Shangri-La The Shard Hotel pukul 7 malam di Kota London.
Seorang wanita cantik terlihat berendam di dalam bathtub, tangan kirinya memegang ponsel, dan layar ponsel tersebut menunjukkan jika ia tengah menghubungi seseorang. Wanita itu begitu tidak sabar ketika hanya nada tunggu yang terdengar di seberang sana.
"Hallo, siapa ini??" Akhirnya seseorang di sambungan telepon menjawab panggilan dirinya.
"Ini aku Jenn, apa kau lupa dengan suaraku?" serunya dengan nada pura-pura kecewa.
"Astaga kakak. Kau kemana saja selama ini? Kenapa kau mengganti nomor ponselmu?"
Mendengar suara wanita yang sudah di anggap adik selama ini, ia terkekeh. Jennifer masih saja tidak berubah. "Aku baik-baik saja. Kau masih saja cerewet seperti dulu."
"Aku tidak akan pernah berubah, yang berubah itu kakak. Kakak menghilang selama ini, aku mencarimu kemana-mana tapi tidak menemukan kakak. Apa Kakak tidak lagi menganggapku sebagai adikmu dan melupakanku?!" Hembusan napas kekecewaan di seberang sana terdengar begitu berat.
Wanita itu terdiam sejenak, perasaan bersalah kembali menguar. "Maafkan aku Jenn, saat itu aku tidak memiliki pilihan lain. Aku tidak mungkin melupakanmu, disaat orang lain tidak ingin berteman denganku hanya kau yang selalu menemaniku."
"Kak, jangan diingat lagi. Lupakan masa lalu kakak yang menyakitkan itu," serunya. "Sekarang katakan kepadaku, kakak berada dimana? Apa kakak masih ingin bersembunyi?"
"Tidak. Aku sudah kembali ke London. Saat ini aku berada di Shangri-La The Shard Hotel. Aku akan mengadakan pesta disini, lebih tepatnya suamiku yang mengadakan pesta."
"Tunggu, pesta? dan suami? Apa kakak sudah menikah?" tanya Jennifer tidak percaya. Setelah sekian lama tidak bertemu, justru dirinya dikejutkan akan kabar tersebut.
"Benar, aku sudah menikah sejak satu bulan yang lalu. Karena itu aku ingin kau datang, aku akan menceritakan semuanya saat kita bertemu nanti."
"Aku pasti datang."
"Baiklah, besok jam 3 sore di Shangri-La The Shard Hotel. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya." Setelah Jennifer mengiyakannya, wanita itu segera menutup sambungan telepon dan kembali meletakkan ponsel di atas meja yang bersisian dengan bathtub.
Punggungnya menyandar pada sisi bathtub, pandangannya tertuju ke atas langit-langit kamar mandi, sebelum kemudian mengembuskan napas panjang. Menikah? Suami? Tidak pernah terbayangkan olehnya jika ia menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai. Bayang-bayang akan pria di masa lalunya selalu terbesit di setiap malam, tetapi takdir berkata lain karena kini ia tidak bisa lagi bersama dengan kekasihnya di masa lalu.
***
Shangri-La The Shard Hotel nampak sudah di penuhi pengunjung. Nampaknya pesta itu tidak begitu di hadari oleh banyak tamu undangan. Ketukan suara langkah kaki yang menggunakan high heels tenggelam di antara kebisingan para tamu undangan, kaki jenjang Jennifer melangkah menuju Ballroom Hotel diikuti oleh dua bodyguard yang dua hari ini mengekori dirinya, jika Nico sudah kembali bekerja sudah pasti pria itulah yang akan mengekori dirinya.
"Kalian tunggu disini saja, jangan mengikutiku!" perintahnya kepada dua bodyguard tersebut. Sungguh Jennifer tidak nyaman jika harus diikuti oleh mereka. Jelas-jelas ia ingin bernostalgia bersama wanita yang selalu ia anggap sebagai kakak saat berada di universitas.
"Tapi Nona, kata bos-"
"Bos kalian tidak ada disini!" serunya dengan mendengkus kesal, lagi-lagi mereka selalu membawa nama bos mereka yang tidak lain ialah kakaknya. "Nanti aku akan menjelaskannya kepada kakak."
"Baiklah Nona." Keduanya hanya bisa pasrah. Tidak bos mereka, tidak adik bos sungguh keras kepala.
Begitu dua bodyguard tersebut tetap pada di tempatnya, Jennifer segera menyisir Ballroom Hotel menuju bar di hotel tersebut yang hanya berada di satu lantai berbeda karena disanalah dirinya akan bertemu dengan temannya yang juga sudah ia anggap sebagai kakak perempuannya.
"Jennie?" Seorang wanita cantik memanggil nama Jennifer begitu melihat Jennifer hendak memasuki bar.
"Kakak?"
