Jennifer bersenandung kecil di dalam ruangan, pandangannya tertunduk pada dokumen yang sedang ia pelajari untuk bertemu dengan klien bisnisnya di restauran ketika waktu makan siang nanti. Entah apa yang membuat Jennifer nampak senang, karena sejak pagi menebarkan senyuman hingga menambah kecantikan wanita itu.
"Nona, ini dokumen lainnya yang harus kita bawa nanti." Jane masuk setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk oleh Nona Direkturnya.
"Ehm, letakkan saja di atas meja, Jane." Jennifer menyahuti tanpa menatap sekretarisnya tersebut.
"Baik...." Tangan Jane meletakkan dokumen tersebut di atas meja dan kemudian memusatkan perhatiannya kepada Jennifer yang nampak berseri-seri. "Kelihatannya Nona sedang senang? Apa ada sesuatu yang tidak saya ketahui, Nona?" tanyanya masih mengamati.
Mendengar ucapan Jane, sontak Jennifer mendongakkan wajah. "Apa terlihat sangat jelas?" Dan Jane menjawabnya dengan menganggukkan kepala.
Jennifer tersenyum, ia menutup dokumen tersebut dan menatap Jane. "Sebelum bertemu dengan klien kita, aku akan makan siang dengan Billy."
"Wah, kabar yang sangat baik, Nona. Pantas saja kemarin Tuan Billy mencari tau jadwal kosong Nona." Bertepatan dengan Billy yang baru saja kembali dari Manchester karena pekerjaannya.
"Iya, kemarin dia mengatakannya kepadaku. Dia sempat bertanya tentang pria yang bersamaku."
"Lalu Nona menjawab apa?"
"Apa ada alasan untuk aku tidak memberitahunya, Jane? Tentu saja aku memberitahu yang sebenarnya kalau pria yang bersamaku adalah bodyguard yang dikirimkan oleh kakak."
Jane hanya mengangguk. Sejak dua Minggu lalu, Tuan Billy memang tidak terlihat di perusahaan dan mereka baru saja mengetahui jika schedule Billy sepadat itu hingga harus melakukan perjalanan ke kota lain.
Merasa tidak ada percakapan lagi, Jane pamit undur diri. Sungguh tidak sopan jika ia ingin mengetahui lebih banyak tentang percintaan Nona Direktur, kecuali jika Nona Jennifer yang meminta saran padanya terlebih dahulu.
***
Dengan langkah panjang, kaki jenjang Jennifer menuju meja makan dimana klien sedang menunggu dirinya. Karena satu jam yang lalu perubahan jadwal pertemuan di percepatan sebelum waktu makan siang dikarenakan sang klien akan pergi keluar kota siang ini juga.
"Jane, apa tidak ada dokumen yang tertinggal?" Jennifer memperlambat langkahnya, ia bertanya memastikan, karena yang mereka temui adalah klien penting yang akan berinvestasi di perusahaan Romanov Ent.
"Saya sudah memastikan tidak ada dokumen yang tertinggal Nona," jawab Jane dengan tenang. Ia sudah beberapa kali mengecek beberapa dokumen, dan sudah dapat dipastikan semua lengkap.
"Baiklah kalau begitu, kita tidak boleh membuat klien kita lebih lama menunggu."
"Iya Nona."
Langkah keduanya semakin di percepat hingga terlihat dua pria yang berdiri begitu melihat Jennifer juga Jane. Jennifer nampak bingung karena setahu dirinya kliennya adalah pria yang berusia 50 tahun namun kini yang menyambutnya adalah sekretaris dan juga pria muda tinggi dan cukup tampan.
"Selamat siang Nona Jennifer," sapa pria tersebut.
"Selama siang Tuan...." Jennifer nampak bingung karena ia tidak mengetahui pria di hadapannya itu, apa mereka salah mengenali seseorang atau mereka salah kursi? pikirnya.
