Setelah Alice menampar Tuan Kenzo, dia keluar dari kamar mandi dengan air mata yang terus menetes.
Alice duduk tempat tidur menundukkan kepalanya menangis dengan tersedu-sedu.
Tuan Kenzo menyusul Alice dengan raut wajah yang bersalah duduk di depan Alice.
Dia terus meminta maaf pada Alice.
"Maafkan aku! aku tidak bermaksud untuk melakukan itu padamu." Ucapnya sedih memegang kedua tangannya.
Alice menarik kedua tangan dengan gemetar, dia benar-benar ketakutan saat ini.
Alice beranjak berdiri pergi berbaring di tempat tidur, dia mengacuhkan Tuan Kenzo.
"Aku ingin sendiri!
"Aku mohon tinggalkan aku!" ucapnya menarik selimut menutupi wajahnya.
Tuan Kenzo menuruti permintaan Alice, dia langsung pergi meninggalkan kamar Alice dengan rasa bersalah yang mendalam.
Alice menangis di dalam selimut, dia tidak menyangka Tuan Kenzo hampir saja membuatnya kehilangan harga dirinya sebagai wanita.
Di Klub.
Tuan Braden datang menghampiri Tuan Jordan. Dia berdiri di belakangnya sambil memegang pundak Tuan Jordan.
"Anakmu meninggal karena wanita yang bernama Alice, dia adalah kekasih Tuan Kenzo."
"Aku akan membunuh wanita itu!" ucapnya marah.
Setelah mengetahui itu Jordan juga mau membalas dendam putranya pada Alice.
"Tapi tidak semudah itu, wanita itu bukan wanita biasa. Dia adalah pembunuh bayaran yang mempunyai keahlian tingkat tinggi, dia juga dilindungi oleh tuan Kenzo. Tidak mudah untuk membunuhnya, kau harus punya rencana yang bagus untuk membunuhnya."
Tuan Braden dengan kelicikannya menghasut Tuan Jordan untuk membunuh mereka berdua, dengan begini dia tidak perlu mengeluarkan pikiran dan tenaganya untuk membunuh mereka.
Sudah ada orang yang akan menjalankan keinginannya.
Keesokan harinya.
Alice bangun dari tempat tidurnya, dia tampak sedikit terkejut tidak melihat Tuan Kenzo di samping tempat tidurnya.
Karena setiap pagi Tuan Kenzo pasti sudah ada disamping tempat tidur, menunggunya bangun.
Dia beranjak turun dari tempat tidur pergi ke kamar mandi.
Saat dia menggosok giginya di wastafel Alice teringat kembali kejadian kemarin malam. Melihat bekas ciuman Tuan Kenzo di lehernya membuatnya kesal, dia menyelesaikan sikat giginya dengan cepat lalu keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Alice duduk di depan meja rias, dia kembali melihat bekas merah yang ada dilehernya.
Dia ingin menutupi semua bekas itu, melihat perlengakapan make up di atas meja rias. Dia mengambil foundation menutupi semua bekas yang memenuhi lehernya.
Setelah semua bekas itu sudah tertutup dengan foundation, dia berdiri dari meja rias pergi ke depan pintu kamarnya.
Dia mencoba membuka pintu kamarnya, ternyata pintu kamar itu tidak dikunci seperti biasanya.
Alice keluar menuruni tangga mencari orang di sana untuk menanyakan kemana pergi Tuan Kenzo.
Saat dia turun ke bawah ada satu pelayan sedang membersihkan guci-guci mahal milik Tuan Kenzo.
"Permisi, aku mau tanya Tuan Kenzo ke mana yah?"
Pelayan itu berhenti menggosok berbalik ke belakangnya.
"Tuan Kenzo sedang pergi keluar, Nona butuh sesuatu?"
"Tidak, aku hanya mau menanyakan itu saja."
Pelayan itu kembali bekerja, sedangkan Alice pergi keluar ke halaman depan untuk berjalan-jalan pagi.
Di halaman depan Alice melihat begitu banyak anak buah Tuan Kenzo yang tersebar.
Dia pergi tengah-tengah halaman menikmati sinar matahari pagi.
Tiba-tiba dari arah gerbang ada mobil yang datang. Alice yakin mobil itu adalah mobil Tuan Kenzo, benar saja Tuan Kenzo keluar dari mobilnya membawa buket bunga Lily putih bersamanya.
Dia pergi menemui Alice dengan senyuman manis di wajahnya.
Sekarang Tuan Kenzo berdiri di hadapan Alice. Dia memberikan bunga itu sebagai tanda permintaan maafnya pada Alice karena sikapnya kemarin malam.
"Ini untukmu."
Menyodorkan bunga itu di depan wajah Alice.
Alice tiba-tiba bersin dan sesak nafas, setelah dia tidak sengaja menghirupkan serbuk bunga itu.
Alice sontak membuang bunga itu ke rumput.
Tuan Kenzo memegangi Alice yang hampir jatuh. Alice memegang dadanya yang terasa sakit.
"Ada apa?" ucapnya panik.
"Aku alergi dengan serbuk bunga." Ucapnya kesulitan untuk bernafas.
Tuan Kenzo menggendong Alice, dia berlari membawa Alice masuk ke mobil. Dengan segera dia pergi bawa Alice ke rumah sakit bersama supir yang mengantar mereka.
Di dalam mobil Alice masih saja kesulitan bernafas, rasanya dadanya sangat sesak.
Alice menggenggam tangan Tuan Kenzo dengan sangat keras menyebabkan tangannya memerah.
Wajah Tuan Kenzo tampak sangat ketakutan melihat Alice yang susah bernafas.
"Lebih cepat!" teriaknya marah.
Mendengar amarah Tuannya sopir itu mempercepat kecepatan mobil.
Sopir itu membawa mobil dengan kecepatan tinggi sampai di rumah sakit.
Tuan Kenzo menggendong Alice keluar dari mobilnya berlari masuk ke dalam rumah sakit.
Dia bertemu dengan salah satu suster di rumah sakit itu, Tuan Kenzo berteriak meminta agar Alice segera dirawat.
"Dia sesak nafas, tolong cepat tangani dia!"
Suster yang mengenali Tuan Kenzo langsung berlari membawa kursi roda.
"Turunkan dia ke kursi roda, aku akan langsung membawanya." Ucapnya.
Tuan Kenzo langsung menurunkan Alice, suster itu dengan cepat membawa Alice.
Suster itu membawa Alice melewati samping meja resepsionis, dia meminta agar mereka secepatnya menghubungi Dokter Rangga.
"Katakan pada Dokter Rangga, Tuan Kenzo sedang membutuhkannya." Ucapnya pergi.
Mereka langsung menelpon Dokter Rangga, memberitahunya bahwa Tuan Kenzo ada disini.
kring....
Kring....
Kring....
"Hallo?"
"Dokter Rangga, Tuan Kenzo sekarang ada di sini. Dia membawa seorang wanita yang mengalami sesak nafas."
"Aku akan kesana sekarang."
Dokter Rangga menutup teleponnya, dia keluar dari ruangannya pergi menemui Tuan Kenzo.
Dokter Rangga adalah paman Tuan Kenzo yaitu adik dari Ayah kandungnya.
Rangga dan Tuan Kenzo masih berkomunikasi dengan baik, walaupun tempat tinggal mereka terpisahkan oleh negara yang berbeda.
Setiap kali dia datang ke negara ini, dia selalu menyempatkan waktunya untuk bertemu pamannya.
Di ruangan perawatan.
Tuan Kenzo menggendong Alice, membaringkannya ke atas brankar. Dia memegang tangan Alice mencoba menenangkan Alice yang kesulitan bernafas.
Suster langsung memasangkan selang tabung oksigen pada Alice.
"Di mana Dokter Rangga, kenapa dia belum juga datang!" ucapnya panik.
"Tuan sabar dulu, Dokter Rangga pasti sedang menuju kesini."
Lima 2 menit kemudian Dokter Rangga datang.
"Ada apa dengannya?" ucapnya bertanya pada suster.
Dokter Rangga menyuruh Tuan Kenzo untuk mundur agar dia lebih mudah memeriksa Alice.
"Alergi Nona ini kambuh, dia sesak nafas dan dadanya terasa sakit. Sepertinya dia punya riwayat penyakit asma membuat alerginya semakin parah Dok."
"Tolong sembuhkan dia Paman." Ucapnya khawatir.
"Kau tenang saja, ini bukan masalah besar."
Dokter Rangga memeriksa keadaan Alice, dia juga menyuntikan obat alergi. Setelah itu Alice baru bisa tenang dengan nafas yang mulai teratur kembali.
Tuan Kenzo tidak menyangka bunga pemberiannya akan membahayakan Alice.
Tuan Kenzo pikir Alice sama seperti Jesslyn yang menyukai bunga, terutama bunga Lily.
Bunga Lily adalah bunga kesukaan Jesslyn, setiap Tuan Kenzo bertemu dengannya dia pasti membawakan bunga itu untuk Jesslyn.
Tapi sekarang berbeda, wanita yang ada di hadapannya bukanlah Jesslyn melainkan wanita yang hanya mirip dengannya, tapi dia tidak mau mengakui itu. Dia bersikeras menjadikan wanita itu sebagai Jesslyn.
Bersambung.
Jangan Lupa dukung author dengan cara😊
- Like
- Komentar
- Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Amelin Kwok
next
2021-09-04
0
eryuta
semoga Alice mmbuka hati untuk Kenzo y Thor
2021-09-04
0
Ervin Cah
lanjut thor
2021-09-04
0