Jennifer tidak bisa menutupi keterkejutannya saat melihat wanita cantik yang berdiri di depan pintu. Detik kemudian pandangannya beralih kepada Billy, menuntut penjelasan kepada kekasihnya tersebut. Billy nampak menghela napas berat.
"Aku bisa menjelaskannya." Setelah mengatakan hal yang tidak cukup membuat Jennifer merasa puas, Billy beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu. Jane segera menyingkir dan kembali pada posisinya semula, namun tetap mengawasi sekitar.
"Mau sampai kapan kau berdiri di depan pintu?" ujar Billy pada wanita tersebut. "Cepat masuk sebelum orang lain melihatmu!" lanjutnya dengan datar dan terkesan dingin.
"I-iya...." Wanita itu kemudian melangkah. Entah kenapa kepercayaan dirinya menjadi menciut, bukankah sebelumnya ia bersikeras ingin menemui Billy dan juga.... Pandangannya beralih pada Jennifer, meskipun ia tidak menyukai kecantikan Direktur Perusahaan tempatnya bekerja tetapi tentunya ia tidak boleh bertindak tidak sopan, karena bisa saja dirinya dikeluarkan dari perusahaan yang sudah melambungkan namanya di dunia permodelan.
Kini Jennifer duduk berhadapan dengan wanita tersebut yang kadangkala membuatnya tidak nyaman dengan kedekatan Billy bersama wanita itu. Ya, wanita itu tidak lain ialah Clarisa. Tidak ada tatapan bersahabat di antara keduanya, kecanggungan mengisi ruangan tersebut.
"Katakan apa yang ingin kau katakan dan segera keluar dari sini." Suara Billy yang juga terdengar dingin membelah kesenyapan hingga membuat Jennifer menoleh ke arah kekasihnya yang duduk bersisian dengannya.
Clarisa menarik napas panjang. Ia menatap curiga pada kedekatan Billy dengan Direktur Perusahaan mereka. "Sebenarnya apa hubungan kalian-, ah maaf, maksudku kau Billy, apa hubunganmu dengan Nona Jennifer?" Tentu saja Clarisa harus berhati-hati dalam bersikap, ia tidak ingin nama baiknya tercemar hanya karena kesalahan kecil. "Aku tidak sengaja melihatmu masuk ke dalam private room, lalu tidak lama Nona Jennifer juga masuk ke dalam ruangan yang sama." Kedua mata Clarisa menelisik dalam, sudah dari satu bulan yang lalu ia mencurigai hubungan mereka, karena Billy selalu menatap Direktur mereka dengan tatapan yang tidak biasa.
Jennifer dan Billy saling bersitatap selama beberapa saat. Mereka tidak langsung menjawabnya, hingga kian menambah kecurigaan Clarisa. "Atau jangan-jangan sebenarnya kalian memang memiliki hubungan selama ini dan menutupinya dari kami semua?" sambungnya setelah beberapa saat tidak kunjung mendapatkan jawaban, akhirnya Clarisa berspekulasi sendiri. Ia tidak buta untuk dapat membaca gerak-gerik Billy juga Nona Direktur.
"Apa yang kau katakan memang benar, Clarisa. Aku dan Jennie memiliki hubungan." Sudah tertangkap basah, sehingga Billy memutuskan mengakuinya saja. Sementara Jennifer cukup terkejut karena Billy mengungkapkan yang sebenarnya. Namun tidak menyalahkan Billy karena mengelak pun percuma, sebab sudah pasti Clarisa tidak akan percaya apapun alasan mereka.
"Jennie?" Clarisa mengulangi. "Ck, bahkan Billy memanggilnya Jennie, ternyata mereka benar-benar memiliki hubungan," lanjutnya dalam hati.
"Kami sudah saling mengenal sejak di universitas, tetapi baru 6 bulan yang lalu aku mengutarakan perasaanku dan dia menerimaku." Billy bisa membaca sorot mata Clarisa yang penuh pertanyaan, sehingga ia menjelaskannya.