"Ah, iya Nona Jennifer pasti bingung karena ini adalah pertama kalinya kita bertemu. Perkenalkan nama saya Gerard." Sembari mengulurkan tangannya kepada Jennifer, dan disambut baik oleh Jennifer, hanya beberapa saat sebelum kemudian keduanya saling melepaskan jabatan tangan mereka. "Sebelumnya saya mewakili atas nama ayah saya minta maaf, beliau tidak bisa menepati janji seperti yang sudah disepakati sejak awal karena harus pergi ke luar kota karena kondisi kesehatannya, jadi saya yang menggantikan ayah saya," jelasnya kemudian
Jennifer menjadi paham, ia mengangguk pelan. Pantas saja ia merasa ada yang berbeda dengan Tuan Gilbert hari ini, ternyata putranya-lah yang mewakili kerja sama mereka.
"Kalau begitu silahkan duduk Nona Jennifer dan Nona sekretaris." Gerard mempersilahkan Jennifer serta Jane untuk duduk dan kemudian kedua wanita cantik itu menarik kursi bersamaan dan mendaratkan tubuhnya di atas kuris setelah Gerard dan sekretaris pria itu juga duduk.
"Sebelumnya saya sudah membaca dokumen tentang kesepakatan berinvestasi di Perusahaan Romanov Ent, dan terus terang saja saya sudah banyak mengetahui sepak terjang perusahaan Nona sejak dari tiga tahun lalu." Jennifer memperhatikan Gerard yang berbicara dengan lantang, suaranya yang berat itu seolah menggema disana. "Dan tentunya ayah saya dan juga saya tertarik untuk berinvestasi jangka panjang di Perusahaan Nona bukan tanpa alasan atau karena melatarbelakangi Romanov Group, tetapi karena kami menyukai cara Nona Jennifer pemimpin perusahaan dan membawa para karyawan untuk bekerja sama meningkatkan kualitas Perusahaan."
Jennifer dan Jane saling pandang sesaat, keduanya nampak senang ketika mendengar pujian tersebut. "Tuan Gerard terlalu berlebihan menilai perusahaan kami, Romanov Ent hanya sebagian kecil dari perusahaan lain, tidak bisa dibandingkan juga dengan CEA Corp yang sudah memiliki banyak cabang."
Mendengar penuturan Jennifer, Gerard terkekeh kecil. "CEA Corp masih kalah jika dibandingkan dengan Romanov Group." Siapa yang tidak mengenal dan mengetahui Perusahaan besar yang sudah memiliki beberapa cabang di tiga negara berbeda.
Jennifer hanya tersenyum canggung, menurutnya CEA Corp tidak kalah besar, tetapi tidak mungkin dirinya harus memperdebatkan hal sepele seperti itu. "Ah ya, Tuan Gerard bisa menanyakan hal apa saja mengenai perusahaan kami."
"Baiklah, meskipun sebagian kecilnya saya sudah mendengar tentang Romanov Ent, tetapi saya ingin mendengarnya secara langsung." Gerard mengamati wajah Jennifer yang sangat cantik, sejak tadi kedua matanya seolah melumpuh sejak kehadiran wanita itu tetapi sebisa mungkin dirinya harus bersikap profesional.
Jennifer dan Jane bergantian memberitahukan visi misi tentang Romanov Ent, dan keduanya menjawab berbagai pertanyaan yang dilayangkan oleh Gerard dan sekretarisnya. Gerard nampak dewasa, tidak dipungkiri pria itu memiliki sedikit kepribadian seperti sang kakak, cara bicara dan penyampaiannya sangat lembut dan bijaksana.
"Kalau begitu tidak perlu ada yang diragukan lagi. Saya percaya dengan Romanov Ent." Sorot mata Gerard yang tegas sudah membuktikan jika pria itu benar-benar yakin akan keputusannya. Dan kemudian Gerard menandatangi surat kesepakatan berinvestasi di perusahaan Romanov Ent.
