Kini Jennifer dan Jane duduk saling berseberangan di kursi makan. Keduanya terlihat menikmati makan siang mereka, sementara Nico duduk di kursi lainnya yang hanya bersisian, jaraknya begitu dekat dengan Jennifer, sehingga ia bisa mengamati Nona majikannya tersebut sembari menyesap secangkir kopi hitam miliknya. Sebelum menjemput Jennifer, Nico sudah makan siang terlebih dahulu sehingga saat ini ia hanya butuh kopi untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering.
Jennifer bersusah payah menelan makanan yang berhasil dikunyah, lantaran sorot mata Nico tidak lepas menantap ke arahnya. Nico hanya tidak ingin sesuatu yang tidak terduga terjadi jika dirinya dalam keadaan lengah. Sungguh tidak masuk akal bukan, restauran itu dipenuhi oleh CCTV, sehingga minim akan kejahatan yang akan terjadi. Tetapi entah kenapa ia sudah siap menerkam siapa saja yang mendekati Jennifer, meski seekor serangga sekalipun.
"Jane, aku sudah selesai makan." Jennifer menyeka kedua sudut bibirnya bergantian menggunakan napkin, lalu meletakkan kembali kain napkin tersebut di atas meja. "Aku ingin ke toilet sebentar, kau tunggu saja disini," sambungnya kemudian.
Jane mengangguk, sebelum kemudian Jennifer beranjak dari tempat duduknya. Hal yang sama dilakukan oleh Nico begitu melihat Jennifer beranjak dan berlalu dari meja makan.
Langkah Jennifer terpaksa berhenti begitu menyadari jika Nico mengikuti dirinya, dan kemudian berbalik badan. "Kau mau kemana?" tanyanya sedikit kesal.
"Tentu saja mengikuti Nona."
"Astaga...." Jennifer menepuk keningnya, merasa gemas dengan bodyguardnya tersebut. "Aku hanya ingin ke toilet, tidak mungkin kau ikut masuk ke dalam."
"Kenapa tidak mungkin. Jika terjadi sesuatu dengan Nona di dalam, aku bisa di gantung oleh bos," sahut Nico santai. Padahal bukan itu maksud Jennifer, mana mungkin seorang pria masuk ke dalam toilet wanita.
"Kau tidak akan di gantung oleh kakak hanya karena membiarkan aku ke toilet," seru Jennifer. Sungguh bodyguardnya memiliki sikap yang lebih over dari sang kakak.
"Tapi Nona...."
Melihat Nico yang tetap bersikeras, Jennifer mengeram kesal, mendekat satu langkah pada Nico. Tubuh Nico yang lebih tinggi darinya membuat wanita itu berjinjit, lalu mencengkram lembut kerah jas yang dikenakan Nico. "Dengar bodyguardku yang tampan, Nona Jennie mu ini hanya ingin ke toilet bukan pergi untuk berperang, jadi tidak mungkin terjadi sesuatu di dalam sana. Mengerti!" Jennifer menekankan perkataannya. Posisinya tidak berpindah, pun dengan tangannya yang masih melekat di jas Nico.
Apa yang baru saja dilakukan oleh Jennifer, entah kenapa terlihat sangat sexy, hingga Nico menarik kedua sudut bibirnya. "Apa Nona sengaja ingin dekat-dekat denganku?"
Jennifer terkesiap, ia baru saja tersadar apa yang baru saja ia lakukan. Buru-buru ia menarik kembali tangan yang mencengkram jas Nico dan kemudian berangsur menjauh. "Jangan bicara sembarangan!" bantahnya. Sebelum kemudian berlalu meninggalkan Nico yang terkekeh karena lagi-lagi berhasil menggoda Jennifer.
"Menggemaskan. Rasanya aku ingin mengukungnya di bawahku." Nico bergumam sesaat setelah memastikan Jennifer masuk ke dalam toilet wanita.
