Tok...tok...tok...
"Masuk, tidak dikunci." Audrey memberi interuksi tanpa menoleh dari sketsa kalung yang sedang ia kerjakan.
"Audrey, kau bangun jam berapa?" Papa melangkah masuk terheran-heran melihat Audrey sudah bekerja sepagi ini.
"Sekitar jam empat subuh pa. Lagi dapat ide, dan beberapa menit yang lalu Tante Tika minta desain kalung lagi." terangnya sambil meneruskan pekerjaan.
"Baiklah, hari ini papa akan pergi ke kota Y, mungkin selama tiga hari." Sebastian memberi tahu jadwal kegiatannya, Audrey mengangguk.
"Hati-hati disana. Kita makan pagi bersama ya." Audrey menatap papanya dengan senyuman terkembang sempurna.
Sebastian hanya mengangguk, kemudian mencium kening putrinya dan berjalan keluar.
...
Audrey mengendarai Rubicon kesayangannya saat menuju ke toko perhiasan The Jewel milik Tika. Ia lebih suka mengantar langsung ketimbang mengirim menggunakan surat elektronik. Sekalian ia ingin menghindari jejak digital.
Audrey memarkirkan mobilnya di belakang toko yang posisinya tersembunyi, kemudian melangkah masuk melalui pintu karyawan.
Petugas keamanan yang berjaga sudah mengenal Audrey, karena Tika bekerja sama dengan Rangga untuk menyewa petugas keamanan.
"Selamat siang tante." sapa Audrey saat masuk ke dalam ruangan Tika.
"Selamat siang sayangku." mereka saling berpelukan dan mencium pipi.
"Pesanan tante nih." Audrey menyerahkan map yang dibawanya. Tika mengamati dengan mata takjub melihat karya Audrey.
"Kau selalu bisa membuat tante kagum." ujarnya sambil menggenggam tangan Audrey dengan lembut.
"Seperti biasa ya tante."
"Tentu saja, kami semua tutup mulut tentang siapa dirimu."
"Tante memang paling pengertian." Audrey tersenyum puas.
"Kebetulan kau ada disini, tante ingin menunjukkan sesuatu."
Tika menarik Audrey untuk mengikutinya menuju sebuah ruangan.
"Ini desainmu tahun lalu, manis bukan. Kami membuatnya sepasang, untuk cincin pernikahan."
Wajah Audrey berbinar. "Astaga tante, ini cantik sekali."
"Kau coba ya." tanpa permisi Tika memasangkan cincin di jari manis Audrey. "Perfect." ujarnya.
Audrey hanya tersenyum.
"Lebih bagus lagi kalau ada pasangannya." Tika menggoda.
"Ah tante, selalu seperti itu." Audrey merona sambil melepas cincin tadi.
"Nyonya, maaf. Modelnya tidak bisa datang karena tiba-tiba jatuh sakit." seorang karyawan datang memberi tahu.
"Duh, bagaimana ini. Semua sudah siap, aku tak bisa menundanya lagi." Tika memijit kepalanya, ia sangat tidak menyukai kabar ini.
"Apakah aku datang di waktu yang salah?" tiba-tiba suara berat seorang pemuda mengejutkan semua orang.
Suara yang membuat jantung Audrey seakan melompat keluar.
"Ah....Aaronku sayang, keponakanku tercinta." Tika memeluk Aaron dengan hangat. "Ada angin apa tiba-tiba kau mampir, hmm?"
"Ada yang ingin aku sampaikan pada tante, jadi aku sengaja meluangkan waktu hari ini." Aaron tersenyum manis.
"Oh, kau mampir karena ada perlu. Jadi kalau tidak ada perlu kau akan melupakan tantemu ini?" Tante Tika pura-pura merajuk.
"Bukan seperti itu tanteku, aku tak mungkin lupa pada tante kesayanganku ini." Aaron kembali memeluk tantenya.
"Maaf nyonya, jadi bagaimana?" karyawan tadi memberanikan diri bertanya karena tahu waktu mereka tak banyak.
"Siapkan semua, modelnya sudah ada." Tika tersenyum penuh arti. "Bantu tante untuk hari ini ya." pinta Tika, Aaron hanya mengangguk.
"Audrey, mau kemana sayang." tegur Tika pada Audrey yang diam-diam berbalik pergi.
"Eeee....ada urusan sendikit tante." Audrey meringis karena ketahuan akan pergi tanpa pamit.
"Hari ini tante sangat membutuhkanmu, jangan pergi, Ok. Atau tante akan..."
"Baiklah baiklah, aku akan melakukan apa pun untuk tante." sergah Audrey dengan cepat mendekati Tante Tika.
"Gadis manis." Tika menarik hidung Audrey dengan gemas.
Sejak tante Tika menyebut nama Audrey, Aaron memberikan perhatian penuh pada gadis itu. Matanya tak beralih sedetik pun.
Audrey menyadari hal itu, jari jemarinya tak berhenti saling meremas sejak tadi, ia benar-benar gugup.
"Joan, ini gadismu. Dandani dia sebaik mungkin, cepatlah." Tika memanggil sang perias. "Dan kau Aaron, ikuti tante." titahnya.
Audrey menarik nafas lega, ia bisa terlepas dari tatapan Aaron yang membuat tubuhnya seakan tak memiliki tulang.
