Sudah sangat lama pantai dikawasan laut selatan Malang di tutup untuk umum. Orang tidak lagi berani mendatangi tempat tersebut, karena terlanjur mendapatkan label Angker.
Gua kalong dengan pemandangan yang eksotis membisu dalam kedamaian semesta. Namun di dalam gua itu, tersimpan kengerian yang tersembunyi dalam gelap.
"Dimas mau cari ibu Nenek!"
Kata-kata itu dilontarkan oleh mahluk kerdil berwajah tua berkali-kali. Dia terus melompat diantara batu-batu dalam gua seakan-akan sedang merajuk kepada mahluk besar bersayap berbentuk kelelawar.
Dimas terus bicara sendiri sedang mahluk itu hanya menjawabnya dengan menyalak. Entah apa yang dikatakan mahluk itu, hanya Dimas yang mengerti artinya.
"Prok..prok.. prok..!" tiba-tiba saja Dimas bertepuk tangan kegirangan, dia seperti baru saja mendapat sesuatu yang menyenangkan hatinya. "Hore..!" jadi aku boleh pergi nek?"
Terima kasih nek, Dimas sayang nenek." Ucap Dimas sambil menari.
Malam itu bulan purnama, Dimas menyalak seperti serigala, "Aaauuuu..!" suara Dimas terdengar nyaring, membuat siapa saja yang berada ditempat itu pasti merinding.
Usai menyantap buruannya, Dimas masuk ke dalam hutan, tubuhnya yang kurus mungil bak hilang ditelan tingginya semak belukar. Sekali waktu bayangan Dimas tampak diantara pepohonan. Dia terus berlari sambil sesekali cekikikan.
"Ibu aku datang, Bu..."
Suara Dimas serak, berbaur dengan dendang binatang malam. Sementara penduduk desa sekitar terlelap dalam hening, tanpa menyadari sosok mahluk yang berbahaya tengah mengincar kehidupan mereka yang damai.
Pagi-pagi sekali Wanda dan Ratmoko, datang ke kampus, mereka langsung menuju perpustakaan untuk mencari buku-buku yang berkaitan dengan sejarah masa lalu.
"Wan kamu mau jadi pakar supranatural?" kekeh banget cari sejarah mahluk-mahluk seperti itu, kalau di kampus pasti nggak ada Wan, buku yang bahas tentang klenik." Kalau mau nanti kita ke Surabaya cari buku catatan orang-orang Belanda tentang mahluk-mahluk mitos."
Ratmoko jadi aneh melihat hobi baru teman dekatnya itu, Wanda yang tidak pernah percaya hantu sekarang justru keranjingan dengan hal mistis berbau klenik.
"Rat kamu kenapa gak ngomong dari tadi?" aku sudah banyak ambil buku sejarah, kamu baru ngomong sekarang!" Wanda kesal karena Ratmoko tidak memberi tahunya tentang buku yang dia cari.
Mendengar keributan itu, Rasti langsung bangun dari meja kerjanya. "Heh kalian, ini perpustakaan bukan pasar, jangan ribut nanti mengganggu yang lain."
"Lagipula apa yang kalian ributkan?" kalau Wanda mau cari buku tentang asal-usul mahluk-mahluk tak kasat mata, mbak sarankan kamu ke pasar buku loak di Surabaya. Mbak Rasti punya kenalan yang koleksi bukunya cukup lengkap."
Rasti kemudian memberikan secarik kertas yang berisi alamat pasar buku loak langganannya di Surabaya. Wanda menerima kertas itu dengan antusias, dan langsung menyeret Ratmoko pergi.
"Terima kasih mbak!" saya pergi dulu ya..!" Wanda segera mengajak Ratmoko berangkat ke Surabaya. Dia tidak sabar untuk mendapatkan petunjuk tentang mahluk apa yang sudah meliputi jiwa Laksmi sampai auranya hitam pekat seperti itu.
Dua jam perjalan mereka tiba di alamat pasar loak yang diberikan Rasti. Wanda langsung mencari kios buku yang di maksud.
"Maaf apa Bapak yang namanya Selamet?" Wanda langsung menemukan kios buku yang dimaksud oleh Rasti.
"Iya saya Selamet, adik berdua ini dari mana?" Ada yang bisa saya bantu?" Silahkan lihat-lihat dulu, barang kali ada buku yang cocok." Selamet langsung menunjukkan buku-buku pelajaran koleksinya.
"Bukan buku pelajaran Pak!" Kami cari buku yang memuat naskah-naskah kuno tentang lelembut atau semacamnya." Apa Bapak punya koleksi-koleksi buku semacam itu?"
Selamet memperhatikan tampilan kedua mahasiswa itu, dia merasa aneh karena tidak umum mahasiswa mencari buku tentang babat, atau manuskrip kuno.
"Dengan ragu dia mengeluarkan tiga buku tua yang ditulis oleh orang Belanda di awal tahun 1950. Satu buku usang itu bergambar ventagram dengan sampul kulit kayu tebal berwarna coklat tua.
