Di ruang bawah Tanah.
Satu cahaya lampu yang menyinari tengah-tengah ruangan. Dibawah lampu itu ada beberapa pria dan wanita disekap di dalam sana.
Mereka duduk melingkar di lantai dengan tubuh yang dililit tali dan kain hitam yang menutup mata mereka.
Rasa takut yang mereka perlihatkan dengan gerakan tubuh yang gemetar.
Mereka tahu dengan siapa mereka akan berhadapan malam ini, nyawa mereka sudah pasti tidak tertolong. Orang ini tidak pernah mengampuni musuhnya baik itu pria ataupun wanita, selama wanita itu musuhnya maka tidak ada kesempatan untuk mereka hidup.
Mereka mendengar suara langkah kaki yang mendekat, dari cahaya lampu menyorot sepatu pria itu.
Pria yang datang itu ternyata adalah Tuan Kenzo bersama Tuan Hendrik.
"Tuan, apa yang harus kita lakukan pada mereka semua?"
"Lenyapkan saja mereka semua, tapi ingat semua organ dalam yang mereka miliki harus masih utuh. Kita akan menjualnya, aku tidak mau ada yang rusak sedikitpun."
"Baik Tuan."
"Dasar Iblis, kau seharusnya sudah mati!" teriak pria yang ada di hadapan Tuan Kenzo.
Tuan Kenzo tertawa mendengar ucapannya.
"Tapi sayang kau gagal membunuhku." Ucapnya menarik rambut pria itu.
Amarah di dalam tubuh pria itu sudah tidak tertahan, dia meludahi baju Tuan Kenzo.
Ciiuh!!!
Tuan kenzo langsung menendang perut pria sampai dia muntah darah.
"Beraninya kau!"
Tuan Kenzo mengeluarkan belatinya merobek penutup mata pria itu, dia menarik rambutnya mencongkel mata kanan pria itu.
Aaaahhh!!!
Bola mata pria itu terjatuh di depan sepatunya,
Pria itu berteriak kesakitan dengan darah yang keluar dari kelopak matanya.
Suara pria itu menggema di ruangan itu, membuat yang lain lebih ketakut. Mereka jadi tidak berani untuk berbicara apapun.
Tuan Kenzo pergi meninggalkan ruangan itu sendiri sedangkan Tuan Hendrik masih dalam sana.
Beberapa anak buah Tuan Kenzo masuk ke dalam untuk membantu Tuan Hendrik.
Sesuai perintah Tuan Kenzo, mereka semua akan dibunuh.
Keesokan paginya.
Hembusan angin pagi dari jendela kamar Alice terbuka akibat percobaan melarikan diri yang dia lakukan.
Angin pagi yang dingin, membuat tubuh Alice beraksi. Dia merasakan tubuhnya merinding.
Tuan Kenzo yang duduk di samping tidur Alice menarik selimut Alice menutupi seluruh badannya.
Dari sejak pagi Tuan Kenzo duduk di tempat tidur Alice memandangi wajahnya.
Ini adalah kebiasaan Tuan Kenzo yang dia lakukan setiap pagi sewaktu Jesslyn masih hidup.
Tuan Kenzo berdiri menutup gorden jendela agar angin tidak masuk ke dalam kamar.
Alice tiba-tiba terbangun, dia melihat Tuan Kenzo sedang menutup gorden.
"Kenapa ditutup? kan sudah pagi, seharusnya kau membukanya agar udara bisa masuk ke dalam."
Tuan Kenzo menoleh ke belakang sambil tersenyum.
"Kalau begitu aku akan membukanya kembali."
"Buka lebih lebar!"
"Jangan lupa Jendela juga dibuka." Ucapnya beranjak dari tempat tidur, pergi ke kamar mandi.
Alice membasuh wajahnya, lalu menyikat giginya sambil melihat ke cermin yang ada di hadapannya.
Tiba-tiba dia melihat Tuan Kenzo yang berdiri di belakangnya.
Alice langsung menyelesaikan sikat giginya dengan terburu-buru.
"Kau itu manusia atau hantu? muncul kok suka tiba-tiba. Bikin kaget aja," ucapnya berbalik.
"Kamu bisa memastikannya sendiri." Ucapnya menarik tangan Alice, meletakkannya di pipinya.
"Menurutmu ada hantu setampan diriku?"
Alice menarik kembali tangannya.
"Issh, tampan dari mananya?, pede banget." Ucap Alice tertawa.
"Mending kau minggir, aku mau lewat." Ucapnya menyingkirkan Tuan Kenzo ke samping.
Tuan Kenzo mengikuti Alice keluar.
"Kenapa sih ini orang ngikutin mulu," Bantinya.
"Aku tidak akan kabur, kau tidak perlu mengikutiku." Ucapnya marah, berbalik ke belakangnya.
Tuan Kenzo menarik tangan Alice, membawanya ke tempat tidur. Dia menyuruh Alice duduk.
Tuan Kenzo mengambil kotak P3K yang dia bawa saat datang, yang dia letakan di atas meja samping tempat tidur.
"Untuk apa itu?"
"Perban lukamu harus diganti," ucapnya sambil membuka kotak P3K.
"Angkat bajumu!"
