Rahasia Darsono

Malam itu angin berhembus semilir, namun udara terasa begitu dingin. Sudah dua puluh delapan tahun Darsono tidak kembali lagi ke desa kelahirannya di kaki gunung Arjuno. Dia teringat kembali kejadian di masa lalu saat dia masih menjadi Kepala Desa.

Kejadian di malam berdarah itu selalu terbayang dalam ingatan Darsono. Ada penyesalan dalam hatinya. Namun sejarah tidak mungkin dirubah. Darsono menyesali perbuatannya kala itu.

Meskipun sudah puluhan tahun berlalu, tapi sumpah Laksmi masih saja terngiang di telinga Darsono. Setiap hari yang dia lakukan hanya berdoa agar kutukan Laksmi tidak menjadi kenyataan.

Pagi usai melakukan kegiatan rutin di bengkel sekaligus toko onderdil miliknya. Darsono bergegas pulang untuk menemui tamu di rumah. Seseorang bernama Sugi datang menemuinya setelah lama mereka pergi dari desa.

"Sugi..?" bagaimana kamu bisa sampai disini?" darimana kamu tahu alamat rumahku?" Warsono merasa heran karena saat dia pergi meninggalkan desa. Dia tidak pernah bicara kepada orang lain tentang keberadaannya.

"Anu kang, jujur saja aku minta bantuan orang pintar." Selama beberapa bulan ini aku sering didatangi Laksmi lewat mimpi. Lalu aku pergi ke orang pintar, katanya ini terkait dengan dosa kita dimasa lalu."

"Kemudian dia menunjukkan ciri daerah tempat tinggal mu, dan ternyata benar aku ada disini sekarang." Ungkap Sugi menceritakan asal mula dia bisa menemukan alamat Darsono.

"Aduh kamu gegabah Sugi!" ini akan berbahaya untuk kita, kalau sampai ada yang tahu tentang masalah Laksmi, aku, kamu dan mereka semua bakal celaka!" Awas kalau sampai kamu cerita tentang kejadian itu ke orang lain lagi. Aku pasti tidak ragu membunuh mu Sugi!".

"Tapi sekarang bagaimana kang?" Aku takut, setiap hari Laksmi menteror ku lewat mimpi. Aku bingung sekali, itu sebabnya aku menemui Kang Darsono." ucap Sugi dengan wajah cemas.

Darsono adalah Kepala Desa yang menjadi otak pembantaian di perkebunan teh tahun 1942. Bersama empat orang kaki tangannya Darsono merancang sebuah rencana besar untuk merampok para tuan tanah dengan memanfaatkan kemarahan warga desa.

Mereka mendapatkan momentum yang tepat, kematian Kusno menjadi kedok untuk menutupi dua rencana besar Darsono. Dia berhasil menghasut warga untuk balas dendam kepada tentara Belanda yang dinilai sewenang-wenang membunuh Kusno.

Darsono dan kaki tangannya sukses memperalat warga, pembantaian sadis terjadi. Darsono, Sugi, Karyo, Diran dan Kunto berhasil menjarah harta para tuan tanah, tapi mereka gagal untuk memiliki tubuh Laksmi yang sangat di idam-idamkan Darsono.

Perbuatan mereka mengakibatkan banyak nyawa orang tak bersalah melayang. Dan kini setelah kaya raya dengan harta jarahan, Nyatanya mereka tidak bisa tidur dengan tenang. Sumpah Laksmi menjadi momok yang menakutkan bagi Darsono dan kawan-kawannya.

"Begini saja Sugi, besok kita pergi menemui dukun sakti, aku kenal seorang dukun yang mumpuni di daerah gunung Kawi. Sekarang kamu pulang dulu, aku akan mempersiapkan semua yang dibutuhkan, baru kemudian aku jemput kamu." Perkataan Darsono sedikit melegakan hati Sugi, diapun memberikan alamat tempat tinggalnya agar Darsono bisa menjemput.

Setelah memberikan alamat dan meminum habis kopi yang disuguhkan, Sugi pamit pulang dengan perasaan tenang. Dia merasa Darsono bisa menjamin keselamatan mereka berlima.

Sementara itu, Darsono meminta istrinya untuk belanja kebutuhan sesajen. Dia berencana menemui dukun sakti dan melakukan ritual agar arwah Laksmi tidak menggangu hidupnya lagi.

Menjelang matahari terbit Darsono bergegas memasukkan barang-barang sesajen ke dalam bagasi motor mobil, dia langsung pergi menuju alamat Sugi di Pasuruan. Sampai di rumah Sugi Darsono terkejut karena ternyata tiga orang mantan anak buahnya sudah menunggu kedatangannya.

Mau tak mau Darsono pergi dengan mereka semua mengendarai dua buah mobil sedan. Sore hari mereka akhirnya sampai di daerah gunung Kawi.

Tempat itu sangat sunyi, rumah penduduk Masih sangat jarang. Darsono memarkir mobilnya dipinggir jalan lalu menyebrang masuk area hutan. Jam tujuh malam mereka sampai dirumah sang dukun. Darsono langsung mengutarakan Maksud kedatangan mereka kepada dukun yang bernama Tejo.

"Kalian sudah bawa syaratnya?"

"Sudah lengkap Kang, kembang tujuh rupa, kopi pahit, ayam cemani, buah-buahan dan kemenyan semuanya sudah saya siapkan Kang Tejo. Darsono menyerahkan tiga kresek yang berisi kelengkapan untuk melakukan ritual.

