Sore harinya, Arsen sengaja pergi ke sungai. Ia meminta izin kepada Billa. Awalnya ia tak mengizinkan, namun melihat Arsen memohon, ia pun mengizinkan dengan syarat tidak lebih satu jam, mandi ditepi dan harus pergi bersama adik laki-lakinya yang sama-sama menjadi guru mengaji di surau bersama Rukhsa, adik Sakinah.
Saat tiba di sungai, apa yang direncanakan Arsen sungguh terjadi. Ia sengaja menyenggol seseorang, sehingga tanpa sengaja orang itu juga menyenggol adik laki-laki Hanum yang sedang bermain game di handphone yang ia pinjamkan.
Mereka tak bisa menyalahkan siapapun! Karena mereka terjatuh bersama-sama, satu yang di dorong, terdorong semuanya, mereka mengerubungi handphone itu sejak tadi.
Handphone itu jatuh! Retak! Mati! Tepat jatuh ke batu. Ya, sungai yang jernih dengan banyak batu, mereka duduk di sana.
Adik Hanum cemas, yang lain juga cemas dan malah kabur tak bertanggungjawab, meninggalkannya sendirian. Arsen mendekat, anak laki-laki itu menunduk takut.
“Tak apa Bang, jangan cemas. Kamu tak perlu menggantinya, tetapi dengan syarat....” Arsen tersenyum.
“Apa syaratnya?” tanyanya mulai menatap Arsen.
“Abang cukup membawa fotocopy KK dan KTP Ayah Abang, itu saja. Lalu, jika Abang berhasil mengambilnya tanpa sepengetahuan siapapun dan merahasiakan permintaanku ini, aku akan memberikan ini untuk Abang,” Arsen mengeluarkan kembali handphonennya yang lain.
“Sungguh? Kau tidak berbohong? Hanya itu?” tanyanya antusias.
“Ya, aku hanya butuh itu, aku sebenernya anak Kakak laki-laki Abang, jadi mana mungkin aku mempersulitnya, 'kan? Lalu, sebagai rasa sayangku pada Abang, aku akan memberikan ini, tetapi dengan syarat fotocopy KTP dan KK Ayah Abang, ya.” Arsen tersenyum kembali.
Adik laki-laki Hanum itu terdiam cukup lama, menimbang-nimbang, walaupun keluarganya tidak mengakui anak laki-laki di depannya sebagai anak Ardi, namun ia percaya Kinah adalah wanita baik selama ini. Jadi tak mungkin mengkhianati Kakak laki-lakinya, seperti yang di gosipkan.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil fotocopynya, kita akan bertemu di lapangan.” ucapnya, lalu menyelesaikan mandinya dengan cepat.
Arsen tersenyum licik, rencananya berjalan dengan sempurna.
Setelah beberapa saat menunggu, tibalah adik laki-laki Hanum. Ia telah membawa lembaran kertas dan menggulungnya. “Ini, mana benda itu?” ucapnya memberikan fotocopy KK dan KTP.
“Ini, tapi ingat, Abang harus merahasiakan ini. Jika tidak, game yang ada di dalam ini akan hilang, aku memiliki sandi untuk mengaksesnya masuk.” Arsen memberikan handphone miliknya.
“Tenang saja, walaupun aku tidak jagoan seperti yang lain, aku tidak pernah ingkar janji dan membuka rahasia.” tegasnya.
“Baiklah kalau begitu, Bang! Aku pamit dulu, mungkin saja Miss Billa sudah menunggu di rumah, selamat bermain!” Arsen melambaikan tangannya, lalu berjalan pergi.
_______________
Keesokan harinya, Arsen minta izin pergi bersama ayah Kinah untuk pergi main, Billa terkesiap mendengarnya, bukankah kemarin baru saja ia melarang anak itu jangan kerumahnya Kinah, namun sekarang ia sudah janjian dengan Ayah Kinah. Pria tua itu sudah menunggu di teras rumahnya.
Billa mendesah, ‘Kinah, kau bilang padaku untuk berhati-hati dengan mertua dan kakak iparmu? Aku malahan khawatir jika putramu yang membuat masalah dengan mereka terlebih dahulu. Rumah orangtuamu saja sudah ku tutupi, namun ia sudah membuat janjian dengan ayahmu,’ bergumam dalam hati saat melepas kepergian Arsen yang berjalan berbimbing tangan dengan Ayah Kinah.
Mereka mulai menaiki bus yang lewat di pinggir jalan Desa. Satu jam lebih perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah sakit umum di Kecamatan.
“Kakek akan mendaftar dulu,”
“Tidak, biar aku saja,” cegah Arsen. Kakek tunggu di sini, pasti kaki Kakek pegal.” bujuk Arsen mencari alasan.
Ia diam-diam mendaftar untuk melakukan tes DNA. Saat perawat membuat daftar, ia menunjuk Ayah Kinah yang terlihat kelelahan memegangi tongkat, jadi perawat membuatkan daftar antri untuk mereka setelah melihat Ayah Kinah yang duduk di kursi tunggu.
