Setelah kedatangan Wisnu Sabtu pagi, Wanda mulai melatih fokus dengan meditasi sendiri di kamar. Dia mulai merasakan energi disekitar dengan seluruh panca indera, mata, telinga, hidung, dan kulitnya lebih peka menanggapi lingkungan sekitar.
Sementara Wisnu perlahan mengajari Wanda mempertajam firasat, mengolah kekuatan pikiran, sampai akhirnya Wanda bisa membuka mata batinnya dan melihat mereka yang disebut mahluk astral.
Awalnya dia ketakutan, namun setelah berlatih dengan Wisnu, Wanda berhasil mengatasi ketakutannya sendiri. Sekarang Wanda sudah berubah, dia benar-benar bisa melihat dan merasakan memory para jiwa yang tersesat. Tak jarang mereka datang menemui Wanda untuk sekedar bercerita kehidupan kelam yang dilalui sebelum memutuskan bunuh diri atau di bunuh.
Tanpa disadari, Wanda bahkan sudah memiliki suatu kekuatan istimewa yang bisa melihat berbagai warna aura manusia, dan energi jahat yang meliputi mereka. Wanda juga mampu menembus dimensi ruang, membangun benteng gaib, serta menciptakan senjata yang berasal dari kekuatan pikiran atau doa.
"Selamat Wan, sekarang kamu dan saya sama." Untuk selanjutnya kita harus bekerja sama, karena Laksmi sudah benar-benar dikuasai oleh kekuatan iblis. Tidak ada lagi kebaikan dalam sosoknya." Wisnu memberikan peringatan kepada Wanda tentang mahluk apa yang sedang mereka hadapi.
"Iya mas saya sudah pernah melihat kemarahan Laksmi yang meluap-luap, dia seperti ingin menelan semua orang." Ujar Wanda mengingat potongan memory yang dibagikan Laksmi di gua kalong.
"Baiklah Wan, saya rasa kamu sudah cukup matang, setelah hari ini kamu harus bisa menyaring sendiri jiwa-jiwa yang mengembara. Tidak semua harus kamu ladeni, sebab diantara mereka selalu ada mahluk-mahluk pendusta yang penuh tipu daya."
Setelah memberikan wejangan kepada Wanda, Wisnu langsung pergi, tanpa menoleh lagi. Sebaliknya Wanda merasa terbebani dengan siapa dirinya sekarang. Ratmoko sering berolok-olok dengan memanggilnya dukun.
Minggu-minggu berlalu, situasi kota sudah mulai kondusif, isu-isu tentang misteri kematian Sasmito dan istrinya tidak lagi jadi bahan pergunjingan masyarakat.
Sedang Wisnu masih melacak dimana keberadaan Laksmi. Sejak patungnya menghilang dari halaman rumah Sasmito, Wisnu kehilangan jejaknya. Dia tidak bisa merasakan lagi keberadaan mahluk itu.
Sampai satu malam disebuah jalan seseorang ditemukan warga dalam keadaan Linglung dan sangat ketakutan. Warga membawanya ke kantor polisi dimana Wisnu bertugas.
"Pak.. saya Wisnu, kalau boleh tahu Bapak sedang apa sendirian di pinggir rel semalam?"
Pria itu diam menggigil sambil terus meremas celananya. Dengan hati-hati Wisnu bertanya lagi kepada pria tersebut untuk mengulik apa yang dialaminya sampai mengalami tekanan mental.
Tapi sayang sekali usaha Wisnu sia-sia. Akhirnya Wisnu membawa pria tersebut ke rumah sakit untuk menemui psikiater. Hasilnya sama saja, guncangan mental yang ia alami sangat mempengaruhi kondisi kejiwaannya.
"Jadi bagaimana dok, apa ada kemajuan dengan pasien yang saya bawa?" tanya Wisnu tak sabar ingin segera mengetahui keadaan pria yang sedang ia tangani kasusnya.
"Maaf mas untuk sementara waktu kami belum menemukan penyebab trauma pria itu." Saat ini yang bisa kami lakukan adalah memberikan obat penenang sambil melakukan terapi hipnotis, semoga saja kami bisa mencari tahu melalui alam bawah sadarnya.
"Baik dokter kabari saya kalau sudah ada kemajuan, kalau begitu saya pamit dulu." Wisnu pergi dari rumah sakit, dengan teka-teki besar di otaknya.
Di jalan tiba-tiba dia teringat dengan Wanda, dia langsung memutar motornya untuk menemui gadis itu. "Assalamualaikum, Wan..Wanda!" Wisnu mengetuk pintu beberapa kali, lalu Rasti muncul dari arah ruang tengah dan membuka pintu.