Dan detik kemudian tersadar. "Stop it, Nic!" Nico menampar wajahnya, karena berani-beraninya menginginkan wanita yang tidak lain ialah adik dari bos. "Kau bisa dihabisi oleh bos jika kau memiliki perasaan lain untuk Nona." Sejak beberapa hari yang lalu, Nico menekankan pada dirinya sendiri jika hubungannya hanya sebatas Bodyguard dengan Nona Kecilnya, selebihnya hanya perasaan untuk melindungi saja. Karena itu ia akan menyingkirkan siapapun yang berniat ingin menyakiti Nona Jennifer.
Napas Nico terhembus dengan kasar ke udara. Ia menyandarkan punggung pada dinding sembari menunggu Jennifer yang masih berada di dalam toilet.
***
Dengan langkah kecil, Jennifer menyisir seisi restauran setelah mereka mengakhiri makan siang. Tidak lupa Nico mengekori di belakang Jennifer juga Jane. Mengabaikan tatapan para pengunjung restauran yang menatap dirinya penuh kekaguman. Hal itu sudah biasa baginya, terlebih lagi jika ia berjalan bertiga bersama dengan Keil dan juga Daniel.
Ketiganya sudah berada di depan restoran, berjalan menuju parkiran mobil. Nico masih dengan posisinya mengekori Jennifer, namun pandangannya terus waspada pada sekitar.
"Nico...?"
Nico menghentikan langkah saat seseorang memanggil namanya. Ia melepaskan kacamata hitam yang bertengger untuk memastikan siapa kiranya yang memanggil dirinya.
Jennifer juga terpaksa menghentikan langkahnya ketika ada seseorang yang mengenali bodyguard dirinya, sehingga Jane juga melakukan hal sama. Keduanya segera menoleh ke arah sumber suara itu berasal.
Wanita itu berjalan mendekati Nico dan tersenyum. "Kenapa kau tidak menghubungiku jika kau juga berada disini? Dan siapa wanita ini?" Tatapannya kini tertuju pada Jennifer dengan tidak bersahabat.
Kening Nico mengerenyit, kenapa ia bisa bertemu dengan Chole disaat sedang bersama dengan Jennifer. "Kenapa aku harus melapor kepadamu kemana aku pergi? Dan aku tidak perlu memberitahukan siapa saja yang sedang bersamaku kepadamu!"
Chole terhenyak, hatinya seperti tersayat karena sikap Nico lebih dingin dari biasanya. "Tapi Nic, bukankah kita-"
"Chole, aku sedang sibuk. Sebaiknya kita berbicara lain kali saja," ujar Nico memotong perkataan Chole, sebelum wanita itu melanjutkan kalimatnya.
"Sejak beberapa hari yang lalu kau mengabaikan telepon dariku." Chole masih tidak ingin menyerah, ia harus menegaskan siapa dirinya kepada wanita yang entah siapa itu.
Shitt!
Nico mengumpat di dalam hati. Ternyata mengusir Chole dengan cara halus tidak berpengaruh pada wanita itu. "Sudah aku katakan, kita bicara lain kali saja!"
"Tidak. Kau pasti akan lebih sulit lagi dihubungi, sekarang kau harus menjelaskan siapa wanita ini. Apa dia adalah jalaang barumu?!" Sembari menunjuk Jennifer. Dengan sigap Jane mengamankan Nona Direkturnya di belakang tubuhnya.
Nico mengeram kesal. "Jaga bicaramu Chole. Dia bukan wanita sembarangan sepertimu!" Suaranya meninggi, hingga Chole tersentak kaget.
"Kau..... membelanya?!" Chole tidak habis pikir. Sepenting itukah wanita itu lebih dari dirinya?
Di balik kacamata cokelat miliknya, ekor mata Jennifer melirik ke arah Chole. Apa dia adalah kekasih Nico? batinnya.