Hah? Clarisa tercengang. Jadi sudah selama itu mereka diam-diam memiliki hubungan dan ia tidak mengetahuinya sedikitpun. Padahal selama ini ia mengira jika hanya dia wanita yang paling dekat dengan Billy di antara teman sesama model, bahkan dirinya mengira jika ia yang paling mengetahui segala apapun tentang Billy. Dan ternyata ia salah, pria yang ia cintai jutsru telah bersama dengan wanita lain.
"Aku benar-benar terkejut tentang hal ini." Clarisa berbicara setenang mungkin, tetapi yang sebenarnya adalah ia menahan rasa kesal dan sakit hati bersamaan. Salah satu tangan yang berada di atas pahanya mengepal sangat kuat. "Tapi aku tidak menyangka jika kalian benar-benar memiliki hubungan dan....." Entah, rasanya sulit sekali untuk mengakuinya. "Kalian benar-benar pasangan yang sangat cocok.... Aku ikut senang." Sungguh itu adalah senyuman palsu yang disematkan untuk mengucapkan kata pujian.
"Terima kasih Clarisa. Aku minta kau untuk merahasiakan hal ini dari siapapun," pinta Billy dengan penuh harap. Mengingat Jennifer pasti masih tidak ingin mempublikasikan hubungan mereka.
Kening Clarisa berkerut, terselip keingintahuan kenapa hubungan Billy dan Nona Jennifer dirahasiakan. "Tapi kenapa kalian harus diam-diam? Semua staf dan teman-teman pasti akan sangat senang saat mengetahui hubungan kalian." Clarisa mencoba mengorek informasi yang bisa ia dapatkan dari pasangan tersebut.
Saat mendengar perkataan Clarisa, Jennifer melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku yang memintanya untuk merahasiakan, dan itu tidak perlu diberitahukan kepada orang lain." Dengan sengaja Jennifer menekankan kata orang lain yang tidak lain ditujukan untuk Clarisa, sudah pasti wanita itu menyadarinya sehingga telapak tangannya kembali terkepal.
"Nona Jennifer benar, tolong maafkan aku." Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Clarisa.
"Karena aku dan Jennie sudah menjelaskannya, jadi sebaiknya kau bisa pergi dari sini." Billy tidak ragu lagi menunjukkan kemesraan mereka di depan Clarisa, tangannya merangkul pundak Jennifer, sehingga membuat pandangan Clarisa tertuju ke arah sana.
Sial. Kenapa aku harus melihat pemandangan menyebalkan seperti ini!
Sekali lagi Clarisa harus memaksakan senyumnya. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Maafkan aku karena telah mengganggu makan siang Nona Jennifer." Dan kemudian beranjak berdiri dan segera berlalu dari sana dengan perasaan kesal.
"Kenapa mereka bisa bersama? Aku kira Billy memiliki perasaan untukku. Berengsek kau Billy!" Tidak hentinya Clarisa mengumpat dan memaki setelah dirinya keluar dari ruangan tersebut. Pengakuan Billy dan bagaimana cara pria itu menatap Jennifer benar-benar membuatnya muak.
"Nona, bagaimana? Apa yang Nona lihat benar-benar Tuan Billy dan Nona Direktur?" Seorang wanita yang merupakan asisten pribadi Clarisa berjalan mendekat. Sejak tadi wanita itu menunggu tidak jauh dari ruangan private room.
"Ginny, jangan banyak bertanya! Aku butuh air sekarang!" Clarisa mengibaskan wajahnya dengan lima jemari tangannya, wajahnya memerah karena saking kesalnya.
Buru-buru Ginny memberikan satu botol air mineral yang ia beli sebelumnya kepada Clarisa. "Ini Nona...." Entah apa yang terjadi di dalam sana, kenapa wajah Nona Clarisa terlihat sangat marah?
Ternyata air minum yang diteguknya tidak membuat Clarisa merasa lega, kemudian ia kembali menyerahkan botol tersebut kepada Ginny tanpa menutup botolnya. "Aku benci jika milikku diambil oleh wanita lain," gerutunya.