Alice terdiam.
"Angkat bajumu, aku cuman mau menganti perbannya."
Alice mengangkat bajunya setinggi bawahan dadanya. Lalu Tuan Kenzo melepaskan perbannya dan menggantinya dengan perban baru.
"Sudah selesai." Ucapnya menutup kotak P3K.
"Ganti bajumu setelah itu turun ke bawah, aku akan menunggumu di meja makan."
"Ruang gantinya ada di sebelah sana." Ucapnya menunjuk ruangan terpisah dari kamar tidur Alice.
"Aku tidak akan mengunci pintunya."
Tuan Kenzo berjalan keluar dari kamar meninggalkan Alice seorang diri.
Setelah Tuan Kenzo, Alice masih duduk di tempat tidur merenung memikirkan sikap manis Tuan Kenzo.
Dia masih bingung kenapa pria yang dia mau bunuh malah bersikap baik padanya. Alasan yang diberikan Tuan Kenzo padanya tidak masuk akalnya.
Dia merasa ada alasan lain, tapi dia tidak tahu alasan apa itu.
"Sikapnya kemarin malam membuatku takut, dia belum pernah memperlihatkan tatapannya seperti itu padaku."
"Aku tetap harus waspada dengannya, aku tidak tahu kapan dia akan menyerang balik." Ucapnya berdiri, pergi menganti pakaiannya.
Di ruang ganti.
Terlihat Alice berdiri ditengah ruangan itu bingung melihat berbagai macam baju tertata rapi di dalam lemari itu.
Dari berbagai model baju yang ada di dalam lemari, ruangan itu dipenuhi dengan pakaian mahal.
Alice juga melihat pakaian dalam yang tergantung di dalam lemari.
Alice mengambil salah satu bra itu, dia mencoba memakainya.
"Ukurannya pas? dari mana dia tau ukuran braku." Ucapnya bingung.
"Sudahlah, sebaiknya aku mengganti pakaianku sebelum dia datang lagi."
Alice bergegas mengganti pakaiannya. Setelah 15 menit kemudian Alice keluar dari ruang ganti mengenakan dress pendek berwarna hitam dengan rambut panjang yang terurai ke belakang.
Dia langsung keluar dari kamar menuju ke lantai bawah.
Sesampainya di meja makan, dia tidak melihat Tuan Kenzo disana.
"Ke mana dia, bukankah dia bilang akan menungguku disini."
Tiba-tiba dia mendengar suara orang yang teriak-teriak di luar.
Alice yang penasaran dengan asal suara itu, pergi mencari di mana suara itu berasal.
Alice pergi ke halaman belakang, saat dia berjalan ke sana. Suara itu semakin terdengar jelas ditelinganya, dia berjalan mengendap-ngendap keluar ke halaman belakang.
Dia terkejut melihat Tuan Kenzo sedang teriak-teriak memarahi dua pria sedang berlutut di hadapannya.
"Ampuni kami Tuan," ucap pria itu memohon.
"Tidak ada ampun untuk penghianat seperti kalian!" ucapnya.
"Tidak Tuan, kami berjanji akan setia padamu."
"Sudah terlambat!" ucapnya tatapan yang mengerikan.
"Bawa mereka ruang penyiksaan!"
"Siksa mereka dengan metode Lupara bianca, masukan mereka hidup-hidup ke tangki laruta asam !"
Mendengar perkataan Lupara bianca, Alice terkejut. Pasalnya metode ini dikenal dengan istilah yang digunakan mafia untuk menghilangkan tubuh korbannya yang tidak akan pernah ditemukan.
Dengan berbagai macam cara, ada yang dipotong-potong dengan gergaji mesin lalu dimasukan ke dalam tong berisi beton dan dibuang ke laut, atau melarutkan tubuh mereka ke dalam larutan asam hidup-hidup.
Metode lain, melempar korban hidup atau mati ke pabrik baja logam cair atau melarutkan tubuh mereka dalam lubang akali basah, memberi makan sisa-sisa babi, dan masih banyak lagi.
Alice barus sadar ternyata dia sedang berhadapan dengan seorang mafia yang mengerikan dan sangat berbahaya.
Pria di hadapannya itu tidak punya rasa belas kasih ke orang lain.
Alice Langsung membalikan tubuhnya bersembunyi di belakang tembok.
"Pria itu benar-benar kejam."
Saat Alice mau berlari dari sana, dia tidak sengaja menjatuhkan keramik yang ada disampingnya .
Crack!!!
Suara keramik pecah.
Sontak suara itu membuat Tuan Kenzo terkejut, dia menyadari ada yang sedang memperhatikannya.
"Urus mereka!" ucapnya pada Tuan Hendrik.
Tuan Kenzo langsung berlari masuk ke dalam rumah, melihat siapa yang ada balik tembok itu.
Saat pergi ke sana, dia tidak melihat ada orang disana. Cuman ada pecahan guci yang terhambur di lantai.
Tuan Kenzo jongkok melihat ada tetesan darah.
"Darah siapa ini?"
Tuan Kenzo langsung berlari masuk dengan raut wajah marah.
Bersambung
Jangan Lupa dukung author dengan cara😊
- Like
- Komentar
- Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments