Langkah tegas seorang pria di dampingi sahabat yang merangkap menjadi asisten pribadi serba bisa menggema di sebuah lorong bangunan berlantai tiga di tengah hutan. Tempat itu yang selama ini menjadi Markas Black Lion, salah satu Markas utama selain di belahan kota dan negara lainnya. Para anak buah dengan postur tinggi besar menunduk hormat akan kedatangan bos mereka, yang sudah lama sekali tidak menjejakkan kaki setelah kelahiran putra ketiga bos mereka. Dan itu membuat para anak buah menerka-nerka apa yang membawa bos mereka datang mengunjungi Markas, mengingat sejauh ini tidak ada musuh berbahaya yang menyerang.
"Dimana mereka?" tanyanya dengan raut wajah datar seperti biasa.
"Di ruangan kerja bos." Salah satu dari mereka menjawab pertanyaan sang bos. Sudah pasti 'mereka' yang dicari bos adalah Nico, Keil dan Daniel.
Tanpa menjawab, pria gagah dan tampan itu berlalu menyusuri lorong untuk mencapai ruangan yang ia tuju, diikuti kaki tangannya yang selalu mengekori kemanapun dirinya pergi.
Langkahnya terhenti saat sudah masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan yang selalu digunakan jika mereka sedang melakukan aksi pekerjaan meretas dengan masing-masing alat canggih dan layar besar yang menggantung di sebuah dinding. Terpampang jelas sudut-sudut bangunan Markas, hingga jalan hutan keluar masuk Markas tersorot di layar besar tersebut.
Pemandangan di hadapannya benar-benar membuat tercengang, pasalnya ketiga anak buahnya seperti pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan. Sampah makanan berserakan dimana-mana. "Apa saja kerjaan kalian?! Kenapa berantakan dan.... menjijikan!" Pandangannya berpusat pada manekin wanita tidak berpakaian. Kenapa ada benda seperti itu? Benar-benar tidak bisa dibiarkan. Apa anak buahnya itu memiliki kelainan?
"Bos, kapan kau datang?" seru Keil. Tentu saja suara sang bos menyentakkan mereka, seketika mereka panik.
"Apa kalian tidak menginginkan kehadiranku, heh?!" Sorot mata yang tajam dan aura yang mengintimidasi sudah pasti adalah Xavier, mereka tidak akan bisa menang jika beradu mulut dengan bos.
"Bukan begitu bos, kau sensitif sekali!" seru Daniel kemudian tidak membenarkan. Mereka hanya terkejut saja karena tanpa memberi kabar, bos tiba-tiba sudah berada di belakang mereka. Nyatanya terpampang jelas di CCTV tetapi mereka tidak memperhatikan mobil bos yang memasuki Markas, benar-benar lalai dalam menjalankan tugas.
Xavier tidak menggubrisnya. Ia mendaratkan tubuhnya di sofa single diikuti oleh Jack yang duduk bersisian dengan Keil dan Daniel. Pandangannya mencari sosok Nico yang tidak berada di dalam ruangan.
"Dimana Nico?" tanyanya kemudian.
"Di ruangannya bos, sebentar lagi juga akan kembali kesini." Keil menyahuti setelah mengirim pesan kepada salah satu anak buah untuk membersihkan ruangan kerja saat ini juga. Dan benar saja, dua anak datang tergopoh-gopoh memasuki ruangan dan segera membersihkan ruangan sesuai perintah Keil.
"Hem...." Xavier berdehem, ekor matanya melirik ke arah anak buah yang sedang membersihkan ruangan. "Lalu apa saja kerjaan kalian? Kenapa berantakan sekali? Dan sejak kapan ada benda seperti itu, menjijikan?!" Dua anak buah tersentak kaget mendengar suara bos mereka yang menggelegar. Mereka buru-buru keluar ruangan setelah semuanya dirasa telah bersih dari sebelumnya.
Berbeda dengan Keil dan Daniel yang terlihat santai, keduanya mengikuti arah pandang Xavier. "Ooh...." Menyahut bersamaan. "Benda itu sangat mahal bos meskipun bentuknya memang menjijikan tetapi di dalamnya sudah dimodifikasi dengan baik, terdapat kamera perekam sehingga kami bisa mengawasi Jerome," jelas Daniel.
"Dari mana kalian mendapatkan benda seperti itu?" Xavier menjadi penasaran, pasalnya mereka tidak memberitahu sebelumnya.
