EPISODE 15

Waktu menunjukan pukul 08:00 malam, Alice duduk di depan jendela sambil menatap rembulan yang bersinar terang.

Tampak wajahnya begitu gelisah, dia seperti memikirkan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan. Ada perasaan aneh yang muncul dihatinya setelah Tuan Kenzo mengatakan akan memberikan nyawa untuknya.

Sikap manis yang diberikan Tuan Kenzo sedikit demi sedikit membuat hatinya tersentuh.

Dia memikirkan apa dia akan tetap menjalankan tugasnya atau menghentikannya.

Tapi Alice pantang untuk tidak menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

"Aku tidak boleh membawa perasaan dalam menyelesaikan tugas, sebaik apapun dia padaku. Itu bukan berarti aku tidak akan membunuhnya."

"Jika suda ada kesempatan yang pas, aku harus membunuhnya!"

Tekad Alice sudah bulat, dia akan tetap menjalankan misinya seperti diawal.

Dari arah pintu, Tuan Kenzo berjalan masuk ke dalam kamar.

"Apa yang kamu lakukan disitu?"

Tuan Kenzo datang menghampiri Alice.

"Tidak, aku cuman sedang mimikirkan sesuatu." Ucapnya turun dari jendela.

"Ada apa kau kemari?"

"Bersiap-siaplah kita akan pergi."

"Pergi ke mana?"

"Menemui teman bisnisku! aku akan menunggumu di bawah." Ucapnya pergi keluar dari kamar Alice.

Setelah dia selesai bersiap-siap, dia bergegas turun ke lantai bawah menemui Tuan Kenzo.

Tampak Tuan Kenzo yang berdiri  di depan tangga menunggu Alice turun.

Alice turun dari tangga mengenakan dress panjang berwarna merah marun yang membentuk semua lekuk tubuhnya.

Tuan Kenzo terpukau dengan kecantikan Alice sampai dia terus menatapnya sampai Alice berhenti di hadapannya.

"Kalau kau terus menatapku kapan kita perginya!"

"Kau sangat cantik."

"Tanpa kau mengatakannya aku juga tau kalau aku ini cantik." Ucapnya jalan lebih dulu.

Tuan Kenzo dan Tuan Hendrik ikut pergi.

Di sisi lain klub ternama di kota itu, di sebuah ruangan Vip. Leon tengah duduk santai bersama beberapa wanita yang menemaninya minum.

Tampak wanita-wanita itu mengenakan pakaian yang kekurangan bahan tengah duduk merayun Leon.

Mereka berlomba-lomba menunjukkan keistimewaan dirinya untuk menarik perhatian Leon agar bisa menjadi pacarnya.

Tapi tidak ada satupun wanita yang bisa menarik perhatiannya.

Setiap wanita yang dipacarinya pasti hanya bertahan satu minggu, tidak ada yang bertahan lebih dari itu.

Leon belum bisa mendapatkan wanita yang bisa membuat dirinya penasaran.

Saat Leon tengah asik bersama para wanitanya, pelayan wanita datang membawakan pesanan botol birnya.

Dia berjalan menunduk melewati para wanita yang tengah asik berjoget di depan Leon.

Tiba-tiba salah satu wanita yang berjoget di sampingnya tidak sengaja menghadang kakinya sampai botol bir yang dia bawah terjatuh ke lantai.

Craanig!!!

Sontak semua orang menatap dengan sinis, dia sekarang menjadi pusat perhatian semua orang.

"Kau ini bisa kerja atau tidak."

Salah satu wanita yang duduk disamping Leon berteriak padanya.

Wanita cantik yang bernama Greysa ini berdiri menghampiri pelayan itu.

Dia berlagak seperti ratu berdiri di hadapan pelayan itu, yang sedang membersihkan pecahan botol.

"Kalau kerja itu matanya dipake! kau sudah membuat Tuan Leon kehilangan kesenangannya."

"Maaf Nona, ini bukan sepenuhnya kesalahan saya. Tapi karena wanita itu tidak berhati-hati saat dia berjoget." Ucapnya mengangkat kepalanya dengan percaya diri menatap ke arah wanita yang menyenggolnya.

"Ngapain kamu melihatku seperti itu, sudah jelas kamu yang jalan tidak pake mata. Malah salahin orang." Ucapnya marah-marah.

"Nona terlalu asik berjoget sampai Nona menyenggol botol itu sampai jatuh."

Karena dia merasa tidak sepenuhnya salahnya, dia membela dirinya.

"Jangan mengada-ngada kau, aku tidak menyenggolnya." Ucapnya menyangkal.

Greysa mengambil botol bir yang ada di atas meja, dia menumpahkan bir itu diatas kepala pelayan.

Leon yang duduk di sofa hanya menonton pertengkaran pelayan itu dan Greysa

"Dasar wanita tidak tau diri, kau cuman pelayan." Teriaknya.

"Aku memang pelayan tapi kita sama-sama manusia, yang membedakan aku denganmu hanya status sosial saja." Ucapnya menatap dengan tatapan yang tajam.

"Dasar wanita tidak tau diri!"

"Apa ada yang salah dengan perkataanku Nona?"

"Kau masih bertanya apa salahmu!" Ucapnya marah.

Karena pelayan itu terus membela dirinya, membuat Greysa kesal.

"Pelayan tidak tau diri!" ucapnya mengkhatamkan botol bir yang dia pegang ke arah pelayan itu.

Botol itu berhenti tepat di depan wajah pelayan itu.

Wajah Greysa tampak marah karena ada yang menahan botolnya mengenai pelayan itu.

Ternyata itu adalah Alice, dengan sorot mata yang tajam Alice menatap Greysa.

Saat Greysa bertengkar dengan pelayan itu, dia tidak menyadari Tuan Kenzo, Alice dan Tuan Hendrik bersamaan beberapa anak buahnya masuk.

"Apa salah wanita itu?" ucap Alice.

"Kau tidak perlu ikut campur, pelayan ini sudah menjatuhkan botol bir milik Tuan Leon."

"Apa pantas, kau memperlakukannya seperti itu hanya karena sebotol bir."

"Itu bukan urusanmu!"

Alice melirik ke arah Leon yang duduk santai menonton kejadiannya itu dengan sorot mata yang tajam.

"Tentu saja ini bukan urusanku. Tapi melihat perlakuanmu seperti itu padanya, sepertinya aku harus ikut campur disini!"

Tuan Hendrik berbisik pada Tuan Kenzo, dia bertanya apa dia harus menghentikan Nona. tapi Tuan Kenzo mengatakan padanya tidak perlu.

Mereka hanya berdiri di belakang Alice, menunggu apakah Alice akan membutuhkan bantuan.

"Memangnya pesanan bir itu dibayar olehmu?"

"Bukan, Tuan Leon yang memesannya. Tentu saja dia yang akan membayarnya!"

"Lalu kenapa kau merasa yang paling dirugikan disini. Kau tidak mengeluarkan sepeserpun uangmu, kenapa kau harus marah. Kau cuman berlaga sok menjadi yang paling hebat, nyatanya kaulah yang paling buruk!"

"Tau apa kau!" teriaknya marah.

"Itu sudah jelas tergambar di wajahmu!"

Greysa tidak terima perkataan Alice, dia mau memukul kepala Alice dengan botol yang dia pegang.

Tapi Alice menahan tangan Greysa, membuang botol itu ke lantai.

"Dasar wanita j*l*ng!" teriak dengan raut wajah marah.

Plak!!!

Alice menampar wajah Greysa dengan keras sampai wajahnya memerah.

"Tutup mulut kotormu itu, jangan sembarang mengataiku j*l*ng. Jangan sampai aku merobek mulutmu itu!" ucapnya marah melototi greysa sedang memegang pipinya.

