Percobaan

Cerita ini hanya fiktif belaka. Tempat, karakter, dan semua yang terjadi dalam cerita hanya imajinasi penulis. Penulis tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun.

.

.

.

*Empat Hari Setelah Kejadian*

Pagi ini, Mia datang lagi ke toko buku yang membuat ia penasaran. Tentang Ahra yang dibicarakan wanita tua itu. Tentang pandangan lain manusia di antara celah kedua kaki.

"Selamat datang," sapa wanita paruh baya itu. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?"

"Ini, soal kemarin," gumam Mia seraya menghampiri wanita itu. Seolah sudah tahu akan kedatangan Mia, ia hanya tersenyum puas.

"Apa maksudmu aku harus melihatnya di antara kedua kaki?" tanyanya penasaran.

Wanita itu menatap Mia lekat. "Kita hidup di dunia ini tidak sendirian. Ada hal lain yang tidak kita ketahui," jawabnya yang malah membuat Mia kebingungan.

"Contohnya?" Mia meminta penjelasan lebih detail.

"Mereka ada di dunia ini, bersama kita," lanjutnya.

"Mereka?"

"Makhluk yang tak bisa kita lihat." Mia menatap wanita paruh baya itu tak percaya. Bukan apa-apa, ia tak percaya dengan hal-hal seperti itu.

"Temanmu terjebak di alam lain."

"Maksudmu?"

"Dia menyeret temanmu ke tempatnya."

"Lalu, aku harus bagaimana?"

"Saat malam bulan purnama, aku akan mengusirnya. Dia harus kembali ke alamnya, begitu juga temanmu, dia harus kembali ke sini."

"Bagaimana caranya?"

"Minggu depan temui aku di sini, aku akan ke sana saat malam hari. Kau harus bicara dengan keluarganya."

Wanita itu membuka loker di depannya, lalu mengambil sesuatu dari sana dan menyerahkannya pada Mia.

"Ambil ini. Jika kau ingin membuktikannya pada temanmu, pasangkan pada pergelangan tangannya," jelas wanita itu sambil menyerahkan sebuah gelang.

Gelang itu memiliki bandul bersimbol spiral. Tak ada hiasan apapun di sana, hanya bandul itu.

"Apa ini?"

"Kau akan tahu sendiri." Wanita itu menatapnya lekat. "Pasangkan itu pada lengan temanmu, kau akan tahu siapa dia sebenarnya.

Mia memandangi wanita itu ragu. Meski begitu, dalam hatinya berkata agar mempercayai wanita itu.

*Enam Hari Setelah Kejadian*

-Pagi Hari-

Mia merasa bosan di rumah. Orangtuanya selalu sibuk bekerja, itulah alasan kenapa dia sering berkunjung ke rumah Ahra untuk menghilangkan rasa bosan.

Seperti pagi ini, dia kembali datang ke rumah Ahra meski hatinya merasa tidak nyaman akan sesuatu. Sudah tiga hari ia tak mampir, lagipula ia rindu dengan Ahra, mungkin. Meski hatinya ragu jika ia memang merindukan Ahra.

"Pagi, Tante," sapa Mia dengan senyum di wajah.

Ia sudah biasa ke sana dan menganggap kalau rumah Ahra adalah rumah sendiri dan bisa dibilang mereka adalah keluarga kedua Mia. Termasuk orang rumah, mereka juga sudah menganggap Mia seperti keluarga sendiri.

Sejak kecil keluarga mereka sudah dekat. Mia tak merasa canggung atau segan pada keluarga Ahra. Begitu pun sebaliknya.

"Pagi," balas Nyonya Tiara yang sibuk menyiapkan sarapan dengan Mbok Sumi.

Tanpa diminta ia duduk di kursi makan dengan santai nya.

"Sarapan dulu," ajak Nyonya Tiara sambil memberi sepiring roti lapis dan segelas susu, lalu duduk di samping Mia.

"Terima kasih, Tante." Mia tersenyum sampai matanya menyipit. Tanpa segan ia langsung menyantap sarapan di depannya.

"Ahra mana?" tanyanya sambil mencari-cari dengan pandangannya.

"Dia masih di kamarnya," jawab Nyonya Tiara terdengar lirih.

"Paman mana, tante?"

"Dia sudah berangkat kerja tadi."

"Ooh." Mia hanya mengangguk-angguk.

"Saya akan panggil Nona Ahra untuk sarapan," pamit Mbok Sumi sambil berlalu.

"Hhm."

Mia merasa ada yang aneh dengan Nyonya Tiara. Dan juga tak biasanya Ahra telat sarapan. Apalagi sampai Nyonya Tiara membiarkannya di kamar.

"Tante," panggil Mia pelan.

"Hm?" Nyonya Tiara menatap Mia kosong. Pandangannya entah sedang melihat ke mana.

"Menurut tante, apa ada yang aneh dengan Ahra?" tanyanya hati-hati.

"Maksudmu?"

"Tante tahu, saat kita ke toko buku waktu itu, apa yang dikatakan nenek pemilik toko?"

"Apa?"

