Malam tahun baru 1971, masyarakat larut dalam kegembiraan, mereka berkumpul di alun-alun untuk merayakan pergantian tahun, dengan berbagai harapan akan masa depan.
Banyak pertujukan yang digelar oleh pemerintah kota kabupaten yang membuat orang betah berlama-lama menanti pergantian tahun. Namun Wanda tak bisa ikut merasakan kegembiraan mereka.
Sudah dua hari Darsono koma, dan hidupnya kini tergantung pada alat-alat medis di rumah sakit. Dokter tidak mendapati penyakit serius dalam tubuh pria berusia lima puluh delapan tahun itu.
Dia dinyatakan sehat secara medis. Dokter yang menangani Darsono sempat kebingungan dibuatnya. Meskipun dirasa ganjil, namun tim dokter rumah sakit tetap menolak, apa yang dialami oleh Darsono sebagai gangguan gaib.
Ini menyebabkan Wanda kian sedih, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk membawa Ayahnya kembali. Sampai malam itu dia bermimpi bertemu dengan Ayahnya yang meringkuk dalam sebuah ruangan besar, sunyi dan gelap.
Dalam mimpinya, Wanda melihat ayahnya berkali-kali kali mencoba untuk keluar dari bangunan itu. Tapi tak perduli seberapa keras dia berusaha, nyatanya Darsono tetap kembali di tempat yang sama berkali-kali.
Karena rasa letih dan putus asa, Darsono menyerah dia hanya duduk meringkuk dalam gelap. Wanda berteriak memanggil Ayahnya tapi sayang Darsono tidak bisa mendengar suara putrinya.
Dalam keputusasaan Wanda, menceritakan masalahnya kepada Rasti dan Ratmoko. Kedua sahabatnya itu prihatin dengan keadaan Wanda.
"Wan, Rat, ayo ikut aku sekarang!"
"Kita mau kemana mbak?"
"Kita ke rumah Paman Yono Wan, semoga dia punya solusi untuk menyelamatkan Ayahmu."
Perkataan Rasti membuat Wanda seperti punya harapan baru. Ketiganya lalu sepakat pergi menuju rumah Yono. Secara kebetulan Wisnu datang, sehingga mereka berempat pergi bersama dengan berboncengan.
Yono seperti sudah mendapatkan firasat akan kedatangan tamunya. Dia mengurungkan niat untuk pergi ke sawah pagi itu. Yono hanya duduk sambil menghisap rokok di balai-balai rumahnya.
Tepat seperti perkiraannya, Rasti terlihat jalan menyusuri pematang. Yono tersenyum melihat keponakannya itu jadi sering mengunjunginya sekarang.
Sudah bertahun-tahun dia hidup sendiri di area sawah dipinggir hutan. Sebenarnya dia merasa kesepian. Tapi dia terpaksa harus menyepi agar tidak ada lagi orang-orang yang terluka karena kemampuan metafisika yang dia miliki.
Yono mengingat kejadian di tahun 1960 saat dia masih muda. Ambisinya menjadi jawara yang paling kuat, menjadikan Yono sebagai sosok yang mengerikan. Ambisinya akan ilmu kanuragan telah menggiringnya kepada sesuatu yang kini bersemayam dalam tubuhnya.
Dia pernah jadi orang yang sangat ditakuti lawan, sehingga mereka merasa terus terancam. Akibatnya Yono mendapatkan banyak musuh nyata maupun gaib, anak, istrinya meninggal jadi korban musuh-musuh Yono yang takut dengan kekuatannya.
Sampai sekarang Yono tidak bisa melupakan kenangan kelam dimasa kegelapan hidupnya yang berlumuran darah. "Yono si jagal wetan" begitulah julukan yang disematkan kepada dirinya.
Setelah membunuh semua orang yang terlibat dalam pembantaian keluarganya Yono hidup menyepi di pinggir hutan sampai saat ini.
"Paman ..!" Paman Yono..!!"
"Oh.. iya..ya Rasti.. aduh kamu ini bikin jantung Paman serasa mau copot saja." Ada apa kamu kemari lagi?" masalah hantu wanita itu lagi?"
"Lho kok Paman Yono tahu?" kalau aku mau bicarakan Laksmi?"
"Apalagi kalau bukan dia?" Oh iya Wan, bagaimana kabar Ayahmu?"
Wanda terkejut, pertanyaan Yono seakan-akan dia mengetahui kalau kondisi ayahnya sedang tidak baik. Dia langsung duduk dekat pria tua itu dan bercerita.
"Ayah koma dua hari ini paman, tadi malam saya bermimpi, kalau ayah terpenjara dalam sebuah ruangan besar yang gelap." Ungkap Wanda menceritakan kejadian yang tengah menimpa ayahnya.