"Kami mendapatkannya saat mendatangi sebuah pelelangan. Ada dua benda seperti itu bos, saat kami mengetahui jika Jerome juga ingin memiliki manekin ini, tanpa pikir panjang kami merubahnya menjadi alat perekam dalam bentuk manekin, dan membayar seseorang untuk mengirimkan pada Jerome." Dan kali ini Keil yang menjelaskan dari pada asalnya manekin wanita tanpa busana seperti itu.
Xavier mengangguk mengerti. Kewaspadaan ketiga anak buahnya memang tidak perlu di ragukan lagi. "Kalian sudah melenyapkan anak buahnya, sudah pasti dia akan membalaskan perbuatan kalian!"
"Kami memang menunggunya bereaksi bos, agar mudah membaca pergerakan rencananya." Keil menyahuti kembali, menyandarkan punggung pada sandaran sofa.
Lagi-lagi Xavier mengangguk dan kemudian melihat ke arah Jack, memberikan isyarat untuk segera menunjukkan sesuatu. Jack mengangguk dan kemudian mengeluarkan beberapa lembar foto yang ia dapatkan dari anak buah mereka yang lain.
"Pria itu adalah Jerome dengan beberapa anak buah Golden Dawn. Jadi kesimpulannya, mungkin Jerome bekerja sama dengan Golden Dawn untuk mengambil alih wilayah The Cavern Club dan tentunya membalas dendam karena dua wanita yang telah kalian lenyapkan." Penuturan Jack seketika membuat Keil dan Daniel saling pandang. Memang mereka sudah memprediksi jika Jerome tidak akan tinggal diam.
"Bos.... Jack... kapan kalian datang?" Suara Nico memecah keheningan yang terjadi di dalam ruangan itu, karena baik Keil dan Daniel tidak mengeluarkan suara setelah melihat potret kebersamaan Jerome dengan para anak buah Golden Dawn yang terkenal cukup kuat.
"Baru 10 menit yang lalu," sahut Xavier diiringi ekor mata yang melirik singkat ke arah Nico yang baru saja mendudukkan tubuhnya di sofa.
Nico mengambil salah satu foto yang berhamburan di atas meja kaca. Keningnya berkerut ketika mengenali sosok yang berada di dalam foto tersebut. "Jerome?" ucapnya. "Kenapa dia bisa bersama dengan anak buah Golden Dawn?" Siapapun pasti bisa mengenali para anak buah Golden Dawn karena mereka memiliki ciri khas dengan mengenakan topeng hitam dan bercorak burung gagak.
"Kau pasti sudah mengetahui jawabannya," seru Xavier.
Pikiran Nico membawanya pada kejadian beberapa hari yang lalu. "Ah aku mengerti, pasti dia marah karena jalaang kesayangannya kami lenyapkan."
Semuanya hanya mengangguk membenarkan. Tetapi tentunya tidak membuat mereka gentar dan ketakutan. Justru mereka tidak sabar, penyerangan apa yang akan dilakukan oleh Jerome dengan bekerja sama dengan kelompok Golden Dawn.
"Kalian harus tetap waspada. Dan kirimkan beberapa anak buah untuk menjaga wilayah di The Cavern Club dan juga kirim penjagaan ekstra di sekitar Mansionku dan Mansion utama," perintah Xavier kemudian. Ia tidak ingin jika keluarganya menjadi korban karena permusuhan mereka dengan kelompok Mafia lain.
"Baik bos...." Tentu saja mereka semua menyanggupi. Salah satu tujuan mereka adalah melindungi seluruh keluarga sang bos.
"Ah, satu lagi. Kedatanganku bukan hanya untuk membahas masalah ini tetapi ada masalah yang lebih penting." Penuturan Xavier membuat ketiga anggota Black Lion penasaran, sekiranya ada masalah apa sehingga bos menemui mereka.
"Ada apa bos? Apa ada yang bisa kami bantu?" tanya Keil penuh tanda tanya.
Xavier mengangguk. "Aku ingin salah satu dari kalian menjaga seseorang untukku."
"Menjaga seseorang?" ulang mereka bersamaan. Siapa seseorang itu sehingga bos mereka harus datang langsung seperti ini.
"Siapa bos?" tanya Daniel dengan ketidaksabarannya
"Kalian akan mengetahuinya nanti." Jawaban Xavier seketika membuat mereka menghela napas kecewa. "Aku hanya percaya pada kalian untuk menjaganya," sambungnya dengan tatapan serius.
"Kami mengerti bos, tapi sepertinya kami harus bisa membagi waktu, karena belakangan ini GL sedang mengalami peningkatan." Nico memberanikan diri mengatakan hal demikian. Selama beberapa bulan terakhir, ketiganya harus selalu mondar-mandir ke Markas dan perusahaan. Ya, GL Corp adalah perusahaan milik ketiga anggota Black Lion di bidang jasa, penyedia layanan asuransi, meskipun perusahaan itu hanya bisa mencapai di nomor 15 perusahaan terbaik.
