Dua minggu berlalu sudah Nico menjadi bodyguard Jennifer. Ada saja hal yang dilakukan Nico untuk menggoda wanita itu. Meskipun posisinya hanya seorang bodyguard, tetapi usia yang lebih tua dari Jennifer, hingga terkadang wanita itu dibuat mengalah dengan perasaan kesal. Dan disinilah Jennifer, berada di Mansion milik sang kakak dan kakak iparnya. Mereka duduk di ruang bermain, sembari menjaga Baby Austin bermain bersama dengan kedua kakak-kakaknya.
"Kak Vie, apa tidak ada lagi bodyguard yang lain untuk menjagaku? Kenapa kakak harus memberikan pria raksasa itu padaku?" protes Jennifer kepada Xavier. Sudah cukup dirinya merasa kesal, lantaran Nico selalu membuat hari-harinya penuh dengan kekesalan.
"Pria raksasa?" Xavier dan Elleana mengulangi perkataan Jennifer, keduanya saling pandang selama beberapa saat.
"Siapa lagi jika bukan Nico. Pria itu memiliki tubuh seperti raksasa. Lihat saja ukuran tubuhnya lebih besar dariku," seru Jennifer. Entah kenapa saat berada di tengah-tengah keluarganya, Jennifer akan selalu bersikap layaknya anak kecil, berbeda jika wanita itu berada di perusahaan atau menghadapi pria seperti Nico.
Xavier dan Elleana terkekeh bersama. "Kau saja yang tidak tumbuh dengan baik." Suara Xavier penuh dengan sindiran. Bukan salah anak buahnya yang memiliki tubuh bagaikan raksasa, adiknya saja yang tumbuh kecil, bahkan jika bersandingan dengan Elleana, Jennifer terlihat lebih imut.
"Astaga, aku masih sangat muda kak, usiaku baru menginjak 25 tahun." Jennifer tidak terima, jelas-jelas ia tumbuh dengan baik, meskipun tidak memiliki tubuh seperti kakak iparnya yang tinggi dan berisi.
"Kakak iparmu bahkan sudah menikah denganku saat seusiamu," ejek Xavier hingga membuat Jennifer kian kesal.
"Itu karena Kak Vie selalu mengejar-ngejar Kak Elle, sehingga Kak Elle tidak memiliki pilihan lain selain menerima kakak." Sungguh konyol bukan, berani-beraninya Jennifer berbicara yang dapat menyulutkan emosi sang kakak.
"Jenn, sepertinya kau ingin mati ya di tangan kakakmu!" hardik Xavier, tatapannya menajam yang siap untuk menghukum sang adik. Lantas Jennifer tertunduk takut, berbeda dengan Elleana yang tidak lagi dapat menahan tawanya, sehingga tawanya memenuhi ruangan tersebut.
Austin yang sensitif akan sesuatu di sekitarnya sontak saja menoleh ke arah sang mommy dengan tatapannya yang polos. Tangan mungilnya menepuk lengan sang Daddy. "Daddy, what happened with Mommy?" Austin bertanya mengenai sang mommy dengan polosnya, perkataan yang belum terlalu jelas sungguh sangat menggemaskan, hingga membuat tawa Elleana perlahan menyurut karena diperhatikan oleh Austin.
"Tidak apa-apa boy, Mommy hanya menertawakan lelucon aunty Jenn." Xavier mengusap lembut kepala Austin dengan sayang. Putra bungsunya itu memang selalu penasaran mengenai di sekitarnya.
Austin mengangguk. Ia kembali bermain bersama dengan kedua kakaknya.
"Sudahlah hubby, Jennie hanya bercanda saja." Elleana mengusap bahu Xavier ketika suaminya itu kembali melayangkan tatapan tajam kepada Jennifer.
Melihat kakak ipar membela dirinya, Jennifer mengulas senyum mengejek, jika kakak iparnya sudah berkata demikian, maka sang kakak akan menurut. Ya, kakaknya itu hanya akan mendengarkan perkataan istrinya.
"Kak Elle...." Jennifer tidak kehabisan akal, ia memeluk Elleana yang duduk bersisian dengannya. Sikapnya yang merengek itu membuat Xavier menghela napas malas, ia sudah bisa membaca apa yang selanjutnya ingin dikatakan oleh sang adik. "Kak Elle, bisakah kakak mengatakan kepada Kak Vie untuk mengganti bodyguardku?"
Elleana hanya mengulas senyum tipis, lalu pandangannya beralih kepada Xavier yang terlihat memelototi dirinya. Elleana hanya mengedikkan bahu. Kenapa dirinya harus dilibatkan dalam situasi seperti ini? Tidak mungkin ia bisa menggugat keputusan suaminya itu.
"Jennie sayang, Kak Vie sudah memberikan bodyguard yang tepat untukmu. Tidak ada pria yang bisa menjagamu seperti Nico. Dia pria yang baik, Kak Elle sudah mengenalnya," tuturnya lembut.
