saat gadis itu mendongak dan melihat ke arah Mia ....

"Mia ...." lirih gadis itu.

Mia melotot tak percaya dengan siapa yang ia lihat. Gadis itu ... "Ahra?"*

---

Matanya langsung terbuka, pelipisnya dipenuhi keringat dingin, bahkan ia merasa sesak napas. Ia benar-benar takut dengan mimpi yang baru saja ia alami. Meski mimpi, tapi ia merasa nyata.

Merasa asing dengan bau di sekitar, matanya melihat sekeliling, memastikan ia ada di mana. Sepertinya ini ruang inap, batinnya menebak.

"Mia, kau sudah sadar." Nyonya Tika tampak senang meski awalnya terkejut. "Tunggu, mamah panggil dokter dulu." Ia langsung beranjak pergi keluar.

"Mia, akhirnya kau sadar," ucap Tuan Dimas yang berdiri di sebelahnya sambil tersenyum lega.

Papah ....

"Kau baik-baik saja?" tanyanya memastikan. Mia hanya bisa tersenyum untuk menanggapi.

Tuan Dimas langsung bergeser posisi saat dokter sudah datang dan langsung memeriksa keadaan Mia. Dokter bilang, kondisi Mia sudah membaik. Meski begitu, ia harus tetap menginap beberapa hari lagi di rumah sakit.

---

Tuan Dika terburu-buru sepanjang koridor rumah sakit, ia tak peduli meski sepatunya menghasilkan bunyi nyaring karena menggema ke seluruh sudut. Koridor itu tampak sepi, hanya ada beberapa dokter dan perawat yang lewat.

Ia langsung membuka pintu ruang inap di hadapannya. Berjalan mendekati gadis yang menatapnya senang melihat sosoknya.

"Kau datang?" Ahra tampak senang melihat kedatangan Tuan Dika.

"Apa yang kau lakukan pada Mia?" sentak Tuan Dika tak mempedulikan ucapan Ahra tadi.

"Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura, aku tahu ini perbuatanmu."

"Aku tidak tahu apa-apa!" Ahra memalingkan wajahnya dari pandangan Tuan Dika.

"Ponsel Mia tergeletak di taman." Ia menunjukkan ponsel bercasing bunga-bunga dalam genggamannya.

"Lalu, apa hubungannya denganku."

"Kau sudah melakukan apa pada Mia?"

"Kau ke sini hanya untuk menuduhku?" tanyanya jengkel.

"Aku tidak peduli kau tahu rencana kami atau tidak, tapi yang pasti kau akan kembali ke alammu."

Tuan Dika sangat marah pada sosok di hadapannya. Lagipula ia bukan Ahra kan.

"Kau bercanda? Itu tidak akan mudah," ungkapnya seolah mengejek. Ia malah menyeringai licik.

"Dasar Setan!" Tuan Dika kembali mencekik Ahra karena sudah tak bisa menahan emosi. Aura berusaha melepaskan diri dengan kedua tangannya. "Kalau sampai terjadi sesuatu pada Mia, aku akan menghancurkan mu!"

Ahra menatap marah pada Tuan Dika, ia langsung mendorong Tuan Dika sampai terpental ke belakang dan tersungkur di lantai.

"Jangan membuatku marah, Makhluk Rendahan!"

Ahra menatap Tuan Dika dengan matanya yang berubah merah, nafasnya terdengar berat, dan auranya terasa menyeramkan.

Tuan Dika terbatuk karena dadanya sakit dan ia berusaha bangkit berdiri. Setidaknya ia dekat dengan pintu ruang inap itu, jadi ia bisa melarikan diri.

"Jangan berfikir untuk melarikan diri," sinisnya lalu Ahra menggerakkan tangannya di hadapan Tuan Dika.

Tuan Dika melayang di udara. "Apa yang kau lakukan?"

"Setidaknya aku tidak mencekikmu." Aura menggerakkan tangannya ke samping. " Selamat tinggal, kau sudah membuatku muak." Tuan Dika terhempas ke samping menuju kaca rumah sakit yang mengarah ke luar.

-PRANG-

Terpopuler

Comments

Rika Rostika

Rika Rostika

cpt donk dtngin sang penolong biar setan'y d lenyapkn

2021-01-15

0

Hasan Suki

Hasan Suki

tidak bermutu,,berbelit belit hahahhahaaaa
dasar amatir

2020-08-23

0

Van Theglang Town

Van Theglang Town

lanjutkan

2020-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!