Jennifer tidak peduli. Permasalahan mereka bukanlah urusan dirinya. Ia akan memberikan ruang kepada Nico dan kekasihnya itu untuk berbicara, sebelum kemudian ia melanjutkan langkahnya kembali diikuti oleh Jane. Melihat Nona majikannya yang berjalan meninggalkan dirinya, Nico melayangkan tatapan tajam kepada Chole.
"Kita memang sering berhubungan, tetapi kau tidak berarti apapun untukku! Kali ini aku membiarkanmu memaki wanita yang berharga bagiku. Tapi tidak untuk kedepannya, jadi jangan menghubungiku lagi jika aku tidak memanggilmu!" Setelah mengatakan hal yang menyakitkan, Nico mengenakan kacamatanya kembali dan melenggang pergi meninggalkan Chole.
Chole menatap kepergian Nico dengan perasaan kecewa. Siapa wanita itu? Kenapa berani-berainya mengambil posisinya di hati Nico sebagai wanita kesayangan. Apa saat ini gelar wanita kesayangan yang tersemat padanya sudah benar-benar tergantikan oleh wanita itu?
***
"Nona......"
Jennifer kembali menutup pintu mobil yang sudah terlanjur ia buka, sehingga niatnya untuk masuk ke dalam mobil diurungkan. "Ada apa?" tanyanya dengan malas.
"Maaf untuk apa yang dia katakan kepada Nona." Meskipun Nico tidak bersalah, tetapi karena dirinyalah sehingga Chole berani menghina Jennifer.
Kedua tangan Jennifer terlipat di depan dada. "Tidak masalah. Apa dia kekasihmu? Wajar saja jika dia marah dan menjadi salah paham."
"Bukan Nona, dia bukan kekasihku. Kami hanya saling mengenal saja." Nico tidak berbohong sepenuhnya, ia dan Chole memang tidak memiliki ikatan apapun, hanya sebatas kebutuhan di atas ranjang saja.
"Hem...." Jennifer mengangguk-angguk seolah paham. "Tapi tadi dia terlihat sangat marah saat melihatmu bersamaku. Tidak mungkin hubungan kalian hanya sebatas itu saja, bukan?"
Mendengar penuturan Jennifer, sudut bibir Nico menyunggingkan senyum. "Memang hubungan seperti apa yang Nona lihat dari kami?" Nada suara Nico penuh dengan sindiran. Apa hubungannya dengan Chole terlihat begitu jelas? Jelas-jelas mereka tidak pernah menunjukkan kedekatan di depan orang lain, selain para pengunjung Club.
"Tentu saja seperti miliknya yang akan direbut oleh wanita lain!" seru Jennifer.
"Aku bukan miliknya Nona," tekan Nico kembali mengoreksi ucapan Jennifer.
"Terserah kau saja. Sekarang antarkan kami kembali ke perusahaan." Jennifer berlalu masuk ke dalam mobil, disusul oleh Jane. Sejak tadi sekretarisnya itu hanya diam menyaksikan percakapan Nona Direktur dengan bodyguard.
Nico berdecak, namun sesaat kemudian menyeringai senyum, meskipun sedang kesal Jennifer tetap duduk di kursi depan. Alasan serangga memang cukup ampuh untuknya saat ini.
Buru-buru Nico masuk ke dalam mobil, dan melajukan mobil meninggalkan restauran. Di sepanjang perjalanan, tidak hentinya Nico mencuri pandang ke arah Jennifer yang hanya menatap ke luar jendela. Namun yang sebenarnya Jennifer melakukan hal yang sama, diam-diam ekor matanya melirik ke arah Nico yang kini fokus pada kemudinya.
Dia benar-benar pria raksasa menyebalkan!
Entah kenapa jika melihat Nico, hanya cacian itu yang selalu terlontar dari dalam hati dan bibirnya.
.
.
To be continue
.
.
Terima kasih yang masih setia sama si babang 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Totok Tok
udah mulai lirik2an nih
2023-12-20
0
Ruk Mini
unyuuuuu
2023-05-20
0
Maia Mayong
🤣🤣🤣🤣
2022-03-12
0