Tidak ada kegiatan apapun yang dilakukan ketiga anggota Black Lion di dalam Markas, karena sejak pagi ketiga pria itu sudah menyisir hutan sembari mengajak Baba serta Lala berburu hewan liar lainnya diikuti oleh puluhan anak buah. Dan bertepatan hari libur sehingga Nico tidak menjalankan tugas menjadi bodyguard, karena ia mengetahui jika Nona Jennifer berada di Mansion sang bos, sudah pasti aman dan tidak membutuhkan dirinya.
Ketiganya berjalan mengendap-endap, mencari hewan liar lainnya yang beberapa hari berusaha memporak-porandakan Markas. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, karena kawasan hutan adalah milik Black Lion, sudah pasti ada yang dengan sengaja ingin mengacaukan Markas dengan mengirim beberapa hewan liar di sekitar Markas.
"Kita bagi menjadi tiga tim, kalian bisa pergi ke arah barat dan utara, sementara sisanya ikut dengan kami ke arah timur," perintah Keil kepada puluhan anak buah yang berjajar.
"Baik...." Mereka menjawab serentak. Dan kemudian membentuk tim seperti yang diperintahkan oleh Bos Keil. Beberapa dari mereka sudah kembali menyusuri hutan untuk membasmi hewan liar seperti ular dan harimau. Yang benar saja, mereka membutuhkan waktu selama bertahun-tahun untuk menjinakkan dan melatih Baba serta Lala dan kini mereka harus menyingkirkan para hewan liar tersebut.
"Ada apa, Nic?" Daniel menepuk bahu tegap Nico sehingga sahabatnya itu tersentak kaget. Kening Daniel berkerut bingung, karena tidak biasanya Nico menjadi tidak fokus seperti ini.
"Sejak tadi telingaku berdengung." Nico menyentuh salah satu telinganya, merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, sudah dua kali dirinya juga bersin tanpa sebab.
Mendengar alasan Nico menjadi tidak fokus, Daniel terkekeh hingga Keil segera mengakhiri percakapan dengan anak buahnya lalu menghampiri mereka. "Ada apa?" tanya Keil berdiri di antara mereka.
"Sepertinya ada yang membenci dan memaki Nico." Daniel menjawab setelah tawanya menyurut. "Dan kau juga pasti bisa menebak siapa yang saat ini tengah memaki sahabat kita diam-diam," sambungnya kemudian hingga tawanya kembali menguar.
"Sialan kau!" Nico menendang kaki Daniel namun yang di tendang masih mempertahankan tawanya. Keil juga akhirnya ikut terkekeh, hingga Nico semakin dibuat kesal oleh kedua sahabatnya.
"Salahkan kau sendiri kenapa selalu membuat Nona Jennie kesal. Mungkin saat ini dia sedang mengutukmu!" Perkataan Keil semakin membuat Nico bergidik ngeri.
"Kalian berdua sangat cocok jika bergabung untuk menyerangku!" sindir Nico dengan mendengkus kesal. Keil dan Daniel semakin senang saat melihat wajah Nico sudah menjadi merah padam.
Keil juga Daniel mengangkat kedua bahu tidak peduli. "Sebaiknya gunakan pesonamu sebagai cassanova untuk menjerat Nona Jennie, misalnya dengan mencuri ciumannya." Sungguh bodoh, Daniel memberikan saran yang dapat membunuh sang sahabat.
"Keparat! Kau ingin aku mati di tangan bos!" Suara Nico meninggi tidak terima, entah kenapa setiap sesuatu yang keluar dari bibir Daniel hanya hal yang menjerumuskan dirinya.
"Hahahaha...." Lagi-lagi Daniel dan Keil tertawa. Benar-benar sangat menyebalkan di indera pendengaran Nico.
"Aku kutuk kalian menjadi kurcaci!" Kenapa hanya kutukan itu yang diingat oleh Nico? Bukankah lebih keren jika ia mengutuk kedua sahabatnya menjadi makanan ikan.
"Oh tidak Tuan penyihir, maafkan aku...." Daniel bersedekap, berpura-pura ketakutan. Hingga mengundang tawa dan juga menjadi pusat perhatian para anak buah mereka yang tersisa.
"Tiada maaf untuk pria tidak tampan sepertimu," seru Nico penuh ejekan.
"Sebaiknya Tuan Penyihir hukum mati saja pria bajingan yang satu ini," sambung Keil memprovokasi.
"Heh, sialan!" pekiknya terhadap Keil. "Kau sekutu atau lawanku?!" Daniel tidak terima, bukankah sebelumnya Keil membela dirinya, lalu kenapa saat ini berpihak kepada Nico.
Kali ini Nico dan Keil tertawa melihat kekesalan di wajah Daniel. Dan sejak drama tadi para anak buah sekuat tenaga menahan tawa mereka, dan menikmati berdebatan kecil ketiga pria itu. Seperti inilah ketiga bos mereka jika bersama, sungguh terlihat sangat konyol. Sembari menenangkan Baba dan Lala yang sepertinya tidak sabar untuk semakin dalam menyusuri hutan.