Joan sang make up artist, tak henti-henti memuji Audrey akan kecantikan alami gadis itu. Sehingga tak memerlukan make up yang berlebihan untuk mendandani Audrey.
Rambut hitam Audrey yang panjang bergelombang dibiarkan terurai dan diberi hairvines bunga-bunga kecil yang terbuat dari kristal.
Ball gown putih dengan taburan bunga dan kupu-kupu dari kristal menyempurnakan penampilan Audrey.
Kain tile dengan payet yang diaplikasikan pada bagian lengan dan pundak mengekspos kulit cantik Audrey dengan cara yang elegan.
Joan mengamit tangan Audrey mengantarnya menuju tempat pemotretan. The Jewel akan melaunching perhiasan untuk pengantin termasuk cincin yang ditunjukkan Tika pada Audrey tadi.
Setibanya di dekat Tika, Aaron dan kru, Joan melepaskan tangannya dan melangkah di depan Audrey.
"Ehmmm...Ehmmmm....."Joan berdehem.
Setelah melihat semua mata tertuju padanya, ia menggeser posisinya, memperlihatkan Audrey yang tersenyum malu-malu.
"Wow, cantiknya..." para kru berdecak kagum.
Senyum Tika mengembang sempurna, ia bergerak cepat mendekati Audrey.
Sedangkan Aaron membeku, ia tak dapat mengalihkan matanya dari Audrey. Dadanya berdebar tak menentu, wajahnya tak dapat menyembunyikan kekaguman.
"Ya ampun sayang, kau sempurna." puji Tika pada Audrey.
"Terima kasih tante." Audrey tersipu malu, "Emm, tapi tante foto..."
"Tenang saja, wajah kalian akan diblur saat di cetak nanti." Tika mengerti kekhawatiran Audrey. "Ayo, pasanganmu sudah menunggu."
Tika menggandeng Audrey membawanya menuju Aaron yang masih diam mematung.
"Duhhh, terpesona nih terpesona." Joan menggoda Aaron. Aaron menunduk sejenak dan menggaruk kepalanya pelan.
"Kau, sa-sangat cantik, Audrey." akhirnya pujian itu meluncur dari bibir Aaron.
"Lho, kalian sudah saling mengenal?" Tika terkejut. Audrey dan Aaron hanya mengangguk.
"Baguslah, akan lebih mudah kedepannya." Tika tersenyum penuh arti.
"Kak, tolong berhenti menatapku." ucap Audrey saat Tika pergi berbicara dengan fotografer.
"Maaf, aku tak bisa." Aaron merendahkan nada suaranya. "Kau membuatku terpukau, kau harus bertanggung jawab."
"A-apa maksud kakak." Audrey tergagap.
"Hai pengantin, kemarilah, kita akan memulai pemotretan." seru pengarah gaya.
Aaron mendekatkan lengannya dan mendapat sambutan dari Audrey. Mereka melangkah bersama diiringi senyuman semua orang di dalam ruangan.
"Jangan gugup ya." seru sang fotografer.
"Lebih dekat lagi ya, kalau bisa pengantin pria merangkul pinggang pengantin wanita saat memamerkan cincin." kata pengarah gaya.
"Good." puji fotografer.
"Posenya tetap, tapi keningnya disatukan ya." lanjut pengarah gaya.
Jantung Audrey berdentam, membuatnya semakin bergetar.
"Hei, aku tak akan memakanmu, jangan gugup begitu." Aaron menyadari kondisi Audrey.
Ia coba menenangkan gadis dihadapannya walaupun ia sendiri mati-matian menenangkan gemuruh di dadanya.
"Pejamkan saja matamu." Audrey menuruti perkataan Aaron.
Kening Aaron menempel pada keningnya, hingga Audrey merasakan hembusan Aaron. Ia menjadi lebih tenang, tanpa sadar Audrey tersenyum.
Melihat itu sudut bibir Aaron terangkat, ia terlihat bahagia.
Sesi foto berdua telah selesai. Kini Audrey berpose sendiri menonjolkan perhiasan yang ia gunakan, Aaron mengambil kesempatan memotret gadis itu menggunakan kamera ponselnya.
Bahkan disela-sela waktu istirahat, Aaron meminta seseorang mengambil foto Audrey secara diam-diam.
Sebelum sesi selanjutnya dimulai, Joan kembali memperbaiki make up Audrey. Namun tak berlangsung lama karena Joan harus menyiapkan baju untuk sesi berikutnya.
Aaron membawakan air minum yang dilengkapi sedotan saat Audrey ditinggal sendirian di backdrop wedding.
"Kau lelah?" tanyanya.
"Sedikit, aku sangat gugup." kata Audrey lirih.
"Apakah aku penyebabnya?"
"Kakak sangat percaya diri." Audrey membuang wajah.
Aaron merapikan anak rambut yang menjuntai di dekat mata Audrey.
"Karena aku pun begitu Audrey."
Audrey menoleh, tatapan mata Aaron terasa sangat dalam. Ia seakan hanyut di dalam tatapan itu dan membiarkan tangan Aaron tetap berada di sisi wajahnya.
Tika lekas meminta fotografer mengabadikan momen itu. Kemudian ia tersenyum lembut, sepertinya aku harus sering-sering meminta tolong mereka berdua. Tante akan membantumu Aaron. Gumamnya dalam hati.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments