Terpaksa

Cerita ini hanya fiktif belaka. Tempat, karakter, dan semua yang terjadi dalam cerita hanya imajinasi penulis. Penulis tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun.

.

.

.

*Tujuh Hari Setelah Kejadian*

-Siang Hari-

Ahra tersenyum manis ke arah Tuan Dika yang menatapnya dengan mata melotot.

"Sekarang kau mengerti?"

"Jangan pergi, atau aku akan melakukan sesuatu pada Ahra-mu. Jadi, te-- Eu ...." Sebelum Ahra menyelesaikan kalimatnya, Tuan Dika tanpa ampun mencekik leher Ahra kuat.

"Aku tidak peduli kau siapa, berani kau menipuku!" Tuan Dika tak peduli meski air mata mulai mengalir di kedua mata Ahra-putrinya-, bukan ... Gadis yang dihadapannya kini bukan Ahra. "Di mana Ahra sekarang? Kau ke manakan dia?"

Gadis itu mencoba melepaskan cekikan tangan Tuan Dika yang kuat di lehernya.

"Jawab aku, atau aku akan membunuhmu!" Tuan Dika semakin mencekik Ahra dengan kuat.

Tak lama pintu ruangan itu terbuka. Nyonya Tiara masuk dengan kantung kresek berisi makanan di tangannya. Awalnya ia tak menyadari, tapi saat ia menajamkan pandangannya.

"Ahra!" Nyonya Tiara terkejut dengan apa yang terjadi. Ia langsung berlari menghampiri mereka.

Tuan Dika tak bergeming meski dengan kehadiran Nyonya Tiara. Ia terlanjut marah pada sosok di hadapannya.

"Mas! Apa yang mas lakukan?" tanya Nyonya Tiara terkejut sambil mencoba melepaskan cekikan Tuan Dika. "Lepaskan dia, mas. Mas sudah gila ya?"

UHUK ... UHUK ....

Nyonya Tiara berhasil melepaskan cekikannya, tapi seolah Tuan Dika belum puas, ia berusaha kembali mencekik Ahra.

Ahra menyentuh lehernya yang sakit. Ia terbatuk dan segera mengatur napas perlahan. Ia menatap Tuan Dika dengan pandangan sendu. Entah apa yang ia pikirkan.

"Mas!" teriak Nyonya Tiara prustasi.

"Menjauh darinya Tiara! Dia bukan Ahra!" tegas Tuan Dika sambil menunjuk Ahra tepat di hadapan wajahnya.

"Apa yang mas katakan?" tanyanya dengan wajah sedih.

"Ma ... mah ...." liri Ahra dan langsung bersembunyi di balik tubuh Nyonya Tiara.

"Berani kau meniru Ahra!" sentak Tuan Dika lagi--lagi.

"Mas!"

"Coba lihat baik-baik, dia bukan Ahra! Dia itu setan!"

-PLAK-

Nyonya Tiara langsung menampar Tuan Dika dengan keras. Air matanya keluar perlahan. "Cukup, mas," lirih Nyonya Tiara tetap mencoba menahan tangis.

Tuan Dika menatap Nyonya Tiara dengan pandangan sedih. "Baik, itu terserahmu." Tuan Dika memutuskan untuk keluar dari ruang inap itu. Ia bermaksud menjernihkan kepalanya.

"Ahra, kau baik-baik saja kan?"

Nyonya Tiara memeriksa keadaan Ahra. Ia bahkan terkejut, selang infus nya sudah tak terpasang di punggung tangannya. Nyonya Tiara mengira itu ulah Tuan Dika -suaminya-.

Mia sudah sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju ruang inap Ahra, meski dengan terpaksa. Entah kenapa jantungnya jadi berdetak dengan kencang. Gugup kah?

"Paman," panggil Mia.

Mia menghampiri Tuan Dika yang baru keluar. Ia baru tiba di rumah sakit.

"Sebaiknya kau menjauh dari setan itu." Tuan Dika tiba-tiba emosi. Ia langsung pergi meninggalkan Mia yang kebingungan dengan sikapnya yang tiba-tiba emosi.

Tuan Dika berjalan menuju lift ke lantai bawah. Sepanjang jalan, dia terus mencoba untuk menahan emosi. Mia hanya memperhatikan Tuan Dika yang semakin menjauh.

"Setan?" Ia tak mengerti maksud Tuan Dika.

Tiba-tiba saja, Mia jadi teringat dengan pembahasannya kemarin dengan wanita tua di toko itu.

Haruskah aku lakukan itu sekarang?

Mia mengintip dari celah pintu ruang inap Ahra. Ia melihat keadaan sekitar, untungnya di lorong itu tampak sepi. Lalu, dengan sengaja ia berbalik dan menundukkan kepala sampai ke bawah kakinya dan melihat ke arah Ahra lewat celah kedua kakinya.

Awalnya biasa saja, tapi lama-kelamaan Ahra dalam pandangannya berubah. Wanita berambut panjang yang kusut dengan darah di sekujur tubuh dan dikerubungi belatung. Mia menatap takut pada sosok itu. Jelas-jelas itu bukan Ahra. Gadis itu-- bukan, wanita itu siapa?

Mia bangun dari posisinya. Ia bersikap seolah tak habis melakukan apapun saat dua perawat lewat di dekatnya. Ia hanya tersenyum sopan ketika perawat itu melihat ke arahnya.

Itu benar, bukankah seharusnya aku memberitahu tante dan paman? Tapi, sepertinya akan sulit jika pada tante. Kalau begitu, aku akan mencobanya pada paman.

Mia memutuskan menyusul Tuan Dika. Ia akan membicarakan tentang wanita itu. Mia turun ke bawah, dan mencari Tuan Dika di lantai satu.

Tuan Dika sedang duduk di tangga di depan pintu keluar rumah sakit.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa dia bukan Ahra," geramnya sambil memukul dinding di sampingnya.

Tuan Dika tak mempedulikan telapak tangan bagian sampingnya yang memar. Dia kembali memukul dinding.

"Siapa wanita itu sebenarnya?" Tuan Dika menggeram kesal, sambil terus mencoba meredam emosi.

"Paman," panggil seseorang dari arah belakang.

Ah, ternyata itu Mia. Tuan Dika menatap Mia lalu tersenyum tipis, mencoba menutupi amarahnya.

"Mia, ada apa?"

Mia langsung duduk di sebelah Tuan Dika. "Harusnya aku memberikan ini pada tante, tapi ...." Mia melihat ke arah Tuan Dika. "Paman, baik-baik saja?"

 "Aku baik-baik saja," jawabnya lirih. "Hanya saja, aku masih tidak percaya, dia bukan Ahra-ku." Tuan Dika menatap kosong ke jalanan di hadapannya.

"Paman sebenarnya--" Ucapan Mia terpotong dengan seruan seseorang dari arah belakang.

"Mia, kau sudah datang?"

Mia menoleh pada Nyonya Tiara. "Iya, tante."

"Kalau begitu, berikan itu pada Ahra. Maaf ya, merepotkan mu," ujarnya terdengar sedikit mengusir.

"Pada Ahra?"

"Iya, tolong ya."

"Iya, baik tante."

Mia dengan terpaksa beranjak pergi dari sana. Kembali ke ruangan Ahra yang menurut ia menyeramkan.

"Mas, aku ingin bicara." Samar-sama Mia mendengar suara Nyonya Tiara meski sudah di dalam rumah sakit.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca

Jangan lupa tinggalkan jejak

Rate, like, coment, vote, and tap love

Sampai jumpa!

Terpopuler

Comments

Qqom Koko

Qqom Koko

senetron bngt.....putus putus bikin emosi

2020-07-09

0

NyaiAna

NyaiAna

lanjut thor

2020-07-04

0

¥¥ Devdan ¥¥

¥¥ Devdan ¥¥

Oke ntap

2020-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!