Antrian mereka semakin dekat.
“Kakek minum dulu, ya.” Arsen memberikan minuman yang telah dicampur obat mencret dosis rendah, jadi tidak berbahaya untuk Ayah Kinah yang sudah tua.
“Nomor 031!” Panggilan nomor antrian Arsen terdengar.
“Ayo, Kek. Itu nomor antrianku.” ajak Arsen.
Mereka berjalan masuk ke dalam ruangan. Saat baru saja duduk, Ayah Kinah merasakan perutnya mules.
“Kakek kenapa?” tanya Arsen pura-pura cemas.
“Tidak apa-apa,” Ayah Kinah memaksakan diri, keringatnya mulai bercucuran karena menahan sakit perut.
Prut!! Ia terkentut dan langsung berdiri. “Maaf, maaf, Dokter.” ucapnya malu.
“Tak apa Kek, biar saya saja. Kakek pergi dulu saja ke toilet, biar saya berbicara dengan Dokter.” usul Arsen.
Mau tak mau, akhirnya Ayah Kinah pergi ke toilet.
Setelah pergi, Arsen menggunakan kesempatan emas itu. Ia berikan KK dan KTP Ayah Hanum pada Dokter.
“Dok, ini data Kakek saya tadi, Ia ingin melakukan tes DNA dengan saya. Kakek saya takut jarum suntik, jadi saya mengambilnya dengan alat ini. Beliau memiliki penyakit Hemophobia, mohon Dokter membantu.”
Hemophobia adalah rasa takut yang berlebihan pada darah.
Dokter itu menatap Arsen dan alat yang diberikan Arsen. Ia memasukkan darah di dalam suntik berbentuk pena itu ke dalam tabung kecil.
Ia dan Arsen berbincang-bincang beberapa saat, sampai akhirnya Arsen keluar karena telah selesai, ia harus menunggu 5 hari lagi untuk mengetahui hasilnya.
Arsen menunggu Ayah Kinah di depan pintu toilet. Wajah Kakek itu pucat. Arsen menyodorkan kembali minuman yang telah ia campur dengan obat agar Ayah Kinah segera sembuh.
“Maafkan Kakek,” ucapnya lirih, ia membelai kepala Arsen.
“Tak apa Kek, semuanya sudah selesai, ayo, kita pulang.” ajak Arsen.
____________
Setelah 5 hari, ia kembali mengajak Ayah Kinah ke rumah sakit. Ya, hanya dia dan ayah Kinah yang tahu kalau mereka ke rumah sakit, sedangkan yang lain mengira mereka jalan-jalan.
Arsen meminta di belikan makanan yang antriannya sangat panjang. Ia meminta Ayah Kinah berdiri mengantri setelah mendaftar nomor antrian. Lalu, ia masuk sendirian saat nomor antriannya di panggil.
Dokter menanyakan keberadaan Kakeknya, lagi dan lagi ia membuat alasan, bahkan hebatnya ia sudah menyiapkan rencana sangat matang. Tempat belanja yang ia pinta itu, bisa di lihat dari kaca ruangan dokter yang ia masuki. Ia menunjuk Ayah Kinah yang sedang membeli makanan.
“Maaf, Pak Dokter, Kakek saya sudah tua. Terkadang ia untuk menutupi cemas, akan berbelanja, itupun tak ia makan, aku yang akan memakannya.” jelas Arsen.
Dokter itu mengangguk dan tersenyum, terkadang memang banyak orangtua kembali menjadi anak-anak, takut di suntik dan di periksa oleh Dokter.
Setelah melihat hasil tes DNA, Arsen terkejut, wajahnya berubah, hasilnya negatif. Artinya benar kata gosip, ia bukan anak Ardi. Siapakah ayahnya?
Ia keluar tanpa pamit, langsung berlari menuju kakek yang sudah mendapatkan makanan, ia mengambil makanan itu dan memakannya dengan lahap, kakek tersenyum melihatnya, begitu pula dengan Dokter yang melihat ia makan dengan lahap dari kaca.
_____________________
Arsen masih sangat penasaran, siapa ayahnya, jelas-jelas di data kartu keluarga, kepala keluarga atas nama Ardi, bahkan Ibunya memiliki dua surat nikah berwarna hijau toska dan merah maroon atas nama Ardi.
Ia pun berpikir keras.
Arsen mencari informasi lebih, ia ingin tahu siapa ayahnya, kenapa selama ini Ibunya selalu menutupi tentang ayahnya, apakah benar mereka tidak memiliki ayah?
“Kita harus kembali ke Batam hari ini juga.” ucap Billa.
“Kenapa?”
“Ardhen di rawat di rumah sakit sekarang.”
“Apa?!!! Arsen terkesiap.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
perjuangan ✅
Arsen km yg lebih pinter bisa meretas,,balas semua yg menghina ibu mu itu
2022-02-02
1
perjuangan ✅
cerita yg GK berbelit-belit,,
2022-02-02
0
Riana♕
ngilerrrr pengen anak kyk si kembar😍😍😩
2021-12-06
1