Setelah sekian lama menjelajahi hutan untuk mencari keberadaan Laksmi, warga desa jadi putus asa karena tidak bisa menemukan dia dimanapun juga.
Sementara malam semakin larut, Laksmi seperti tersembunyi dalam lindungan rimba raya. Gelapnya hutan menawarkan aura mistis yang kental.
"Bagaimana sekarang Pak Kepala Desa?" kita sudah terlalu jauh masuk ke dalam hutan, tapi perempuan itu tidak juga bisa kita temukan. Apa sebaiknya di biarkan saja, toh dia sendiri dihutan ini. Kalau tidak kelaparan dia pasti akan jadi santapan binatang buas."
Seorang warga desa yang mulai takut dengan aura magis di dalam hutan, membujuk Kepala Desa untuk menghentikan pencarian. Dia merasa ada sesuatu yang tidak mengenakkan di hutan itu.
Ternyata perasaan yang sama di rasakan oleh semua orang yang ada di hutan itu. Tapi masing-masing individu enggan untuk bicara tentang apa yang mereka rasakan.
Suara-suara aneh mulai muncul di hutan yang awalnya sunyi lengang. Semakin lama suara itu kian riuh seakan memberikan tanda bahwa kehadiran mereka sudah menggangu ketenangan para penghuni hutan yang tak kasat mata.
Kepala Desa tidak ingin mengambil resiko, dia segera memerintahkan warga desa untuk keluar dari hutan. Suasana mistis kental terasa membuat bulu kuduk merinding.
Sementara Laksmi terus menutup mulutnya agar rintihan karena rasa sakit tidak sampai terdengar oleh orang-orang yang sedang memburunya. Dia seperti buronan penjahat kelas satu yang sangat ingin dilenyapkan dari muka bumi.
Ketegangan malam itu, ditambah dengan rasa sakit dan letih yang mendera membuat Laksmi jatuh pingsan. Dia baru tersadar Pagi hari dan mendapati dirinya bersandar di sebuah pohon besar ditengah tengah hutan.
Laksmi coba mengingat kembali apa yang telah terjadi pada dirinya semalam. Luka di bahunya menyadarkan Laksmi, bahwa sekarang dia tak ubahnya hewan yang diburu orang.
Seluruh warga desa berlomba-lomba ingin menangkap Laksmi. Mereka semua menghendaki kematiannya.
Dengan menahan rasa sakit akibat luka Laksmi berusaha bangkit, dan kembali ke perkebunan teh. Setelah membasuh mukanya Laksmi pergi menyebrangi sungai.
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya Laksmi sampai dirumah Menir Hansen yang sudah porak poranda. Kondisi rumah itu mengerikan, layaknya kuburan masal. Mayat dimana-mana, Laksmi menahan sesak di dada, semua orang yang ia kenal, kini terbaring di tanah dengan wajah pucat dan penuh luka.
Laksmi masuk kedalam rumah dan melihat pemandangan yang serupa dengan di halaman. Dia menjerit pilu saat melihat jasad dua orang yang paling disayangi tergeletak bersimbah darah.
"Ibu..!" Papa...!" hik... hik...!" kenapa semua ini harus aku alami Tuhan, kenapa bukan aku saja yang mati?" kenapa harus mereka semua yang merasakan?"
Susah payah Laksmi menarik jasad Ibunya keluar rumah, menyatukan tubuh dengan kepala, lalu menggali lubang dan memakamkannya. Menyusul kemudian dia memakamkan Menir Hansen tepat disebelah makam Ibunya.
Dengan hati hancur dan jiwa yang tertekan Laksmi mendoakan semua orang, kemudian pergi berjalan menyusuri jalan setapak. Tanpa tujuan yang jelas. Dalam benaknya saat itu hanya Nicolay, dia harus bertemu dengan suaminya.
Laksmi berjalan seperti mayat hidup. Rambutnya yang pirang tak lagi rapi, penampilan Laksmi benar-benar kumuh dan acak-acakan. Dia berjalan sampai telapak kakinya mengeluarkan darah.
"Set..set...!"
Tiba-tiba dari belakang dua buah sayatan mendarat di tubuh Laksmi, tapi sepertinya dia sudah tidak lagi merasakan sakit. Laksmi hanya menatap kosong wajah orang yang menyerangnya, lalu berkata. "Kamu akan Mati!" sama seperti semua orang di desa ini, aku bersumpah akan membunuh kalian semua..!"
Usai berkata entah darimana datangnya kekuatan itu, Laksmi merebut golok pria yang menyerangnya, lalu menikamnya berkali-kali hingga tewas.
Penduduk desa yang menyaksikan kejadian itu berbondong-bondong datang ingin membunuh Laksmi, beberapa orang bahkan sempat melempar batu ke arahnya, tapi tatapan Laksmi yang tajam memandang wajah setiap orang membuat nyali mereka menciut.
Tidak ada orang yang berani bergerak maju. Semua orang merasa segan melihat Laksmi yang sudah berlumuran darah. Laksmi bangkit sambil memegang golok ditangan dan diam mematung di depan penduduk desa yang ingin membunuhnya.
Tapi yang mengherankan mereka justru tertunduk gentar tidak berani menatap wajah Laksmi. "Dengarkanlah oleh kalian semua, mulai hari ini sampai nanti anak cucu kalian, ingatlah selalu nama Laksmi!" kalian akan membayar setiap luka yang aku rasakan!"
Kalimat Laksmi seperti kutukan bagi warga desa, mereka gemetar, kalimat Laksmi seperti memiliki kekuatan magis yang membuat bulu kuduk setiap orang bergidik ketakutan.
Laksmi membalikkan tubuhnya lalu pergi begitu saja tanpa rasa takut dengan orang-orang yang tadi mengejar ingin menghabisi nyawanya.
Sepanjang hari Laksmi berjalan menyusuri hutan, dia hanya berhenti untuk minum dan makan dedaunan, sekali waktu dia melintasi desa kecil. Orang-orang memandang wajah Laksmi dengan sinis, mereka menjulukinya "Londo edan."
Makin hari Laksmi semakin tidak dikenal orang, mereka lebih mengenal Laksmi sebagai wanita hamil dengan gangguan jiwa. Laksmi sendiri sudah tidak perduli lagi dengan dirinya, yang ia pikirkan adalah mencari tempat teduh untuk tinggal dan melahirkan putranya dengan selamat.
Nasib Laksmi pada akhirnya tak jauh beda dengan Warsih, dia lontang-lantung dijalan tanpa seorangpun yang memperhatikan dirinya.
satu ketika dia duduk diluar desa karena perutnya mulai mulas lagi.
Dia duduk pasrah di tanah sambil menatap langit. Dalam hati Laksmi berpikir hari ini adalah batas usianya. Tiba-tiba saja dia melihat bola cahaya berwarna putih keemasan di langit. Laksmi mengikuti cahaya yang seakan menuntun Laksmi ke rumah yang diimpikan.
Cahaya putih terang itu membawa Laksmi sangat jauh hingga ke sebuah pantai di laut selatan Malang.
Langkahnya berhenti didepan sebuah gua yang banyak dihuni oleh kelelawar. Sejenak Laksmi tampak ragu, namun cahaya itu seolah terus memanggil-manggil namanya. "Laksmi ayo masuk ke dalam nak!".
Gua yang gelap seketika menjadi terang dalam pandangan Laksmi. Dia seperti melihat ranjang mewah yang hangat dan empuk. "Kamu akan lahir disini anakku sayang. Ini istana baru kita." Laksmi mengelus-elus perutnya, sembari tersenyum getir.
Air matanya menetes, seakan menjadi tanda penderitaan yang dilewati Laksmi akan segera berakhir. Malam itu Laksmi bisa tidur dengan perasaan tenang. Dia tidur seakan-akan Warsih sedang memangku membelai rambutnya sambil menembang lagu Jawa.
Rasa nyaman membuat Laksmi enggan untuk terbangun, gua yang minim cahaya tampak begitu terang dalam pengelihatan Laksmi. Dia sama sekali tidak sadar bahwa saat itu dia sedang berhalusinasi, batas antara nyata dan hanyalah sangat tipis sampai dia sudah tidak bisa membedakan lagi.
Laksmi juga tidak tahu berapa waktu yang sudah dilewati dalam gua itu, siang dan malam tidak ada bedanya. Bagi Laksmi setiap hari adalah siang, entah apa yang ia makan, tapi dalam imajinasinya, Warsih selalu memasak makanan kesukaannya.
Sampai saatnya tiba dia mengalami kontraksi hebat, Laksmi menarik nafas dalam-dalam dan menghebuskannya perlahan kemudian menjerit sekuat-kuatnya menahan sakit, dia berjuang mengeluarkan bayi dalam rahimnya seorang diri.
"Eeeaak..eeaaak..eeeaaak..!" seorang bayi mungil, berjenis kelamin laki-laki lahir ke dunia di suasana gua yang gelap dan sunyi. Laksmi memeluk bayinya dengan haru.
Selamat datang ke dunia anakku sayang, mulai sekarang orang akan mengenalmu sebagai "Dimas.. Dimas Piter Hansen. Semoga kamu tumbuh jadi anak yang baik hati sama seperti kakek."
Setelah memberikan air susu pertamanya Laksmi menidurkan bayinya di batu hanya terbungkus sobekan kain. Setelah itu Laksmi menutup matanya dan tak pernah bangun lagi untuk selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Teh lia
Sedih nya sampai nyesek baca nya dan ngebayangin bayi di dalam gua sendirian smntara ibunya meninggal 😭😭😭😭
2022-05-07
0
MamiihLita
trlanjur sakitt laksmi membuat kebenciannya kpd wrga desa trllu dalam..
dimas lahir dan diasuh oleh raja iblis mungkin..
laksmi dibangkitkan dlm wujud seramnya
up lagiii lanjuut
2021-09-02
1
Ifan K.
😥😥😥😥😢😢😢😢😢😞😞😞😟😭😭😭
2021-09-01
0