"GL?" Salah satu alis Xavier terangkat. "Berapa kali dalam sebulan kalian datang kesana?" Pertanyaan menjebak, karena ia mengetahui jika ketiga anggota Black Lion selalu menyerahkan pekerjaan perusahaan kepada orang-orang kepercayaan mereka.
"Ehm, bisa dihitung menggunakan jari bos, sekitar 5 kali dalam sebulan," sahut Keil kemudian.
"Kalau begitu tidak perlu banyak alasan." Xavier menggebrak meja, sudah lama ia tidak segemas ini dengan ketiga anak buahnya. Melihat bos yang bisa saja murka, Jack memberikan isyarat untuk mengiyakan pekerjaan yang diberikan oleh Xavier. Lagi pula sejak kapan mereka bisa membantah.
"Iya, baiklah bos." Mereka menjawab bersamaan. "Kami tidak mungkin mengecewakan kepercayaanmu," lanjut Nico.
"Ehm kalau begitu, kau Nico ikut denganku!" Xavier beranjak berdiri dari tempat duduknya.
"Sekarang bos?" Sungguh itu pertanyaan bodoh yang dilontarkan oleh Nico.
"Kau pikir tahun depan, hah?!" Tentu saja membuat Xavier menghardiknya lantaran kesal.
Keil, Daniel dan Jack terkekeh. "Sorry bos...." Dan kemudian Nico beranjak berdiri, diikuti oleh Jack. Ketiganya kini menyusuri lorong untuk keluar dari Markas. Beberapa anak buah menyapa mereka dan Xavier hanya mengangguk.
Dan kemudian mobil yang di tumpangi Xavier meninggalkan Markas dan mobil Nico mengekori di belakang. Perlu satu jam lamanya perjalanan Markas menuju pusat kota, hingga akhirnya mobil mereka berhenti di depan sebuah perusahaan besar, Romanov Ent.
"Bos, bukankah ini perusahaan yang saat ini dipimpin oleh adik bos?" Nico menatap gedung pencakar langit di hadapannya. Selama ini ia hanya mengetahui namanya saja tanpa pernah bertemu dengan adik bos-nya tersebut.
"Ehm, kita akan menemuinya." Xavier membenarkan jas yang dikenakannya, sebelum kemudian berjalan lebih dulu.
"Sebaiknya nanti kau jaga bicaramu, Nic. Ini adalah pertama kalinya kau bertemu secara langsung dengan Nona Jennie." Di sela-sela mereka menyusuri lobby perusahaan, Jack memberikan ultimatum kepada Nico, mengingat temannya itu selalu berbicara sesuka hatinya.
"Oke," jawabnya disertai anggukan kepala. Tidak mungkin ia berani dengan adik dari bosnya, bisa-bisa ia dihabisi oleh bos yang maha benar itu.
***
Ruangan yang berdominasi putih dan warna keemasan menampakkan seorang wanita cantik yang masih muda tengah disibukkan dengan beberapa dokumen. Setelah diberikan kepercayaan menjalani perusahaan dan menjabat sebagai Direktur, Jennifer belajar dengan sangat baik bahkan sudah bisa menguasai pekerjaannya yang banyak menaungi artis dan aktor baru, wanita itu benar-benar membuktikan jika ia bisa menjalankan industri perfilman dan permodelan, bahkan sedikit demi sedikit mendongrak kepopuleran Romanov Ent. Meskipun terbilang cukup baru tetapi bisa masuk dalam 5 besar perusahaan entertainment terbaik sudah termasuk pencapaian yang luar biasa. Tetapi wanita itu tidak mudah menyerah begitu saja, ia akan terus membawa nama perusahaannya ke tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu menjadi top 3.
Tok
Tok
Tok
Ketukan suara pintu mengalihkan perhatiannya. Mendongakkan wajah dan mendapati seorang wanita cantik dengan rambut pirang di kuncir ekor kuda, wanita itu adalah sekretaris pribadinya yang sudah bekerja lama sebelum dirinya menjabat menjadi Direktur. Sekretarisnya itu yang selalu mengajari dirinya dan juga banyak membantu dengan penuh kesabaran.
"Ada apa Jane?"
"Maaf Nona, saya hanya ingin menyerahkan dokumen untuk di tandatangani." Sembari memberikan salah satu map berwarna biru.
"Ehm...." Jennifer meraihnya lalu segera menandatangani dokumen tersebut. Setelahnya ia menyodorkan kembali dokumen tersebut kepada Jane.