Tejo menerima sajen dari Darsono, lalu membawa ayam cemani untuk disembelih dan menuangkan darahnya dalam gelas. Setelahnya dia menyalakan dupa, memasukkan kembang tujuh rupa dalam bejana berisi air, sedangkan kopi dan buah-buahan diletakkan di meja. Sambil komat-kamit mengucapkan mantra Tejo melakukan komunikasi dengan mahluk halus.

"Darsono dan teman-temannya, bisa mencium aroma busuk yang memenuhi ruangan, bercampur dengan wangi kemenyan dan bunga melati. baunya sangat menyengat hingga mereka merasa mual.

"Ada apa memanggil ku Tejo?" kamu sudah mengganggu semedi ku, cepat katakan apa mau mu!" sesosok mahluk raksasa berbulu hitam dengan mata menyala, taring panjang dan kuku tajam tiba-tiba berdiri di depan Tejo.

"Aku ingin minta tolong, Ki Bajul Ireng, orang-orang ini diganggu oleh arwah yang bernama Laksmi. Aku minta tolong agar kamu bisa melenyapkan gangguan itu!"

"Hem.., itu tidak mudah Tejo, aku minta tumbal!" apa yang bisa kamu berikan?" Mahluk raksasa itu meminta syarat tumbal.

Kemudian Tejo memberikan darah ayam Cemani dan kopi pahit kepada mahluk itu sambil berkata akan memberikan seekor kambing untuk tumbal berikutnya apabila berhasil.

Mahluk itu lalu memegang kepala Darsono seakan ingin mencengkram dan memecahkan kepala Darsono. "Heh.. sebaiknya kalian jangan berurusan dengan mahluk itu" kalian pasti akan mati!" ucap mahluk itu mengingatkan.

Usai berkata mahluk raksasa itu menghilang begitu saja, tanpa memberikan alasan kenapa ia mengucapkan kalimat yang membuat Darsono takut.

"Kang, apa maksud perkataan mahluk raksasa itu?" apa dia mampu membereskan masalah kami?" bagaimana selanjutnya?" apa yang bisa kami lakukan kang?" tanya Darsono gemetar.

"Musuh kalian bukan jin, atau siluman. Aku tidak tahu dia itu mahluk macam apa. tapi yang pasti Bajul Ireng tidak sanggup mengalahkan mahluk itu."

"Lalu bagaimana nasib kami kang?" saya akan bayar berapa saja yang penting arwah Laksmi tidak lagi mengganggu ketentraman hidup kami."

Mendengar perkataan Darsono, Tejo jadi serakah dia ingin memeras Darsono. "Baik kalau itu keinginan kalian, tapi sekarang aku butuh perewangan banyak, jadi kalian harus membayar mahal, apa kalian sanggup?"

"Sanggup kang, katakan saja nilainya?" kami akan penuhi semua persyaratan kang Tejo, yang penting Laksmi pergi dari kehidupan ku selamanya." Ucap Darsono menyanggupi.

Tejo lalu membaca mantra, kemudian melihat air dalam bejana yang berisi kembang tujuh rupa, ia mengerutkan keningnya, tubuhnya gemetar, dan keringat dingin mengucur membasahi tubuhnya. "Sudah terlanjur!" gumamnya.

"Kenapa kang?" ada masalah apa lagi?" lakukan saja kami siap untuk menyediakan semua yang dibutuhkan!" Darsono menjadi lebih cemas, dia memaksa Tejo untuk tetap menghadapi Laksmi.

Tejo komat kamit membaca mantra kemudian, tubuhnya mengeras seperti batu. Cahaya putih keluar dari ubun-ubun kepala Tejo, terbang menembus atap rumah. Bersama dengan cahaya itu empat bayangan putih serupa harimau, ular, kera, dan sosok kakek-kakek melesat lalu hilang.

Untuk beberapa waktu, suasana menjadi sepi senyap. Darsono dan teman-temannya hanya diam menunggu apa yang akan terjadi. Kemudian angin berhembus kencang, rumah Tejo seperti diguncang gempa, lalu petir menyambar dan tubuh Tejo terbakar.

"Akgh... panas.. tolong... tolong aku!"

Darsono dan teman-temannya terkejut mereka panik dan lari meninggalkan rumah itu. "Mahluk apa yang merasuki Laksmi?" Dukun sekelas Tejo bisa mati olehnya". gumam Darsono dalam hati.

Darsono terus berlari kencang meninggalkan hutan tempat tinggal Tejo. Nafas mereka tersengal-sengal tampak jelas ketakutan di wajah setiap orang. Darsono menyalakan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan gunung Kawi, diikuti Sugi dibelakangnya.

Mereka semua tidak sadar telah menabuh genderang perang, mahluk yang melingkupi tubuh Laksmi sekarang tahu tentang mereka dan menunggu waktu keluar dari gua kalong, kemudian membalas dendam sesuai janji sumpah Laksmi.

Terpopuler

Comments

MamiihLita

MamiihLita

iblis sdh merasuk di jiwanya

2021-09-02

1

Ifan K.

Ifan K.

👻👻👻👻👻👻👻👻😈😈😈😈😈😈😱😱😱😱😱😱😱

2021-09-01

0

💠🥀 Ami 🥀💠

💠🥀 Ami 🥀💠

Serem 😶

2021-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!