Semua orang tengah menatap Alice dengan tatapan yang terpukau.

Greysa berlari pergi ke Leon meminta perlindungan darinya.

Dia menangis dipelukan Leon.

"Dia menamparku Leon, kau harus membalasnya."

Leon mendorong wanita itu sampai terjatuh ke lantai.

"Memangnya kau siapa, untuk apa aku membalas perbuatannya. Kau pantas mendapatkannya."

Leon mengacuhkan Greysa begitu saja setelah mereka bersama beberapa hari ini.

"Kau melakukan ini padaku? setelah apa yang kita lakukan," ucapnya terkejut.

"Dengan uang dan barang yang aku berikan itu sudah cukup menggantinya."

Greysa langsung berdiri.

"Kau pikir dengan uang dan barang-barang kau berikan, cukup membayar harga diriku yang aku berikan padamu." Ucapnya marah.

"Kau yang menyerahkan dirimu padaku! apa aku memaksamu melakukan itu? tidakkan!" Ucapnya dengan santai.

"Dasar pria brengsek!"

Greysa mengambil tasnya lalu pergi meninggal ruangan itu.

Leon meminta semua para wanita yang dia bawa keluar dari ruangan itu karena sang raja sudah datang.

Tinggal pelayan itu yang ada di dalam sana.

Alice membantu pelayan itu berdiri.

"Tidak apa-apa, sekarang kau sudah aman."

Melihat baju putih yang dipakai pelayan itu transparan karena tumpahan bir.

Alice pergi mengambil jas yang ada di sofa, dia memakaikannya pada pelayan itu.

"Itu Jasku!"

Melihat Alice memberikannya pada pelayan itu, dia datang mau mengambilnya. Tapi Tuan Kenzo menghentikannya.

"Barang yang sudah disentuhnya maka akan menjadi miliknya, terserah padanya mau memberikan pada siapa!" Ucapnya tatapan tajam.

"Pergilah, kau tidak perlu memikirkan uang ganti botol itu. Aku yang akan menggantikannya."

"Terima kasih banyak Nona."

Pelayan itu pun pergi, Alice datang menghampiri Leon yang berdiri disamping Tuan Kenzo.

"Kau pria macam apa! kenapa kau hanya duduk menonton mereka bertengkar."

"Untuk apa aku ikut campur urusan mereka."

"Kau ini punya hati tidak!" Ucapnya marah mau menghajar Leon, tapi Leon langsung berlari bersembunyi di belakang Tuan Kenzo.

Alice menarik tangannya dia tidak jadi memukul Leon.

"Keluar Leon!"

Leon langsung keluar mendengar perintah kakaknya.

"Kenapa tempat ini jadi seperti ini?" ucapnya marah.

Leon tersenyum sambil mengosong-gosong rambut bagian belakangnya.

"Karena kau belum datang, aku memakai ruangan ini." Ucapnya cengar-cengir.

"Sebentar lagi umurmu 20 tahun, tapi perilakumu seperti itu. Jangan habiskan masa mudamu hanya untuk bermain wanita."

"Tuan Hendrik, cari ruangan lainnya!"

"Baik Tuan."

Tuan Hendrik langsung pergi. Tuan Kenzo menarik tangan Alice pergi meninggalkan ruangan itu.

"Kakak mau ke mana?" Ucapnya mengikuti Tuan Kenzo.

"Kau tidak perlu ikut, renungkan saja perkataanku disini."

Bersambung.

Jangan Lupa dukung author dengan cara😊

- Like

- Komentar

- Vote

Terpopuler

Comments

mamixfonda

mamixfonda

alice ❤️❤️

2021-09-01

1

Amelin Kwok

Amelin Kwok

next

2021-09-01

0

eryuta

eryuta

leon2🙈🙈🙈🤣

2021-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!