"Danyang itu kuat Wanda kamu belum sanggup untuk berhadapan dengannya meskipun polisi itu membantu mu."
Yono langsung menunjuk ke arah Wisnu. Rupanya dia tahu kalau Wisnu memiliki indera keenam.
"Lalu bagaimana sekarang Paman?" Apa yang harus saya lakukan?" Wanda sangat berharap mendapatkan solusi atas permasalahan yang menimpa Ayahnya.
"Ada satu jalan keluar, tapi ini akan berbahaya untuk jiwamu!"
"Apa saja Paman yang penting Ayah bisa selamat dari iblis itu." Wanda memohon dengan memaksa kepada Yono, dia tidak lagi berpikir soal resiko, yang penting untuk Wanda Ayahnya selamat dan Ibunya kembali tersenyum.
Yono berada dalam dilema, satu sisi dia ingin menolong Wanda agar bisa menyelamatkan Ayahnya tapi di sisi lain dia tidak mau Wanda akan berubah menjadi orang seperti dirinya.
"Pak saya mohon anda bisa menolong Wanda, karena dia tidak punya harapan yang lain, kecuali anda mau membantunya." Wisnu ikut-ikutan memohon agar Yono bersedia untuk menolong Wanda.
"Ehm.. apa boleh buat, ayo ikut saya ke hutan. kalian berdua akan lelaku disana sampai besok pagi." apa kalian sanggup?"
"Kami sanggup." ucap Wanda dan Wisnu bersamaan.
Mereka berlima pergi masuk ke dalam hutan, menuju sebuah air terjun. Kemudian melompat diantara batu-batu besar. Yono berhenti di sebuah batu besar yang berbentuk lempeng, dan menyuruh mereka berdua duduk bersila di atas batu itu.
"Saya akan bertanya sekali lagi kepada kalian." Apakah kalian benar-benar yakin mau melakukan semua ini?"
"Iya Paman kami sanggup dengan segala resikonya."
"Baiklah setelah ini, kalian tidak bisa mundur lagi." Jangan katakan saya tidak pernah mengingatkan kalian!"
"Apapun yang nantinya kalian temui dalam semedi, kalian tidak boleh surut atau takut. Dan benda apapun yang akan muncul dari air terjun itu jangan sekali-kali kalian tolak, karena nyawa kalian adalah taruhannya!"
Wanda dan Wisnu segera duduk bersila di atas batu besar didekat air terjun. Sebentar saja keduanya larut dalam konsentrasi. Sementara Yono, Rasti, dan Ratmoko pergi meninggalkan mereka berdua.
Terselip perasaan khawatir dalam diri Rasti. Sejujurnya dia tidak rela Wanda menempuh jalan sesat. Tapi apa hendak dikata, dia telah memilih jalannya sendiri.
Sedang Ratmoko dan Yono diam seribu bahasa, mereka bertiga pulang menuju pondok sembari menunggu keduanya selesai melakukan lelaku semedi sampai besok pagi.
Di pondok Rasti mondar-mandir sambil menggigit kukunya. Dia gelisah dengan apa yang akan terjadi kepada Wanda dan juga Wisnu.
"Apa mereka tidak akan apa-apa, Paman?" Rasti khawatir dengan keadaan mereka berdua. Bagaimana bila mereka berdua gagal dalam menjalankan lelaku Paman?"
"Kamu berdoa saja nak, tidak ada yang bisa kita lakukan lagi sekarang. Temanmu itu sudah memilih jalannya sendiri." Sudah terlanjur basah. Biarkan saja nyemplung sekalian."
"Paman sudah mengingatkan kalian tentang resikonya. Tapi Wanda memang gadis yang pemberani." Yang bisa Paman lakukan sekarang Hanya mengawal mereka agar berhasil dalam lelaku ini." Kamu dan temanmu itu pulang saja, besok pagi kembali lagi kesini!".
Yono menyuruh Rasti pulang bersama Ratmoko, karena dia harus melakukan sesuatu untuk memastikan Wanda dan Wisnu baik-baik saja.
"Ya sudah Paman, kalau begitu Rasti pulang dulu, titip teman-teman Rasti." Rasti menjabat tangan pamannya, lalu kembali ke kota Malang. Sedangkan Yono langsung duduk bersila dan memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Q Dleva
Haii Thor Aku Mampir Membawa Sejuta Like Dan ♡ Untukmu,,,Jgn Lupa Mampir blik,Ingat Sangat Ditunggu Kehadirannya Author Terhormat,Trslah Berkarya💪
2021-09-02
0