"Mas Wisnu ada apa?" kelihatannya kok gelisah sekali. Tunggu sebentar Wanda masih di kamar mandi, silahkan duduk dulu." Rasti masuk ke dalam untuk membuat minuman, sementara Wanda baru saja berganti pakaian dan langsung menemui Wisnu.
"Apa kabar mas, baru Minggu kemarin kesini, sekarang sudah datang lagi, gimana, apa yang bisa dibantu?" Wanda membuka obrolan dengan sedikit bercanda.
"Wan saya minta tolong, di rumah sakit ada seseorang yang sedang mengalami gangguan mental, dia ditemukan di jalan antara Surabaya Malang. Maksud saya kemari minta bantuan kamu, mencari tahu apa yang terjadi dengan orang itu.
"Kalau begitu sebentar ya mas, saya ambil tas dulu." Sambil menunggu Wisnu meminum kopi yang disediakan Rasti. Sebentar kemudian mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi pria yang terkena gangguan mental.
"Selamat siang dok, maaf saya datang lagi kemari. Perkenalkan ini Wanda, saya mengajak dia untuk menengok pria yang kemarin dibawa kemari."
"Maaf mas pasien sudah meninggal dunia satu jam lalu. Dia menusuk perawat dengan gunting, lalu bunuh diri, sepertinya dia setres berat. Tidak ada yang bisa kami lakukan sekarang." ucap sang dokter.
Wisnu lalu bergegas menuju kamar jenazah, untuk memeriksa kondisi mayatnya. Aura hitam pekat langsung dirasakan oleh Wanda dan Wisnu. Berbagai penampakan terlihat dikamar tersebut.
"Wan kamu tidak apa-apa?"
"Ya mas saya baik-baik saja, jangan khawatir."
Mereka berdua melihat jenazah yang terbujur kaku. Sedang disamping pria itu tampak sosoknya dengan wajah pucat pasi, mata hitam, dan mulutnya menganga.
Wanda menyentuh jasad yang dingin itu, lalu dia seperti berada di suatu tempat di pinggir jalan. Wanda dapat melihat pria itu turun dari motornya kemudian berjalan tanpa arah menuju persawahan.
Wanda tersentak karena dia melihat seorang Noni Belanda dengan wajah lebam penuh darah berdiri melambaikan tangan kepada pria apes itu. "Kemarilah tampan!" ucap sosok Noni Belanda itu memanggil.
"Hantu..!" tolong...!" Ada hantu, ucap pria itu berlari sekencang-kencangnya, sedang hantu Noni Belanda itu berkelebat dengan menenteng kepalanya. "Hahahaha.. hahahaha..!"
Suara Noni Belanda, menggema memecah keheningan malam, pria itu lari pontang-panting hingga beberapa kali terjatuh, kemudian dia pingsan di pinggir rel kereta. Masyarakat desa kemudian menemukan pria itu baru tersadar jam tiga dini hari dengan kondisi linglung.
Wanda menarik tangan dari tubuh mayat, kemudian mengusap keringatnya. "Hantu Noni Belanda mas." ujarnya singkat.
"Apa dia Laksmi Wan?"
"Bukan mas sepertinya dia arwah yang tersesat dari perkebunan teh." ucap Wanda sambil mengusap bulu kuduknya. "Suara-suara rintihan dari dalam kamar jenazah, membuat, Wanda ingin segera lari meninggalkan rumah sakit. Sementara Wisnu berjalan diantara entitas yang mengambil berbagai wujud menyeramkan, di kamar jenazah.
"Mas kita pergi saja sekarang, aku merasa akan ada sesuatu yang jahat, datang ke tempat ini!" Wanda dan Wisnu buru-buru keluar dari kamar jenazah, ketika sebuah bayangan hitam besar masuk ke dalam ruangan.
Mereka berdua baru saja akan meninggalkan rumah sakit, lalu tiba-tiba "Aaaaaaa!" suara teriakan berasal dari halaman parkir. Semua orang berlari menuju keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Wanda dan Wisnu melihat seorang perawat tewas melompat dari lantai tiga rumah sakit. Wisnu baru sadar kalau bayangan hitam yang mereka lihat dikamar jenazah adalah mahluk jahat yang menghasut manusia dengan pikiran kosong.
"Kita harus mengusir mahluk itu mas!" ucap Wanda spontan. Dia ingin kembali ke dalam kamar jenazah, namun Wisnu mencegahnya.
"Tidak usah Wan, biarkan saja!" Wisnu lalu masuk ke bagian resepsionis, untuk menelepon anggota polisi lain agar datang menangani kasusnya.
Sementara mereka berdua pergi dari rumah sakit untuk membicarakan hantu Noni Belanda yang menurut Wanda berasal dari lokasi perkebunan teh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments