Malang 1941

Tahun 1941, Bisnis keluarga Hansen memasuki puncak keemasan. Mereka di dapuk sebagai pengusaha paling sukses di era itu. Laksmi dan Nicolay juga sedang menikmati masa-masa indah tahun pertama dalam pernikahan mereka.

Nicolay bekerja dirumah sakit sebagai dokter kepala. Setiap hari dia semakin sibuk saja menangani pasien. Rumah sakit menjadi penuh sesak dengan warga sipil dan tentara korban perang, sedang Laksmi membantu suaminya sebagai relawan medis.

"Seharusnya kamu di rumah saja Laksmi, saya khawatir dengan keadaan calon bayi kita, lebih baik pulang istirahat sekarang, saya akan suruh kusir antar kamu!" Nicolay memanggil Sumadi untuk membawa Laksmi pulang.

Menir Hansen terlihat mondar-mandir di depan serambi rumah, sepertinya dia sedang berpikir tentang sesuatu. Kereta kuda yang mengantar Laksmi tiba di halaman. Dia turun perlahan dan menjumpai mertuanya yang kelihatan sedang risau.

"Papa sedang apa?" kenapa Papa seperti orang yang gelisah?" Apa yang terjadi Pap?" Laksmi bingung melihat tingkah laku mertuanya yang tampak begitu gelisah.

"Papa pikir kita semua harus kembali ke Nederland, sebab sudah lama sekali Papa tidak pulang. Papa juga mau mengenalkan kamu sebagai bagian keluarga Hansen. Kamu pasti akan senang berkenalan dengan adik-adik Nico."

"Ya Papa tahu bisnis kita memang sedang berada dipuncak sukses saat ini. Tapi menurut Papa ini saat yang tepat untuk kembali ke Nederland. Papa ingin sekali membuka bisnis baru disana."

Menir Hansen mengungkapkan keinginannya kepada Laksmi. Sudah Lima belas tahun lebih dia merantau meninggalkan Nederland untuk mengejar kekayaan, sekarang saatnya dia ingin menikmati hasil jerih payahnya.

Di Nederland Menir Hansen sudah memiliki banyak properti mahal di tengah kota. Sedang di pinggir kota dia membeli lahan peternakan yang luas untuk mengisi masa tuanya.

Rencananya dia akan menjual perkebunan untuk menambah aset di negeri Belanda. Dan saat ini, dia sedang menunggu kabar penawar tertinggi yang siap membeli perkebunannya.

Laksmi terkejut mendengar keinginan Menir Hansen, dalam hatinya dia tidak setuju dengan ide mertuanya itu, tapi Laksmi juga tidak berani angkat bicara. Dia diam masuk ke kamar dan duduk di depan meja rias, wajahnya murung memikirkan apa yang telah diucapkan mertuanya.

"Nederland?" seperti apa negara yang bernama Belanda?" Apa aku dan Ibu bisa diterima disana?" lalu bagaimana kehidupan kami selanjutnya?" Laksmi menghela nafas panjang lalu berjalan kearah jendela. Matanya menerawang kosong ke arah perkebunan teh yang luas.

"Kreek.." suara pintu terbuka, Warsih muncul dari balik pintu mengejutkan Laksmi. " Ada apa Laksmi, kenapa kamu melamun nak?" Warsih penasaran melihat putrinya itu tampak sedih.

"Menir Hansen ingin kita semua pindah ke Nederland Bu, bagaimana menurut Ibu?" kalau menurut aku, kita tetap disini. Setidaknya kita di negeri sendiri dengan orang yang kita kenal, walaupun hidup kita susah."

Warsih mengernyitkan dahinya, ini akan sulit untuknya dan Laksmi. Tinggal di negeri asing dengan budaya yang bertolak belakang bukan pilihan yang bijak untuknya. Meskipun dia sadar apapun dapat terjadi kepada mereka berdua bila tetap bertahan.

"Ibu harus memikirkan ini masak-masak nak. Terus terang saja Ibu tidak siap meninggalkan tanah kelahiran dan terasing di negeri orang." Warsih berdiri dari tempat tidur Laksmi lalu pergi keluar meninggalkan Laksmi dengan kegundahan dalam hatinya.

Sementara itu Nicolay pulang ke rumah dengan menenteng sebuah amplop yang berisi surat tugas. Dia masuk keruang kerja Papanya untuk segera mendiskusikan surat telegram yang baru saja ia terima.

Menir Hansen semakin gamang, rencananya untuk mengamankan keluarga seketika jadi buyar. Dia berpikir keras mencari jalan keluar agar Nicolay bisa pulang ke negeri Belanda. Namun sayang hak istimewa Nicolay sebagai Bangsawan kelas satu sudah dicabut.

Pemerintah Belanda mencabut statusnya setelah mengetahui pernikahan Nicolay dengan pribumi. Sekarang Nicolay hanya menyandang gelar Bangsawan biasa seperti para tuan tanah yang mendapatkan gelar karena jasanya kepada pemerintah.

"Sekarang bagaimana Nico?" Papa ingin kamu dan Laksmi segara meninggalakan Jawa, tapi surat itu sudah jadi penghalang untuk kamu bisa kembali ke Nederland. Jika menolak tugas kita akan dianggap penghianat."

"Tidak apa-apa Papa saya akan menerima tugas ini, tapi saya ingin Papa berjanji untuk menjaga Laksmi dan calon anak kami." Nicolay sudah tidak punya pilihan lain lagi selain pergi menuju Medan perang sebagai dokter militer.

Dikamar Laksmi tampak galau, dia mendengar perbincangan suami dan mertuanya. Sambil memegang perutnya yang buncit, Laksmi duduk di ranjang menyeka air matanya. Nicolay masuk dengan senyum manis, mencium kening istrinya.

"Kamu kenapa Laksmi, mengapa menangis?" saya tidak suka lihat kamu meneteskan air mata. Katakan ada apa?" kalau mungkin saya akan penuhi permintaan kamu."

"Saya mau kamu tidak ikut ke garis depan Nico, perang itu mengerikan, banyak orang tewas, terluka atau hilang tak jelas kemana rimbanya. Bagaimana dengan anak ini?" tanya Laksmi yang merasa berat hati melepaskan Nicolay ikut ke medan perang.

"Jangan khawatir Laksmi saya bukan pergi berperang, saya hanya dokter yang merawat korban perang sama seperti disini saya merawat orang sakit." Ucap Nicolay menenangkan hati Laksmi.

Dua hari kemudian Nicolay berangkat ke Bandung menggunakan kereta api, dia pergi bersama dengan dua puluh lima serdadu. Nicolay dilepas Laksmi dengan cucuran air mata.

Menir Hansen menguatkan hati Laksmi yang saat itu dirundung sedih dan bingung, maklum saja mereka baru satu tahun menikah. "Laksmi kamu jangan sedih lagi, Papa berjanji akan mengusahakan keamanan Nico."

Mereka pulang ke Purwosari, dengan kereta kuda. Di jalan Laksmi tidak berhenti melamun, matanya sembab, karena air mata. Dalam hati Menir Hansen sebenarnya juga sedang tidak merasa baik-baik saja, kepergian Nico, dan situasi ekonomi dunia yang mulai mengalami kemunduran membuat dia gelisah.

Kereta kuda yang mereka tumpangi memasuki halaman rumah yang luas itu, di depan tampak beberapa pelayan membantu mereka turun dari kereta dan mengangkut barang bawaan.

Warsih menggandeng putrinya, menaiki anak tangga, mereka bertiga duduk di beranda sambil menikmati hidangan yang baru saja di siapkan.

"Jadi bagaimana Menir, apakah tuan bisa menjamin keselamatan tuan muda Nicolay?" Terus terang saja saya mengkhawatirkan perjalanannya."

Warsih sama gelisahnya dengan mereka berdua. Bagaimanapun juga Nicolay sekarang adalah menantunya.

"Kamu tenang saja Warsih, Nico adalah perwira militer dalam bidang medis. Dia tidak akan ikut berperang, kemungkinan dia hanya akan ditempatkan sebagai kepala rumah sakit di Bandung. Kita berdoa saja agar Nico selamat dalam tugasnya."

Menir Hansen meminum secangkir teh lalu pergi menuju kamarnya. Dia mengunci diri di kamar, meninggalkan Warsih dan Laksmi yang sedang dirundung gundah saat itu. "Semoga saja Menir Hansen, memiliki jalan keluar untuk Nicolay, Ibu tidak ingin bayimu lahir tanpa didampingi oleh ayahnya."

"Bandung itu dimana Bu, Laksmi ingin susul Nico kesana." ucap Laksmi yang semakin galau selepas kepergian suaminya.

"Tidak Laksmi, kamu jangan nekat, Bandung itu sangat jauh dari sini, Ibu sendiri tidak pernah sampai ke sana. kita berdoa saja agar suamimu baik-baik saja, dan bisa kembali dengan selamat.

Malam itu usai makan malam bersama Laksmi tidak tidur di kamarnya. Dia lebih memilih tidur dengan Warsih ketimbang sendiri di kamarnya. Paling tidak Laksmi bisa lebih tenang bila tidur dengan Ibunya.

Pagi hari Menir Hansen menulis surat kepada gubernur Jenderal di Bandung, dia adalah teman dan kerabat Menir Hansen. Dalam surat Menir Hansen mengungkapkan kegelisahannya kepada Gubernur Hendrick Van Lack. Dia minta sang Gubernur menjaga putranya.

Setelah menulis beberapa lembar surat Menir Hansen mengirim kurir khusus dengan pengawalan ketat, dia ingin memastikan surat itu sampai ditangan Gubernur Hendrick tanpa kendala apapun.

Hari itu Magdalena menemui Laksmi dia ingin mengajak Laksmi ikut dengannya ke Belanda. Situasi yang makin genting, menyebabkan banyak pengusaha asal negeri kincir angin itu memilih pergi meninggalkan pulau Jawa.

Menurut berita yang beredar Belanda semakin terdesak, kedudukan mereka kian terjepit, perang yang berlangsung lama membuat banyak pengusaha merugi dan tidak lagi mampu mempertahankan bisnis mereka.

Terpopuler

Comments

MamiihLita

MamiihLita

sdkit tau ttg cerita zaman belanda

2021-09-02

1

💠🥀 Ami 🥀💠

💠🥀 Ami 🥀💠

Seru 👍👍👍

2021-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!