"Benar yang dikatakan ayah, meskipun masih muda tetapi Nona Jennifer memiliki kemampuan yang bagus, serta bisa menjadi pemimpin yang baik."
Lagi-lagi pujian yang Jennifer dapatkan, ia hanya bisa tersenyum. "Saya masih harus banyak belajar dari pembisnis besar seperti Tuan Gerard." Jennifer bukan wanita yang mudah tersipu, entahlah wanita itu memang memiliki kepekaan yang rendah.
Gerard tersenyum, dan kemudian sedikit menyingkap lengan kemeja untuk melihat arloji yang melingkar di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang sudah waktunya jam makan siang. "Hem begini Nona, karena sudah waktunya makan siang, apa Nona Jennifer keberatan jika kita makan siang bersama?" Gerard nampak ragu-ragu saat menawarkan untuk makan siang bersama.
Sebenarnya Jennifer merasa tidak enak jika menolak ajakan dari rekan bisnisnya, tetapi dirinya sudah memiliki janji terlebih dahulu. "Maaf Tuan Gerard, siang ini saya sudah memilki janji, jadi mungkin lain kali saja."
"Ah iya, baiklah.... lain kali juga tidak masalah," ujarnya dengan menyematkan senyuman, meskipun terselip kekecewaan disana. "Kalau begitu saya permisi dulu Nona." Dan kemudian Gerard serta sekretarisnya beranjak dari tempat duduknya bersamaan dengan Jennifer dan juga Jane. Mereka berjalan beriringan meninggalkan meja sebelum kemudian berpisah.
Gerard berjalan menuju keluar restauran, sementara Jennifer dan Jane menuju private room. Ya, Jennifer akan bertemu dengan Billy di restauran yang sama. Namun langkahnya perlahan melambat ketika melihat sosok pria yang tidak asing yang baru saja memasuki restauran berjalan berlawanan arah dengannya, pria itu terlihat sedang menghubungi seseorang dan wajahnya terlihat sangat serius. Pria tersebut tidak lain ialah Nico dan Jennifer dibuat tercengang dengan penampilan Nico yang terlihat lebih tampan dan gagah seperti pengusaha pada umumnya.
Entah karena pandangan pria itu tertutupi oleh kacamata hitam yang dikenakannya atau Nico berpura-pura tidak melihat dirinya sehingga pria itu melewati Jennifer begitu saja. Jennifer menahan lengan tangan Jane, ia ingin memastikan jika dirinya tidak salah mengenali Nico. Jika memang pria itu adalah Nico kenapa tidak menyapa dirinya atau seperti biasanya mengganggu dirinya? Apa ini alasan Nico tidak bisa menjaga dirinya selama dua hari.
"Jane, apa mungkin aku salah melihat?"
Langkah Jane terhenti seketika diiringi kening yang berkerut. "Maksud Nona?"
"Apa kau tidak mengenali pria yang baru saja melewati kita?" seru Jennifer dan Jane menjawabnya dengan gelengan kepala.
Jennifer mengembuskan napasnya ke udara. "Apa mungkin pria itu hanya memiliki kemiripan dengan Nico?"
Jane semakin dibuat bingung, ia memang melihat sosok pria yang baru saja melewati mereka tetapi ia tidak begitu jelas memperhatikannya. "Apa Nona yakin jika pria itu adalah Tuan Nico?" tanyanya memastikan. "Mungkin saja wajah mereka hanya mirip," sambungnya.
Jemari Jennifer menggaruk keningnya, saat ini ia benar-benar bingung namun sesaat kemudian mengedikkan bahu. "Sudahlah tidak perlu dipikirkan." Lalu melanjutkan langkah mereka kembali menuju private room.