Merasa kali ini sang kakak ipar tidak dapat membantunya, Jennifer mengurai pelukan mereka. "Tapi kak, dia sangat menyebalkan. Dia suka sekali menggoda diriku dan dia juga sama sekali tidak takut denganku. Yang dia takutkan hanya Kak Vie, aku tidak boleh pergi jauh darinya. Dia selalu berkata, aku bisa digantung oleh bos atau aku bisa dihabisi oleh bos jika sedikit saja lengah menjaga Nona." Jennifer menirukan gaya bicara Nico kepadanya, hingga Xavier dan Elleana terkekeh bersama.
"Dia anak buahku, tentu saja akan lebih mendengarkanku!" seru Xavier dengan bangga. Ternyata Nico benar-benar melakukan tugasnya dengan baik.
Jennifer berdecak. "Kalau begitu biar aku sendiri yang mencari bodyguard untukku!"
Kedua mata Xavier kembali menajam. "Jangan macam-macam, Jennie. Kau tau apa yang bisa Kak Vie lakukan supaya kau menurut!"
Glek. Jennifer menelan salivanya dengan susah payah. Alarm bahaya terdengar, karena kelepasan bicara hingga ia menyulutkan emosi kakaknya.
"Jangan memancingnya, kau dengarkan saja kakakmu," bisik Elleana pada adik iparnya tersebut. Ia tidak ingin jika suaminya benar-benar melakukan seperti ancamannya itu.
Jennifer terlihat mengangguk kecil. Lebih baik ia tidak lagi membantah perkataan sang kakak. Jika tidak, Kak Vie benar-benar membuktikan ucapannya. "Baiklah, aku tidak akan lagi protes dengan anak buah Kak Vie yang menyebalkan itu." Jennifer menyandarkan punggung pada sandaran sofa, tangan kirinya mengambil bantal sofa lalu memeluknya dengan perasaan kesal. Ia harus bisa bertahan dengan sikap Nico yang menyebalkan.
Xavier hanya tersenyum ketika melihat Jennifer yang menerima keputusannya dengan terpaksa. "Bukankah kau hanya mengajukan syarat bahwa siapapun yang akan menjadi bodyguardmu tidak boleh mencampuri urusanmu?" Jennifer mengangguk membenarkan. "Lalu apa Nico mencampuri urusan pribadimu selama menjagamu?" tanyanya kemudian.
Pertanyaan yang cukup menampar Jennifer, hingga wanita itu tidak bisa lagi membantah. Jika diingat kembali, selama dua minggu ini, Nico tidak pernah mencampuri urusan pribadinya, meskipun pria itu pernah mendapati dirinya berada di ruangan yang sama dengan Billy, tetapi Nico tidak bertanya siapa Billy. Dan kemudian Jennifer menggeleng lemah sebagai jawabannya.
Xavier menarik kedua sudut bibirnya. "Kalau begitu kenapa kau masih ingin mengganti bodyguard? Meskipun dia menyebalkan tetapi dia selalu menjalankan tugasnya dengan baik. Jadi anggaplah sikapnya sebagai hiburan untukmu."
Jennifer tercengang selama beberapa saat. "Aku bisa mati muda jika terus berada di sampingnya kak." Xavier tidak menanggapi lagi perkataan Jennifer, ia dan Elleana hanya saling pandang, sebelum kemudian Jennifer mulai bermain bersama dengan Arthur, Aurelie dan juga Austin, duduk saling membentuk lingkaran.
***
"Arthur..... Aurelie... jika sudah dewasa nanti jangan menyebalkan seperti Daddy, oke?" Mendengar dirinya disebut, sontak Xavier menolehkan kepala ke arah Jennifer. Ia meletakkan cangkir kopi miliknya di atas meja, lalu mengamati Jennifer yang bisa saja menghasut ketiga anak-anaknya. Namun detik kemudian mengalihkan pandangan kembali kepada sang istri karena tidak mendapati tanda-tanda mencurigakan dari Jennifer.
Jennifer bernapas lega, nyaris saja ketahuan oleh sang kakak jika lagi-lagi dirinya memprovokasi para keponakannya.
"Tidak, yang jelas aku dan Daddy memiliki sifat yang berbeda," sahut Arthur cepat. Pandangannya tertuju pada susunan lego yang berhasil ia susun sempurna. Ia memang selalu tidak ingin disamakan dengan Sang Daddy.
"Elie seorang wanita, Aunty. Jelas saja akan berbeda dengan Daddy," timpal Aurelie dengan mengerucutkan bibirnya. Gadis kecil itu juga sibuk memainkan ponsel, entah apa yang sedang di mainkannya.
Jennifer tersenyum, lalu mengusap kepala Arthur dan Aurelie bersamaan. "Good boy.... Good Girl...."
"Dan kau Austin, kenapa kau masih disini. Sana menempel pada Mommymu. Jika tidak, mereka akan memberikanmu adik perempuan," bisik Jennifer kemudian saat Austin masih asik bermain dengan berbagai jenis mobil-mobilan. Entah kenapa Jennifer masih dendam dengan keputusan Xavier yang tidak bisa terbantahkan.