"Maksud Nona?" Sembari menutup botol air mineral, Ginny bertanya, ia belum paham apa yang dibicarakan oleh Nona Clarisa.
"Aku ingin kembali ke mobil!" Tanpa menjawab pertanyaan Ginny, Clarisa melenggang pergi menuju parkiran mobil.
Kau lihat saja Billy, hubunganmu dengan Nona Jennifer tidak akan bertahan lama. Aku pastikan itu!
Clarisa tidak akan menyerah begitu saja. Ia harus memutar otaknya untuk membuat Billy berpisah dengan Nona Jennifer dan berpaling padanya.
***
Billy mengantar Jennifer dan Jane menuju parkiran mobil, hingga memastikan kekasihnya itu masuk ke dalam mobil. Ia sudah menjelaskan isi pesan yang dikirimkan oleh Clarisa. Di dalam pesan itu tidak ada sesuatu yang berlebihan, Clarisa memberitahukan jika wanita itu melihat Billy dan juga Jennifer masuk ke dalam ruangan yang sama. Alasan itulah yang membuat Billy mau tidak mau membiarkan Clarisa mengganggu makan siang mereka untuk menjelaskan perihal hubungan dirinya dengan Jennifer, sebelum wanita itu menyebarluaskan kepada para teman sesama model maupun staf di perusahaan.
"Apa sebaiknya publikasikan saja hubungan kita?" Sejak tadi itulah yang dipikirkan oleh Billy, pria itu terlalu takut kehilangan Jennifer. Terlebih lagi belakangan ini mereka jarang bertemu dan disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Kecemasan selalu melanda dirinya jika kekasihnya bisa saja di dekati oleh banyak CEO muda.
Jennifer hanya tersenyum tipis, sejujurnya hal itulah yang ia inginkan tetapi jika teringat akan sang kakak, nyalinya selalu menciut, ia akan cemas jika kebebasannya saat ini akan hilang begitu saja dalam sekali menutup mata. "Billy, kau harus tau, aku juga tidak ingin bersembunyi seperti ini, hal yang ingin aku lakukan adalah mengenalkanmu kepada Kak Vie dan juga Daddy Mommy, tapi kau tidak mengenal kakakku dengan baik, dia bisa melakukan apa saja jika tidak menyukai seseorang."
"Apa dia tidak menyukai pria sepertiku?" Billy menjadi penasaran bagaimana sikap asli sosok kakak dari kekasihnya tersebut.
"Entahlah." Jennifer mengangkat kedua bahunya. "Kakakku itu tidak bisa ditebak."
Billy terdiam sesaat sebelum kemudian menghembuskan napas panjang. "Baiklah, aku akan mencoba untuk mendekati kakakmu secara alami." Yang baru saja disampaikan oleh Billy, sungguh membuat Jennifer terpekik tidak percaya.
"Jangan bertindak ceroboh. Kakakku adalah pria yang sangat peka, bahkan jika aku ketahuan sedang menjalin hubungan denganmu, dia bisa saja menyanderamu!" Dan bukan hal itu yang Jennifer inginkan.
Glek. Billy menelan salivanya dengan susah payah. Apa kakak dari kekasihnya itu akan benar-benar melakukan hal tersebut kepadanya?
Melihat wajah Billy yang memucat, Jennifer terkekeh kecil. "Jangan dipikirkan, meskipun dia menyeramkan, menyebalkan dan kejam tetapi sebenarnya dia adalah pria yang sangat baik."
Billy mengusap kepala Jennifer dengan lembut. "Aku tidak masalah jika harus berhadapan dengan Tuan Xavier."
"Hem, biar aku pikirkan dulu." Mungkin tidak ada salahnya Jennifer mencoba menceritakan tentang Billy kepada sang kakak.
"Benarkah?" Raut wajah Billy nampak senang. Inilah yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Jennifer menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Baiklah, aku pergi dulu. Kau berhati-hatilah. Jika sudah sampai di perusahaan, jangan lupa mengabariku." Tangan Billy kembali mengusap kepala Jennifer, sentuhan fisik yang selalu disukai olehnya.