"Dia--"

"NYONYA, NONA AHRA TERLUKA!" teriak Mbok Sumi dari lantai atas.

Omongan MIa terpotong dengan teriakan Mbok Sumi. Mereka berdua yang mendengar itu langsung berlari ke lantai atas. Saat masuk ke kamar, terlihat Mbok Sumi sedang memangku Ahra dengan kening yang berdarah. Entah apa yang terjadi. Mereka langsung menghubungi ambulans dan segera pergi ke rumah sakit.

Mia, Mbok Sumi, dan Nyonya Tiara menunggu di luar ruangan. Dokter bilang, jika Ahra baru saja melakukan percobaan bunuh diri. Pelipisnya sobek karena menabrakkan diri ke cermin sampai pecah. Mereka tak menyangka jika Ahra memang melakukan itu.

Mereka diam tenggelam dalam pikiran masing-masing. Pikiran mereka sama-sama melayang entah ke mana. Mia memikirkan kejadian kemarin, saat ia mengunjungi toko buku itu lagi.

-Siang Hari-

Kini ... Mia sudah berdiri di samping Mia yang terbaring. Kelas VIP memang ruangan pribadi, tak ada pasien lain di sana. Hanya ada Ahra. Ruangannya pun luas, bahkan ada sofa di ujung sana. Termasuk televisi di dekat jendela.

Ahra, maafkan aku. Aku ... hanya ingin membuktikan sesuatu, batin Mia merasa bersalah.

Mia memperhatikan sekeliling, ia tak mau ada saksi mata. Setelah merasa aman, ia langsung meraih tangan Ahra dan perlahan memasangkan gelang itu ke lengan Ahra. Namun, belum sempat ia berhasil, Mia dikagetkan dengan suara Ahra.

"Apa yang kau lakukan?"

"Ha, Ahra? Bagaimana kau--" Mia terkejut dan langsung mengambil gelang itu kembali. Ia meremasnya kuat, dan merasa gelisah karena ketahuan.

"Aku tanya, apa yang kau lakukan?" Ahra masih terbaring di ranjang.

"A--aku--"

Ahra langsung bangun terduduk dan berusaha mengambil benda yang ada digenggaman Mia. Mia berusaha untuk menyembunyikan gelang yang ada di genggamannya di belakang punggungnya, tapi akhirnya sia-sia.

"Apa ini?" tanya Ahra minta penjelasan. Ia menggenggam gelang itu di tangannya.

"I—itu--" Mia terbata. Ia bingung harus menjawab apa.

"Ah!" Ahra merasa kulitnya terbakar saat bandul gelang itu menyentuh kulit telapak tangannya. Spontan Ahra melepaskan gelang itu.

Mia terkejut dengan reaksi gelang itu pada Ahra. Kenapa bisa?

"Kau!" Ahra menggeram marah pada Mia yang masih melihat ke arahnya dengan terkejut. Ahra hampir menyerang Mia, namun saat Nyonya Tiara tiba-tiba masuk ia mengurungkan niatnya.

Saat Nyonya Tiara melihat Ahra sedang dalam posisi duduk, ia terkejut karena senang. "Ahra, kau sudah sadar?"

Ahra hanya menatapnya kesal, seolah Nyonya Tiara itu pengganggu.

"Dokter! Dokter!" seru Nyonya Tiara sambil berlari keluar.

"Sebaiknya kau jangan terlalu ingin mencari tahu," ancam Ahra sambil mencengkram lengan Mia kuat. "Kalau kau tidak ingin menyesal," lanjutnya.

"Ahra," lirih Mia bergetar.

"Kau siapa?" tanya Mia. Ia menuntut penjelasan pada Ahra. "Aku merasa ... kau bukan Ahra," ujar Mia emosi.

"Hmp, entah. Menurutmu?"

Mia mundur perlahan tak lupa ia mengambil gelang pemberian wanita tua itu yang jatuh di lantai, lalu berbalik dan beranjak pergi dari sana. Saat ia membuka pintu ruangan, Mbok Sumi datang dengan kantong kresek di tangan.

"Non Mia? Anda mau ke mana?" Mbok Sumi menatap Mia heran. Tak biasanya Mia memasang wajah begitu, takut, kesal, dan sedih sekaligus.

"A--aku--" ucap Mia terbata yang semakin membuat Mbok Sumi kebingungan.

Apa mereka bertengkar? Tidak biasanya. Apa yang sebenarnya terjadi? pikir Mbok Sumi saat itu.

Mia tak peduli dengan pertanyaan Mbok Sumi. Ia melewatinya begitu saja, tanpa pamit atau apapun.

"Dia bukan Ahra. Jelas-jelas dia bukan Ahra," gumam Mia sepanjang koridor rumah sakit.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca

Jangan lupa tinggalkan jejak

Rate, like, coment, vote, and tap love

Sampai jumpa!

Terpopuler

Comments

REX

REX

terbaik

2021-02-27

0

Rika Rostika

Rika Rostika

lanjuut penasaran..

2021-01-15

0

intan

intan

lanjut

2020-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!