Austin yang polos karena usianya baru akan menginjak tiga tahun sontak saja tidak ingin Daddy dan Mommy-nya benar-benar akan memberikannya seorang adik perempuan. No, baby mungil itu menggeleng. Ia tidak ingin memiliki adik. Kedua kaki mungilnya mencoba untuk beranjak dan kemudian berlari kecil menuju Elleana.
"Mommy......" Austin merengek. Kedua tangannya memeluk perut Elleana. Baik Elleana dan Xavier tersentak bersamaan.
"Yes boy?" Elleana mengusap punggung Austin, merasa heran karena tiba-tiba saja Austin kembali bersikap manja padanya.
Austin mendongak, menatap wajah sang mommy. "Are you give me the babies?"
"What??" Sontak saja Elleana dan Xavier terkejut.
"No, I don't want to have a sister baby," lanjut Austin dengan polos. Elleana dan Xavier semakin bingung.
"Boy...." Xavier merengkuh Austin dan membawanya ke atas pangkuannya. "Daddy dan Mommy tidak akan memberikan adik bayi untukmu. Kenapa Austin bicara seperti itu?" Jennifer yang diam mengamati mendadak panik.
"Aunty Jenn-"
"Hey you guys, can you please clean up your toys now?" serunya kepada Arthur dan Aurelie dengan suara yang sengaja diperbesar hingga kalimat Austin terputus.
"Okay....." jawab Arthur dan Aurelie bersamaan dengan malas.
"Yes, we better go. Bermain di halaman lebih menyenangkan." Jennifer menarik pergelangan tangan Arthur dan Aurelie untuk mengikuti langkahnya keluar dari ruangan.
Melihat sikap Jennifer yang mencurigakan, Xavier menjadi paham. "Apa Aunty Jenn yang memberitahumu tentang adik bayi?" Dan Austin mengangguk membenarkan.
"Sudah kuduga," gumam Xavier. Dan Elleana hanya menggeleng karena memaklumi bagaimana jahilnya adik iparnya tersebut. "Jennie......" Suara teriakan Xavier menggema di dalam ruangan, sehingga Jennifer sesegera mungkin melarikan diri, hingga ia berhasil keluar dari ruangan diikuti oleh Arthur juga Aurelie yang menertawakan Aunty mereka.
"Ck, entah kapan dia akan berubah?" Xavier mendengkus kesal setelah kepergian Jennifer. "Listen boy, jangan dengarkan perkataan Aunty Jenn, Daddy dan Mommy tidak memberikanmu adik bayi, jadi kau tenang saja, oke?" Tangan besarnya kembali memberikan usapan lembut di kepala Austin, lalu menurunkan Austin dari pangkuannya. "Kalau begitu lanjutkan bermainnya."
"Oke Dad...." Austin kembali mendudukkan tubuhnya di atas karpet berbulu tebal.
Elleana masih dengan kekehannya. Ada-ada saja ulah adik iparnya itu. "Jennie hanya masih kesal saja," ucapnya menenangkan sang suami.
"Ehm, biarkan saja dia tersiksa menghadapi Nico."
"Ck, kau jahat sekali," cibir Elleana.
"Biarkan saja. Hanya Nico yang bisa menangani Jennie." Dan kemudian merengkuh tubuh Elleana agar lebih mendekat ke arahnya.
"Jadi itu alasanmu memberikan tugas menjaga Jennie kepada Nico?"
Xavier mengangguk. "Keil terlalu baik, dia pasti akan selalu mengalah menghadapi Jennie. Sementara Daniel, aku tidak percaya dengannya, dia bisa saja menggoda Jennie. Ketiganya memang benar-benar menyebalkan, tapi Nico lebih cocok menjaga Jennie karena dia tidak akan memandang Jennie sebagai adikku. Dia bisa menjadi lebih tegas jika sedang melakukan tugasnya."
Elleana menjadi paham, kepalanya mengangguk. Suaminya itu benar-benar memahami ketiga anak buahnya dengan sangat baik. Xavier memeluk Elleana, seketika wanita itu menjadi panik karena Austin masih berada di depan mereka.
"Sweety, bagaimana jika kita memberikan adik untuk Austin?" bisiknya dengan sensual.
Kedua mata Elleana membeliak disertai gelengan kepala. "Tapi Austin tidak menginginkan seorang adik, hubby."
Xavier menjatuhkan dagunya di bahu Elleana. Memang benar dan Xavier tidak bisa membantah, oleh karena itu keduanya sepakat tidak akan memiliki bayi lagi demi Austin.
.
.
To be continue
.
.
Babang Xavier gak tau aja gimana Nico godain ayang beb Jennie, kalau tau bakalan ada perang dunia ketiga ya 😂😂
Daddy Xavier dan Mommy Elleana
Aunty Jennie
Baby Austin 3 tahun
Si kembar Arthur dan Aurelie 7 tahun
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Totok Tok
apa triple R bakal kayak daddy-nya ya??
2023-12-20
0
Ruk Mini
imutzzz bgt
2023-05-20
0
Nabila
visual na Ellena kurang pas .. kok Derraba Deborah artis dracin ,. tapi gak apa lah . yg penting cerita na menarik .
2023-04-14
0