Teror Hantu Laksmi.

Jam delapan pagi jalanan sepi di jalur pantai selatan Malang mendadak ramai dengan warga yang berkerumun. Mereka penasaran dengan jasad dua korban kecelakaan tunggal yang berada dekat hutan.

Penasaran warga kian menjadi-jadi saat polisi menemukan jasad Bimo di pinggir hutan dengan keadaan yang mengenaskan. Sebagian anggota tubuhnya hilang, sementara barang pribadinya utuh. Tidak ada tanda penganiayaan atau perampokan, kecuali luka cakar besar yang tidak normal.

Untuk sementara waktu Polisi belum bisa menentukan sebab kematian ketiga korban. Mereka masih mencari bukti-bukti pendukung agar bisa menyimpulkan motifnya.

Sementara ditempat berbeda Heru dilaporkan hilang oleh pihak keluarga. Kasusnya langsung dikaitkan dengan kematian Bimo, karena dia adalah salah seorang karyawan Bimo yang menghilang tepat di hari kejadian.

Desas-desuspun segera menyebar, surat kabar dan radio menjadikan kasus tersebut sebagai berita utama karena dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah dua kasus dengan lima korban terjadi di tempat yang sama.

Darsono dan kawan-kawannya makin ketakutan, mereka tidak lagi bisa tidur dengan tenang. Masing-masing mencari cara untuk selamat dari sumpah Laksmi.

Demikian pula dengan Wanda, Ratmoko, dan Rasti. Rumor tentang orang hilang seperti pertanda bagi mereka bertiga. Keadaan makin mencekam saat Wanda mendengar ada seorang mahasiswa yang kabarnya melihat kuntilanak di sebuah komplek perumahan mewah milik para saudagar.

Semuanya makin diluar nalar, orang-orang kembali pada peradaban nenek moyang yang kental dengan aroma magis dan klenik. Mereka sibuk mengira-ngira penyebab kasus yang sedang hangat jadi perbincangan masyarakat.

Berbeda dengan Sasmito pengusaha furniture yang mengambil alih patung Laksmi dari mobil Bimo. Dia tampak acuh dan tak perduli dengan kasus yang sedang diperbincangkan warga. Sasmito malah lebih senang mengatur tempat dimana patung itu akan diletakkan.

Setelah cukup lama mengatur, patung itu kini diletakkan di taman tepat depan kolam ikan miliknya. Sasmito tidak tahu sama sekali bahwa patung yang ia bawa adalah jasad Laksmi, seorang wanita keturunan Pribumi - Belanda yang jiwanya diliputi dendam kesumat.

Malam itu hujan sangat deras, disertai angin kencang, dan petir. Tubuh Laksmi yang tidak sengaja terkena cipratan darah, tiba-tiba tersambar petir yang dahsyat. Saking kerasnya suara petir itu, membuat Sasmito terbangun.

Perasaannya mendadak jadi tidak nyaman, Sasmito seperti mencium bau bangkai yang menyengat dari dekat jendela. Dia lalu berjalan mendekati jendela untuk memastikan apakah ada bangkai atau semacamnya di luar jendela.

Ketika Sasmito membuka jendela kamarnya, Sasmito seperti melihat sosok Laksmi melotot ke arahnya, karena terkejut dia langsung menutup jendela rapat-rapat. Sasmito tidak berani membuka jendela itu walaupun sekedar untuk mengintip.

Diluar Laksmi seperti sedang melemaskan otot-ototnya yang kaku, kepalanya bergerak patah-patah, dilanjutkan dengan kedua tangan dan kemudian ia mulai berdiri tegak menatap rumah Sasmito dengan amarah.

Di dalam kamar Sasmito berdiri di sudut dengan sebilah golok ditangan. Dia jelas mendengar, erangan keras wanita diluar rumahnya.

Sasmito benar-benar merasa takut, sepanjang malam dia terus terjaga, dengan golok yang sudah terhunus di depan dadanya. "Sasmito..!" Sasmito..!" suara Laksmi terdengar memanggil.

"Tidak.. jangan.. siapa kamu?" tolong jangan ganggu aku..!" Bau busuk bangkai tercium sangat menyengat di dalam kamar, Sasmito tidak kuasa menahan mual.

"Uweekk.. uweekk.." Sasmito segera berlari ke kamar mandi, dan menguras semua isi dalam perutnya, sementara itu istrinya terbangun karena suara gaduh di kamar mandi.

"Kamu kenapa mas? seperti orang ngidam saja, masuk angin ya, sini biar aku kerok." Istri Sasmito segera mengambil koin logam berniat akan menggosok punggung suaminya.

"Kamu tidak mencium aroma bangkai yang menyengat, War?" baunya menusuk hidung sampai aku mual." Sasmito bertanya kepada Warsinah istrinya.

"Tidak ada bau apa-apa, aku nggak mencium aroma apapun." Lagipula rumah ini tetap di bersihkan dan di pel setiap sore, mana mungkin ada bau." Ucap Warsinah agak kesal.