***
Luas dan elegan, itulah gambaran privat room yang kini sudah terdapat seorang pria di dalamnya. Pria itu beranjak berdiri dan menyambut kedatangan Jennifer dengan seulas senyum. Pria itu adalah Billy, kekasih yang selama ini tidak dipublikasikan.
"Sayang, kau sudah datang?" Dan kemudian menghambur memeluk Jennifer, hingga membuat Jennifer menjadi canggung karena di dalam ruangan juga terdapat Jane, akan tetapi Jennifer tetap membalas pelukan Billy.
"Aku sudah datang sejak tadi, karena aku juga baru saja menemui klien di restauran ini," sahutnya ketika keduanya mengurai pelukan.
"Benarkah? Apa klienmu seorang pria?" Billy masih saja merasa cemburu setiap kali Jennifer bertemu dengan klien-kliennya.
"Iya, dia seorang CEO muda." Dan jawaban Jennifer sukses membuat Billy menghela napas berat. Rasanya ia ingin mengumumkan tentang hubungan mereka, meskipun harus berhadapan dengan kakak dari kekasihnya itu tetapi melihat wajah Jennifer yang terus memohon padanya sehingga ia membiarkan hubungan mereka tidak diketahui orang lain.
Jennifer terkekeh, ia menyadari jika kekasihnya itu tengah cemburu. "Jangan berpikiran macam-macam. Kami hanya membahas tentang kerjasama saja."
Billy mengangguk, ia tidak ingin bertengkar jika membahas hal yang tidak penting, Billy ingin menghabiskan waktu yang sedikit untuk melepas rindu. Billy dan Jennifer duduk saling bersisian, sementara Jane duduk di meja lainnya yang berada di ruangan itu.
Ketika mereka bertemu memang ada saja hal yang dibahas, dari mulai perkenalan mereka saat di universitas hingga Billy menceritakan tentang pekerjaannya yang dua minggu ini sangat padat.
Percakapan mereka terpaksa harus terhenti karena ponsel Billy berdering, ia lupa mengubah mode silent pada ponselnya. "Sebentar, aku akan menjawabnya dulu." Billy mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja, melihat nama yang tertera di ponselnya tentu saja ia terkejut.
Clarisa? Untuk apa dia meneleponku? Billy hanya tersenyum ketika mendapati Jennifer mendelik tajam padanya, sehingga membuat Billy hanya mengabaikan panggilan dari Clarisa.
"Kenapa tidak diangkat?" tanya Jennifer menjadi penasaran.
"Tidak penting sayang." Billy mengusap punggung tangan Jennifer, lagi-lagi aktivitas mereka harus terhenti karena suara pesan masuk di ponsel Billy.
Pesan tersebut langsung dibaca oleh Billy, dan betapa terkejutnya dirinya saat membaca pesan yang ternyata dari Clarisa.
"Sayang, mungkin ini akan membuatmu terkejut, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain memintanya masuk ke dalam sini."Billy berbicara selembut mungkin.
"Maksudmu?" Kedua alis Jennifer saling menaut bingung, apa yang sebenarnya terjadi?
"Kau akan mengetahuinya nanti." Jawaban Billy tentu saja tidak membuat Jennifer kian penasaran. Namun suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka, hingga Jane harus membukakan pintunya.
Jane cukup terkejut mendapati sosok yang berdiri di depan pintu. Saat pintu terbuka setengahnya, reaksi Jennifer sama terkejutnya dengan Jane.
Kenapa dia juga berada disini?
.
.
To be continue
.
.
Hei jangan lupa setiap hari senin kalian bisa vote si babang Nico ya 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Totok Tok
Billy ganteng tapi Nico ganteng,macho,kuat....ahhh entahlah
2023-12-21
0
NADIRAH
wah Abang Nico makin macho
2022-01-27
1
Ahmat Hapids
gapapa billy diambil sama clarisa lagipula billy juga ga bakalan sanggup ngelindungin jennie dari musuh mafia sama bisnis keluarga romanov
2021-11-16
1