Deru tembakan yang menggema di udara menyentakkan telinga mereka, hingga Baba dan Lala mengeram, sudah pasti kedua tim itu sudah mendapatkan target mereka.
"Kita juga harus bergerak!" Nico menepuk bahu Keil juga Daniel bersamaan. Keduanya mengangguk sebelum kemudian mereka mulai melangkah menyusuri hutan dan mengamati sekitar.
Di tangan mereka masing-masing sudah menggenggam senjata, baik senjata tajam dan senjata api. Beberapa anak buah mengekori, pandangan mereka mengedar. Senjata laras panjang sudah bertengger untuk membidik sesuatu, lantaran samar-samar mendengar suara langkah mendekat.
"Kalian berdua mendengarnya?" tanya Daniel menoleh pada Nico dan Keil.
"Aku dengar," jawab Keil.
"Aku juga...." sambung Nico.
"Kalau begitu, kita harus berhati-hati," ujar Daniel kembali yang dijawab anggukan kepala oleh Keil dan Nico.
Srek
Srek
Srek
Ketiganya menatap waspada pada semak-semak yang bergerak. Hingga membuat Baba dan Lala mengaum, menunjukkan gigi taring putih dan tajam kedua hewan kesayangan Black Lion itu.
"Kalian harus tenang... " Kini posisi Baba dan Lala berada di sisi Keil dan Daniel sehingga mereka berdua mengusap kepala Baba dan Lala, bulu di kepala hewan kesayangan mereka yang sudah berdiri menandakan adanya tanda bahaya.
"Ggrrr....." Baik Baba dan Lala semakin mengeram hingga sesuatu di balik semak-semak menampakkan diri dan melompat. Dengan lihai Nico, Keil juga Daniel menghindar, pun dengan para anak buah lainnya.
Yang baru saja menyerang mereka adalah dua ekor harimau dan benar saja pertarungan hewan terjadi, meskipun Baba dan Lala tidak hidup liar di alam bebas tetapi insting kedua hewan itu tetap tajam.
"Kalian tembak bagian tubuh salah satu dari mereka!" perintah Nico.
"Tembak bagian kakinya. Biar bagaimanapun mereka berhak untuk tetap hidup, hanya saja seseorang memanfaatkan hewan-hewan itu untuk memasuki wilayah kita!" timpal Kiel berteriak.
"Baik!!" Beberapa anak buah membidikan senjata tepat ke arah kaki kanan dua ekor harimau tersebut.
Dor
Dor
Dua tembakan berhasil menghantam salah satu kaki harimau tersebut, hingga kedua harimau itu tersungkur. Dan tidak lama kemudian, tidak sadarkan diri. Ya, senapan mereka sudah di berikan obat bius terlebih dahulu, agar tidak perlu membunuh para hewan-hewan liar yang tidak di bersalah.
Salah satu anak buah berjalan mendekat. "Bos Keil, kami juga sudah mendapatkan laporan jika wilayah barat semua hewan sudah habis terbius."
"Hem, bagus."
"Tapi mereka juga menemukan jejak kaki sepatu," ujar anak buahnya kembali.
"Kalau begitu tunggu apalagi, sudah pasti mereka tidak akan meninggalkan hewan-hewan liar di hutan kawasan kita begitu saja," seru Daniel. Ia kembali melanjutkan langkah menapaki semak-semak dan daun-daun kering.
"Hem, kau benar. Kita habisi sekarang!" Semangat Keil membara. Jangan salahkan Black Lion yang tidak akan memberi ampun, mereka saja yang tanpa pikir panjang berani mencari masalah dengan Black Lion.
"Bunuh tanpa sisa, penggal lehernya dan setelah itu kalian bisa memakannya." Apa yang baru saja dilontarkan oleh Nico membuat mereka bergidik jijik.
"Jangan bicara menjijikan seperti itu, Nic!" hardik Daniel. Tiba-tiba saja ia menjadi mual, mana mungkin mereka makan daging manusia.
"Hahahaha....." Nico tertawa dan Keil hanya menggeleng, pun dengan para anak buah.
Di saat Nico masih tertawa yang menggelegar, Baba dan Lala berlari ke arah berlawanan, sehingga membuat mereka terkejut karena tidak berhasil mencegah Baba dan Lala.
"Kalian kejar!" ujar Keil membujuk arah dimana Baba dan Lala berlari.
Berbondong-bondong anak buah berlari mengejar Baba dan Lala. Suara beberapa pria yang berteriak menghentikan langkah mereka. Terlihat Baba dan Lala yang sedang mengigit kaki dua pria yang berusaha melarikan diri, hingga nampak gigi taring tajam yang menembus tulang-tulang kaki mereka. Sementara beberapa komplotan mereka berusaha melarikan diri.
Jleb
Nico dan Keil melempar pisau dan tepat mengenai punggung dan kaki beberapa dari mereka.
Dor
Dor
Dor
Sementara Daniel tidak tanggung-tanggung menghantam kepala salah satu dari komplotan itu hingga darah menyembur dan mengenai pohon-pohon di sekitar.
"Baba.... Lala.... lepaskan kaki mereka," pinta Keil dengan sedikit membungkukkan tubuhnya. Jangan sampai Baba merasakan daging manusia, mereka akan khawatir jika kedua hewan kesayangan mereka lebih menyukai daging manusia dan bisa saja sewaktu-waktu mencelakakan beberapa anak buah di Markas.
Baba dan Lala tidak bergeming, seperti hewan buas pada umumnya, mereka hewan yang tidak selalu menurut.
"Baba.... Lala.... kita akan memberikan daging yang lebih banyak, jadi lepaskan mereka, oke?" Daniel berusaha membujuk, biasanya Baba akan lebih menurut jika dibujuk dengan daging segar yang banyak.
Dua pria itu berteriak histeris, mereka merasakan tulang-tulang mereka yang patah dan hancur bersamaan.
Dan perlahan Baba serta Lala melonggarkan cengkraman mulutnya, dan seketika melepaskan kaki kedua pria itu serentak yang mungkin saja sudah merenggang nyawa.
Nico dan Keil berjalan mendekati Baba dan Lala. "Singa pintar...." Keil mengusap kepala Baba dengan lembut.
"Kau juga singa yang pintar Lala," lanjut Nico yang juga mengusap wajah Lala.
"Kalian bawa Baba dan Lala ke Markas terlebih dahulu. Berikan daging segar yang banyak untuk mereka," perintah Daniel kemudian kepada para anak buahnya.
"Baik....."
Dua dari anak buah mereka bersiul memanggil Baba dan Lala. Dan seketika dua hewan pintar itu berjalan mendekati. Buru-buru keempat anak buah membawa kembali Baba dan juga Lala ke Markas.
"Hampir saja Lala memakan daging mereka." Daniel mengembuskan napas lega ke udara.
"Hem.... Jika tidak, mungkin sewaktu-waktu Baba dan juga Lala akan memakan dagingmu," seru Nico mengejek Daniel.
"Baba dan Lala tidak menyukai daging pria tidak tampan sepertiku!" Tentu saja ia membalikkan kalimat Nico yang mengatakan jika dirinya tidak tampan.
"Terserah kau saja, Daniel!" Kiel malas menanggapi seruan Daniel. Ia mengangkat senjatanya ke udara dan kemudian.
Dor
Brugg
Peluru yang baru saja dimuntahkan Keil menghantam tubuh seseorang yang ternyata sejak tadi berada di atas pohon.
"Ternyata kau juga menyadarinya!" Nico menepuk bahu Keil.
"Seharusnya tadi kau biarkan saja dia bergelantungan di atas pohon." Entah kenapa Daniel lebih senang melihat mereka tersiksa terlebih dahulu alih-alih mati dengan cara yang mudah.
"Membuang-buang waktu, Daniel." Keil menyimpan kembali senjatanya di balik jaket kulit hitam yang dikenakannya. "Jam berapa kita akan menemui Mr. Bram besok pagi?" tanyanya kemudian. Perusahaan mereka memang akan bekerja sama dengan investor baru. Sebelumnya mereka sudah menyelediki latar belakang investor tersebut, saat tidak ada yang mencurigakan mereka tidak ragu untuk menyepakatinya.
"Sebelum jam makan siang." Hal yang sama di lakukan oleh Nico, memasukan senjata ke dalam jaket kulit.
"Sebaiknya kita pergi dari sini, tubuhku sudah gatal-gatal." Keil dan Nico mengangguk setuju. Sebelum meninggalkan hutan, mereka memberikan perintah kepada para anak buah yang sebelumnya sudah kembali dari wilayah barat dan utara untuk membuang para mayat komplotan yang entah siapa itu. Tidak lupa para hewan yang berhasil mereka bius di lepaskan begitu saja, tetapi sebagian hewan yang sudah mati di buang ke dasar jurang.
Begitu tiba di Markas, Nico, Keil dan juga Daniel menceburkan diri ke dalam kolam renang dengan hanya menyisakan dalaman mereka yang membungkus bagian bawah. Sensasi segar mereka rasakan begitu mereka menenggelamkan diri di dalam air. Mereka akan menikmati hari ini sebelum besok sudah kembali ke rutinitas.
Nico muncul di permukaan air. Mungkin baginya, dua hari kedepan adalah hari yang membosankan karena ia meliburkan diri untuk sementara menjaga Nona Jennie karena harus mengurus perusahaan.
.
.
To be continue
.
.
Like, vote dan komentar kalian ya 💕
Babang Nico
Babang Keil
Babang Daniel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Totok Tok
emak2 aja liatnya masih gimana gitu....apalagi yg muda2...
2023-12-21
0
jumil (Juanda & Mila )
makkkk kasih satu 🤣🤣🤣
2022-03-03
1
NADIRAH
wah aku cari" ternyata Abang" ganteng tengah mandi
makin gereget liat Abang" ganteng ini
2022-01-27
1