Sasmito menyeka wajahnya dengan handuk lalu beranjak keluar, mendadak dia memundurkan langkahnya karena dari sudut mata Sasmito seperti melihat bayangan wanita di cermin.

Setelah diperhatikan lagi, bayangan wanita itu sudah tidak ada. Sasmito menepuk pipinya berulang kali, memastikan bahwa dia bukan sedang melamun. "hah.. sudahlah mungkin hanya perasaan takut ku saja yang berlebihan."

Diapun keluar kamar mandi dan melihat keluar jendela. Ternyata benar patung Laksmi masih ada di tempatnya sama persis seperti semula, saat Sasmito meletakkannya di samping kolam ikan.

Pagi hari istri Sasmito keluar untuk menyapu halaman, dan menjerit sekeras-kerasnya. "mas..!" Sini mas..!" Warsinah terus memanggil nama Sasmito.

"Ada apa sih War?" suaramu itu bisa merusak gendang telinga orang sekampung!" Sasmito keluar rumah dengan wajah sungut. Moodnya jadi hilang seketika.

"Kamu ini bikin orang senewen saja!" ada apa?" kenapa kamu menjerit seperti orang setres?" Warsinah menunjuk ke kolam ikan. Lalu Sasmito menoleh dan terkejut karena ikan di kolam sudah mati dengan keadaan hanya menyisakan kepala saja.

"Kucing siapa yang berani memakan ikan-ikan ku teriak Sasmito dengan penuh amarah." Awas saja kalau ketemu, aku pasti akan menembak kepalanya."

"Tapi mas ini nggak mungkin perbuatan kucing, kolam itu terlalu dalam untuk kucing bisa memasukkan kepalanya. dia pasti akan tercebur mas." Sasmito memikirkan ucapan Warsinah, kolam itu memang setinggi delapan puluh centimeter, sedang tinggi air sampai lima puluh centimeter masih ada jarak tiga puluh centimeter untuk menggapai permukaan air kolam.

"Lalu ini pekerjaan siapa?" tidak mungkin ada orang yang mau makan ikan mentah, sekalipun dia sangat lapar." Sasmito menggaruk-garuk kepalanya, kemudian ingat kejadian semalam.

"Apa mungkin itu perbuatannya?" Sasmito masuk rumah dengan teka-teki diotaknya.

Warsinah memperhatikan patung Laksmi dan melihat ada beberapa sisik ikan menempel di sudut bibirnya. Ketika dia akan mengambil sisik ikan itu, tiba-tiba mata patung Laksmi terbuka melotot tepat di depan wajah Warsinah.

"Aaaaaa" setan...!"

Warsinah lari masuk rumah dan melemparkan sapu ke tanah. "Mas buang patungnya sekarang mas!" Aku takut dengan patung itu, dia bisa hidup!" Warsinah meminta suaminya agar segera membuang patung Laksmi. Tapi Sasmito seakan tidak perduli. Dia masih memikirkan kejadian yang menimpa dirinya semalam.

Malam hari setelah kejadian di kolam tadi pagi, Sasmito dan istrinya jadi tidak nyaman lagi berada di rumahnya sendiri. Mereka selalu merasa ada orang lain dalam rumah yang mengawasi gerak-geriknya.

"Mas kita harus menemui orang pinter atau Pak kyai, hawa rumah ini semakin tidak enak, aku nggak betah mas!" Warsinah merasakan kejanggalan semakin, sering terjadi. Dia pernah melihat penampakan wanita dengan gaun putih lusuh melintas di depan rumahnya.

Warsinah menceritakan apa yang dilihatnya sore tadi, sedang Sasmito makin terusik dengan berbagai keanehan yang mereka rasakan. Malam hari menjelang tidur, Warsinah membuka tirai jendela kamar. Dia bermaksud membuka jendela karena sedang merasa gerah. Warsinah terkejut karena patung Laksmi sudah tidak ada ditempatnya.

Tiba-tiba badannya tegang, dan perilaku Warsinah berubah, dia keluar menuju dapur lalu mengambil pisau di dapur. "War..!" Warsinah..!" kamu kenapa War?" letakkan pisau itu War..!" kamu jangan macam-macam!".

Warsinah menyeringai lalu menyerang suaminya. Sasmito berusaha menghindar, namun naas kakinya tersandung kaki kursi dan akhirnya jatuh. Warsinah menusuk suaminya berkali-kali, kemudian dia pun bunuh diri.

Jasad mereka ditemukan tetangga yang curiga karena pasangan suami istri itu tidak pernah keluar rumah. Bau busuk dari dalam rumah besar itu membuat para tetangga mendobrak pintu dan menemukan keduanya tergeletak. dilantai.

Sejak hari itu patung Laksmi tidak ada lagi dirumah itu. Tak ada orang yang mengetahui jejaknya. Namun tersiar kabar bahwa setiap jam dua belas malam, banyak orang yang mengaku diganggu penampakan Noni Belanda cantik dengan tubuh yang bolong berlumuran darah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!