Wanita cantik tersebut berjalan menghampiri Jennifer. "Hai, sudah lama kita tidak bertemu."
"Apanya yang hai, kakak harus menjelaskannya kepadaku sekarang juga!" Kedua mata Jennifer yang sebelumnya bersahabat kini berubah tajam.
"Iya, baiklah tetapi tidak disini. Sejak tadi aku menghindari suamiku." Menarik pergelangan tangan Jennifer menuju salah satu ruangan disana, namun seketika langkahnya terhenti karena mendadak tubuh Jennifer diam mematung.
"Ada apa?" tanyanya mendelik dalam.
Pandangan Jennifer tertuju pada satu pria yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang entah itu ruangan apa. Nico dengan setelan jas menambah ketampanan pria itu, tidak dipungkiri jika Jennifer terpana melihat penampilan Nico yang selalu berbeda setiap kali pria itu mengenakan jas.
Wanita itu mengikuti arah pandang Jennifer, kedua matanya menyipit, berusaha memperjelas penglihatannya. Dan detik itu juga kedua matanya membeliak begitu melihat sosok pria lainnya keluar dari ruangan yang sama.
"Keil?" gumamnya hingga membuat Jennifer menoleh ke arahnya.
"Apa kakak mengenal pria itu?" Namun perkataan Jennifer tidak dihiraukan sehingga Jennifer mengguncang tubuhnya. "Kak Emely, ada apa?!"
Guncangan pada bahunya seketika membuat kesadarannya kembali. "Jennie, maaf aku harus pergi, aku teringat untuk menemui suamiku." Wajahnya berubah panik. Tidak. Ia belum siap jika harus bertemu dengan Keil. Sebelum pria itu melihat dirinya, tentu saja ia harus melarikan diri.
"Tapi kak....."
Nico, Keil dan Daniel yang hanya berjarak beberapa langkah tentu saja melihat Jennifer bersama seorang wanita yang baru saja pergi. Sosok Jennifer yang juga berada di hotel yang sama dengannya membuat kening Nico berkerut dalam disertai berbagai pertanyaan. Kenapa Nona Jennie berada di sini? Apa yang dia lakukan di hotel ini?
Sorot mata Keil mendelik tajam, ia mengenali punggung wanita yang baru saja meninggalkan Nona Jennifer. Tidak salah lagi, wanita itu adalah Emely, wajah wanita itu sempat terlihat olehnya namun tubuhnya terpaku dan mematung karena begitu terkejut dan tidak menyangka bahwa dirinya akan bertemu lagi dengan kekasih masa lalunya.
"Aku harus mengejarnya." Keil menepuk bahu Daniel yang berdiri di sampingnya.
"Mengejarnya?" Daniel menyahut bingung. "Siapa yang kau maksud hei?" Tentu saja Daniel tidak membiarkan Keil pergi begitu saja dengan menahan pergelangan tangan Keil.
"Emely..... Dia berada disini!" Dan kemudian Keil menghempas tangan Daniel dan juga sedikit mendorong tubuh Daniel hingga Daniel berangsur mundur. Keil berlari tergesa-gesa menyusul ke suatu tempat wanita itu lenyap dari pandangannya.
"Biarkan Keil pergi. Wanita yang bersama Nona Jennie adalah Emely. Sudah pasti Keil akan mengejarnya."
Penuturan Nico membuat Daniel terperangah tidak percaya. "Benarkah? Jadi wanita itu benar-benar Emely?" Dan Nico menjawab dengan anggukan.
Nico melangkah menuju Jennifer yang masih kebingungan di tempatnya. Tujuannya datang ke hotel adalah untuk bertemu dengan Emely, tetapi lihatlah wanita itu pergi entah kemana meninggalkan dirinya.
Apa aku pulang saja? Untuk apa aku berada disini.
Dengan kesal Jennifer membalikkan tubuhnya namun wajahnya menabrak dada bidang seorang pria. Jennifer mendongak, terlihat wajah Nico yang menunduk menatap dirinya.
"Kau...." Jennifer mendadak mundur satu langkah.
"Apa yang Nona lakukan disini?" tanya Nico penasaran. Setau dirinya hari ini Nona Jennifer tidak pergi kemana-mana. Tetapi lihatlah Nona kecilnya ini berada di hotel dengan pakaian yang terbuka dan cukup sexy.
"Aku...." Jennifer tiba-tiba menundukkan pandangannya begitu melihat sorot mata Nico yang seperti mengintimidasi dirinya. "Aku diundang oleh temanku, suaminya mengadakan pesta disini."
"Suami?" Kening Nico berkerut. "Apa teman Nona yang baru saja bersama Nona?" Jika memang benar dugaannya, berarti pria yang bernama Johan Fortes adalah suami dari Emely. Ck, benar-benar sebuah kebetulan yang tidak terduga.