"Buku-buku ini tidak saya jual, kalau kalian tertarik, saya akan meminjamkan ketiga buku ini, tapi kalian harus memberikan jaminan buku itu akan kembali utuh seperti saat diserahkan."
"Baik Pak saya akan jamin buku-buku ini terawat." Oh..iya ini ada sedikit uang anggap saja sebagai sewa." Wanda memberikan selembar uang seratus rupiah, kepada Selamet, kemudian langsung berpamitan untuk pulang.
"Ini terlalu banyak dik!" Selamet bengong karena merasa menerima harga sewa yang terlalu besar nilainya kala itu. "Ya sudahlah rejeki nggak boleh di tolak ujarnya dalam hati.
"Masih siang, kita mampir di rumahku sebentar ya Rat, Ibuku pintar masak, nanti kita makan siang sambil istirahat." Aku sangat penasaran dengan buku-buku ini." Wanda mengajak Ratmoko berkunjung kerumahnya.
Dua puluh menit kemudian, mereka sampai di rumah, "Assalamualaikum, Ibu..!" orang-orang ini pergi kemana sih?" Kenapa mereka ceroboh sekali?" Pergi keluar rumah tidak mengunci pintu." Wanda masuk rumah dan memeriksa setiap ruangan "Ayah..!"
"Ada apa Wan?" Ratmoko berlari masuk dengan panik, Ya Tuhan... Ayahmu kenapa Wan?' Ratmoko segera menggotong tubuh Darsono dari lantai, lalu meletakkannya di atas tempat tidur.
Wanda memegang tubuh ayahnya yang dingin, dan mendadak badannya langsung terguncang seperti tersengat listrik aliran tinggi. Seketika Wanda merasa berada ditempat lain yang gelap dan pengap.
"Aku ada dimana?" Siapa disitu?" halo.. kamu siapa?" Sesosok mahluk hitam dengan mata merah menyala berdiri dihadapan Wanda sambil menyeringai.
"Akghk... akghk.. akghk..!"
Mahluk itu menyalak mengepakkan sayapnya. Kuku tangannya yang panjang menunjuk Wanda seakan ingin memangsanya. Mahluk apa dia ini?" Ucap Wanda dalam hati.
Wanda langsung menarik tangannya dari tubuh Darsono yang kaku, kemudian komat-kamit membaca doa dalam hati. Pelan-pelan dia mengusap tubuh Darsono yang tubuhnya mulai membiru.
"Ayahmu kenapa Wan?" dia baik-baik saja kan?" Ratmoko penasaran, dengan kondisi Darsono yang tidak sadarkan diri dengan mata yang terbelalak dan mulut yang menganga.
"Ayahku diganggu makhluk tinggi besar, bermata merah Rat." Entah apakah dia ada hubungannya dengan Laksmi atau tidak, tapi mahluk itu sepertinya sangat jahat." Aku tidak berani menghadapinya."
"Wanda?" kamu pulang nak?" maaf Ibu tidak sempat mengabari mu, Ibu panik Ayah tiba-tiba kesurupan, lalu pingsan, jadi Ibu cari pak kyai."
Oh iya Pak kyai tolong sembuhkan suami saya." Sudah dua hari dia seperti ini."
Ibu Wanda mempersilahkan Kyai Lukman untuk memeriksa suaminya, sementara Wanda memeluk Ibunya yang terlihat panik dengan keadaan suaminya.
"Ibu sabar ya, kita berdoa saja semoga Ayah akan baik-baik saja." Wanda kemudian mengajak duduk Ibunya, lalu memperkenalkan Ratmoko.
Kyai Lukman tampak berkeringat, dia membaca doa lebih kencang, dan akhirnya beberapa waktu kemudian Darsono mulai bisa mengatubkan mulut, serta menutup matanya.
"Maaf Bu saya hanya sanggup sampai disini. Mahluk yang menguasai Pak Darsono sangat kuat, tetap doakan Bapak agar dia terbebas dari pengaruh iblis itu."
Kyai Lukman memeriksa denyut nadi dan jantung Darsono. Setelah merasa semuanya baik-baik saja, diapun pamit pulang. Wanda mengantar Kyai sampai keluar rumah.
Malam itu Wanda dan Ratmoko, memutuskan untuk menginap. Dia langsung mengajak Ratmoko untuk membantunya meneliti isi buku yang dipinjam dari Selamet.
Ditempat lain, sosok mahluk kerdil, dipergoki seorang warga desa, sedang memangsa hewan ternaknya. Dia teriak histeris mengundang perhatian masyarakat, yang kemudian berbondong-bondong datang dengan membawa senjata tajam.
Sontak kehadiran mahluk kerdil yang memangsa ternak, menghebohkan warga desa. Beritanya langsung menyebar meresahkan masyarakat sekitar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
ستي راحيمة الجوى
maaf kak othor kalo bisa gak usah kasih visual yang serem nya 👻👻
2022-03-09
0
MamiihLita
dimas .. apa mereka bs dkalahkan ? sdgkn rashya dll kmrn saja terperangkap bersama mereka drmh belanda itu
2021-09-03
0