"Satu lagi Nona, dibawah sudah ada Tuan Xavier ingin mengunjungi Nona."
"Apa?!" Keterangan Jane membuat Jennifer terkejut. "Kenapa kau baru memberitahuku sekarang? Apa kakakku masih berada di bawah?" Seketika Jennifer menjadi panik, ia beranjak berdiri mendekati Jane.
"Sepertinya sudah menuju kemari, Nona." Jennifer dibuat lebih terkejut lagi.
"Kau harus ingat apa yang aku katakan kepadamu sebelumnya, bahwa dua hari yang lalu aku menginap di apartemen Alice. Kau mengerti, Jane?" tutur Jennifer kembali mengingatkan. Ia khawatir jika Jane anak membocorkan kejadian malam itu kepada kakaknya.
"Mengerti Nona...." Jane hanya mengangguk pasrah. Sudah pasti ia harus melindungi Nona atasannya agar tidak menjadi sasaran kemarahan Tuan Xavier, tidak mungkin dirinya memberitahukan jika malam itu Nona Jennifer pergi ke Club malam.
Pintu yang terbuka mengalihkan perhatian keduanya. Menampakkan pria bertubuh tegap dan tampan yang tidak lain ialah Xavier.
"Kak Vie, kau datang?!" Jennifer berpura-pura terkejut akan kedatangan sang kakak. Ia menyambut baik dua pria di hadapannya itu. Jane mengangguk hormat kepada Xavier dan Jack, sebelum kemudian pamit undur diri.
"Ehm, seperti kataku sebelumnya jika aku akan datang dengan membawa bodyguard untukmu."
"Ck...." Jennifer berdecak lantaran sang kakak yang tidak pernah mematahkan ucapannya. "Kenapa Kak Vie tidak berbasa-basi lebih dulu dengan menanyakan kabarku?"
"Aku tidak perlu berbasa-basi padamu, Jennie."
"Iya.... iya...." Jennifer hanya dapat pasrah. "Lalu dimana bodyguard itu? Tidak mungkin Kak Jack yang akan menjadi bodyguardku, bukan?" Pandangan Jennie mengedar, mencari sosok pria yang akan menjadi bodyguard dirinya tetapi kakaknya hanya datang bersama dengan Jack.
"Tunggu sebentar." Xavier menoleh ke arah pintu. "Nico, masuklah!" perintahnya kemudian.
Langkah seseorang yang baru saja memasuki ruangan tidak membuat Jennifer tergugah untuk melihatnya. Wanita itu justru membuang pandangannya ke arah lain. Tadinya ia sempat berpikir jika kakaknya itu hanya ingin menggertaknya saja dengan berpura-pura mengirimkan bodyguard untuknya, tetapi ternyata kakaknya benar-benar serius.
"Dia adalah Nico, anak buah kepercayaanku yang akan menjagamu dengan baik. Jadi kau tidak akan bisa menolak apapun alasannya!" Perkataan Xavier memang tidak pernah terbantahkan, apapun yang dikatakan oleh sang kakak mau tidak mau ia harus menurutinya.
Dengan malas, Jennifer memusatkan pandangannya ke arah sang kakak, sebelum kemudian melihat siapa kiranya pria yang akan menjadi bodyguard dirinya.
Namun seketika matanya membola penuh bersamaan dengan Nico yang juga terkejut mendapati wanita yang tidak asing berdiri di hadapannya.
Nico, kali ini kau benar-benar akan mati di tangan bos!
.
.
To be continue
.
.
Jennifer Alexandra Romanov
Wanita cantik, ceria dan juga cerewet ini merupakan adik kesayangan sang kakak Xavier. Meskipun usianya berbeda 5 tahun dari sang kakak, sikapnya bisa dikatakan dewasa tetapi sering kali bertingkah seperti anak kecil dan selalu membuat masalah di belakang sang kakak. Tetapi jauh dari sifatnya yang terkadang kekanak-kanakan, Jennifer merupakan wanita yang tegas dan penuh prinsip dalam bekerja. Ia tidak akan setengah-setengah dalam melakukan pekerjaan.
Xavier Alexander Romanov
Btw kalian pasti udah tau si baba ewok wkwk Author Yoona kangen baba Xavier 🤭🤗
Jangan lupa like, vote dan follow bagi yang belum ya.... terima kasih 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Disya♡💕
apa xaiver ada novelnya Thor?
2024-06-15
0
Kuro
❤️❤️❤️❤️❤️
2023-12-16
0
Kuro
nahlooo.....
2023-12-16
0