"Benar, dia baru saja kembali ke London dan kami ingin menghabiskan waktu bersama tetapi tiba-tiba saja dia pergi." Guratan kekecewaan nampak jelas.
Tidak salah lagi. Emely baru saja kembali dan sudah pasti Keil tidak akan membiarkan Emely pergi lagi.
"Ada apa?" Jennifer meneliti wajah Nico yang tiba-tiba saja terdiam.
"Tidak apa-apa Nona," jawabnya. "Sebaiknya Nona pulang saja, mungkin teman Nona itu tidak akan kembali." Sudah pasti tidak akan kembali, jika Keil menemukannya maka akan sulit untuk wanita itu melepaskan diri dari sahabatnya tersebut.
"Dari mana kau mengetahuinya?" Lagi-lagi Jennifer mendelik tajam. Tidak mungkin Nico lebih mengetahui di bandingkan dengan dirinya.
"Hanya firasatku saja Nona." Nico menyematkan senyuman.
Jennifer melipat kedua tangan di depan dada. "Ck, kau ini."
"Aku akan mengantar Nona pulang."
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.
"Tapi Nona...." Nico menahan pergelangan tangan Jennifer begitu wanita itu hendak melangkah pergi.
"Kenapa memegang tanganku?!" seru Jennifer. Pandangannya menatap tangannya yang sedang di genggam oleh Nico.
Nico tersadar, buru-buru ia melepaskan genggaman tangannya. "Maaf Nona...." Namun Jennifer hanya mencebikkan bibirnya.
"Ck, lalu untuk apa aku berada disini sendirian?" Daniel menyandarkan punggung pada dinding, sejak tadi pria itu hanya memperhatikan Nico bersama dengan Jennifer. "Lebih baik aku mencari wanita cantik disini." Dan kemudian Daniel melangkah meninggalkan Nico dan Jennifer yang masih saja berdebat kecil. Mencari wanita lebih menyenangkan dibandingkan melihat kemesraan mereka, pikirnya. Sebelum kemudian Daniel benar-benar lenyap dari sana.
Nico mengikuti langkah Jennifer dengan tegas, akan tetapi pendengarannya menangkap samar-samar suara seseorang yang lebih dari satu dan kemudian nampak tiga pria yang berjalan ke arahnya dari balik dinding. Nico segera menarik pergelangan tangan Jennifer dan membawanya masuk ke dalam ruangan yang sebelumnya ia masuki bersama Keil dan Daniel.
Brruuk
Suara pintu tertutup dengan kasar bersamaan dengan punggung Jennifer yang berbenturan dengan dinding, sementara tubuh depannya terhimpit oleh tubuh Nico yang bertubuh besar.
Deg
Kenapa dekat sekali?
Entah kenapa jantungnya berpacu lebih cepat. Ada apa ini? Jennifer membuang pandangannya ke arah lain, ia tidak ingin Nico melihat wajahnya yang memerah.
"Diam sebentar Nona." Nico berusaha menenangkan Jennifer yang sedang meronta.
Bagaimana bisa diam jika dia sedekat ini.
"Kau.... menjauhlah!" Jennifer berusaha mendorong tubuh kekar Nico, hingga membuat Nico baru menyadari apa yang baru saja ia lakukan.
Shitt!!
Kemudian Nico berangsur menjauh, ia membenarkan jas yang dikenakannya. "Maaf Nona." Mungkin karena terlalu panik sehingga tanpa sadar ia menarik tangan Nona Jennifer untuk bersembunyi.
"Sebentar Nona." Nico merogoh saku jas untuk mengambil ponselnya. Jennifer hanya diam, ia masih canggung terhadap Nico.
"Daniel, aku melihat Tiger," ucapnya to the point kepada Daniel di seberang sana.
"Kalau begitu tunggu apalagi. Aku akan kesana!" Buru-buru Daniel menutup teleponnya.
"Nona, sebaiknya kita pergi dari sini."
"Tapi kenapa-" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Nico kembali menarik tangan Jennifer meninggalkan ruangan tersebut. Nico tidak mungkin menghadapkan Nona Jennifer dalam situasi yang bahaya, sehingga ia harus segera membawa keluar Nona Jennifer dari hotel.
.
.
To be continue
.
.
Emely Kinney
Wanita cantik yang merupakan mantan kekasih Keil. Menikah dengan pria lain tidak membuatnya bisa melupakan Keil. Namun ia harus tetap menjalankan hidupnya, bukan?
Walah..... Bang Keil mau ketemu sama mantan? wkwk 🤭🤭
Bagi kalian yang berkenan bisa mampir ke karya adik Yoona yang satu ini ya 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Kuro
waahhhhh Jenn udah deg2an Deket ma nico..jdi gemezzhh
2023-12-22
0
westi
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2023-08-24
1
Alexandra Juliana
Jgn² Keil mantannya...😊
2022-12-21
1