"Ehm, kau juga," tutur Jennifer dan Billy segera berlalu dari sana setelah mengiyakan perkataan kekasihnya.
Tanpa di sadari oleh Jennifer, sejak tadi sepasang mata Nico dan kawan-kawan memperhatikan wanita itu di dalam mobil dengan kaca mobil yang dibiarkan terbuka sebagian. Tatapan Nico datar dan tidak dapat diartikan.
"Kau yakin akan membiarkan pria itu terus berada di sisi Nona?" tanya Daniel memastikan, karena melihat tidak ada reaksi apapun yang ditunjukkan oleh Nico ketika melihat Nona Jennifer bersama dengan kekasihnya.
"Aku akan membiarkan pria itu untuk sementara, selama dia tidak menyakiti Nona Jennie. Jika pria itu menyakiti seujung kuku Nona Jennie sedikit saja, maka akan aku patahan kakinya supaya tidak bisa mendekati Nona lagi." Meskipun terlihat tidak peduli, tetapi Nico selalu cepat tanggap, ia sudah lebih dulu bertindak diam-diam mencari tahu tentang kehidupan pribadi Billy. Dan sejauh ini Billy adalah pria yang baik dibandingkan dengan dirinya yang seorang bajingan.
"Kau bisa memberitahu kami, bagian tubuh mana yang ingin kau patahkan," ujar Keil kemudian dan hanya disambut kekehan oleh Nico.
"Hanya aku saja cukup untuk membereskannya." Dan Keil mengangguk-angguk saja mendengar ucapan Nico.
"Mobil Nona Jennie sudah pergi, sebaiknya kita juga pergi." Daniel menyela, ia yang berada di kursi kemudi masih mengamati kepergian mobil yang mengangkut Nona Jennifer.
Dering pesan di ponsel Keil mengalihkan perhatian pria itu, jemarinya dengan segera membuka isi pesan tersebut. "Malam ini Tiger akan datang ke pesta yang di adakan di hotel Shangri-La The Shard," ujar Keil meletakkan ponselnya di kursi kosong sebelahnya. Keil memang duduk di kursi belakang seorang diri.
"Siapa pemilik acaranya?" tanya Nico kemudian. Akhirnya setelah satu bulan bersembunyi, keberadaan Tiger dapat terendus oleh mereka.
"Jonas Fortes." Keil menyahuti dengan kedua mata yang terpejam, kepalanya di sandarkan pada sandaran kursi. "Pria biasa yang memiliki cafe besar di salah satu cafe pusat Kota London," lanjutnya.
Mendengar penuturan Keil, Daniel berdecak. "Pria biasa tetapi bisa mengadakan pesta di hotel mewah. Hebat sekali," sindirnya kepada pria yang entah siapa itu. Mereka nampak asing dengan nama tersebut.
"Dari informasi yang kita dapatkan, dia baru saja menikah satu bulan yang lalu. Mungkin dia mempertaruhkan semua hartanya untuk menyenangkan istrinya." Dengan malas, Keil kembali menjawab.
"Ck, kau membaca sampai sedetail itu." Nico menggeleng kepalanya heran. Di antara mereka, Keil memang yang selalu detail jika membaca setiap informasi dari seseorang yang mereka selidiki.
"Ehm, untuk berjaga-jaga saja."
Tidak ada lagi percakapan setelahnya, mobil mereka berlalu meninggalkan restauran.
.
.
To be continue
.
.
Tadinya Yoona mau doble up tapi badan lagi gak enak, tadi habis di vaksin malah badannya langsung ngedrop hihi 🤧🤧 nyicil2 dulu ya nanti bab selanjutnya di up lagi 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Totok Tok
❤️❤️❤️❤️❤️
2023-12-21
0
Nabila
di antara ber 3. emang paling ganteng dan Cool adalah mas Nico keren .. ayo jeni lupakan Billy mending km kejar cinta nya mas Nico aja . 👍🏻👍🏻👍🏻
2023-04-14
2
Alexandra Juliana
Makanya jgn baperan dan kegeeran...kecewa kan stlh tau yg sebenarnya....🤭🤭
2022-12-21
1