Cinta Menyembuhkan Luka
Dalam sebuah rumah di tengah hutan terdengar jeritan dan tangisan yang tidak berujung. Makian dan permohonan ampun saling bersahutan. Entah setan apa yang merasuki, membuat hati tak lagi merasakan iba.
"Mengapa kau melakukan ini padaku." lirih seorang wanita yang berbaring tak berdaya.
"Hentikan pertanyaan bodoh itu."
"Tak bisakah kita menyelesaikannya dengan baik."
Plakkkk!!!
Bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan sebuah tamparan. Air mata kembali mengalir deras dari kedua kelopak yang telah bengkak dan membiru. Entah sudah berapa puluh kali perlakuan ini diterimanya.
Badannya terasa remuk, setiap inci kulitnya terasa perih. Dari ujung rambut sampai ujung kaki terasa sakit luar biasa. Si penyiksa tampak sangat menikmati saat mendengar tangis dan jerit kesakitannya.
Tak peduli berapa kali ia memohon dan mengiba, telinga lawannya seakan tuli, matanya seakan buta tak melihat luka. Terlebih lagi hatinya, entah set*n apa yang merasuki, sampai wanita itu berlaku begitu kejam.
"Aku sangat mencintainya, melebihi cintamu kepadanya. Tapi mengapa dia lebih memilihmu? Aku lebih cantik, aku lebih kaya, badanku lebih bagus dari pada dirimu. Sihir apa yang kau gunakan hah!!!" dengan kasar wanita itu menarik rambut tubuh lawannya yang telah lemah.
"Aku tak menggunakan sihir."
Mendengar itu si penyiksa semakin marah. Kemudian ia menghempaskan sekuat tenaga ke lantai hingga kepala lawannya membentur lantai dengan sangat keras, menciptakan luka baru di kulit putihnya yang sudah memucat.
"Jika aku tak bisa mendapatkannya, maka kau pun sama!"
"Tolong, jangan lakukan lagi. Jangan turuti iblis dalam dirimu."
"Iblis kau bilang?! Hahahaha." Tawa yang sangat menakutkan terdengar dari mulut wanita itu. "Kau, kaulah yang mengubahku menjadi iblis."
"Tapi bukan salahku. Hiks..Hiks.."
"Jadi maksudmu semua adalah salahku? Salahku jatuh cinta pada suamimu?" penyiksa itu tersenyum miris. "Ya, salahku jatuh cinta pada suami orang, dan salahmu mempunyai hidup yang membuatku iri."
Matanya menerawang, tiba-tiba saja ia merasa sedih. Namun sejurus kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Sepertinya wanita ini sudah kehilangan akal sehatnya.
Perlahan tapi pasti, korbannya merayap menjauhi wanita itu. Ia berusaha mencari perlindungan dengan sisa tenaga yang ada di tubuhnya. Namun usahanya sia-sia. Wanita gila itu menghentikan tawanya, menatap ke lantai dengan nyalang.
Ia segera menarik rambut korbannya dan menyeretnya kembali ke tempat semula. Sekali lagi dengan sengaja ia membenturkan kepala korban pada ubin lantai.
Melihat darah segar yang mengalir membuat wanita itu semakin membabi buta. Dengan segera ia mengambil belati yang tergeletak di atas meja. Kemudian menarik rambut hitam panjang lawannya, dan dengan paksa mengarahkan wajah lawannya menatap lemari di sisi mereka.
"Aku akan membuat putrimu mengingat peristiwa ini sepanjang hidupnya. Aku akan menyiksa setiap detik hidupnya dan membuat dia mati perlahan-lahan."
Jleb...Jleb...Jleb...Jleb...Jleb...
Suara belati menembus daging terdengar dengan jelas, disertai dengan suara percikan darah yang mewarna lantai serta perabotan di sekitar mereka.
"Hmmphhh...hmmmpphhhhh..." teriakan korban tertahan tangan iblis wanita berambut pirang. Air matanya mengalir deras manatap pintu lemari tempat putri kecilnya bersembunyi.
Sakit dari luka yang ia rasakan tak sebanding dengan sakit hatinya mengingat putrinya yang ketakutan berada di dalam sana.
Brakkkkkk
Pintu terbuka dengan kasar menghentikan kegiatan gila wanita berambut pirang.
"Cepat, tinggalkan tempat ini. Mereka membawa pasukan penuh menyerang kita. Kalau kau masih mau hidup, ayo pergi sekarang." seorang pria tiba-tiba muncul dan masuk menarik wanita berambut pirang itu. Ia bahkan tidak melirik sama sekali pada wanita yang tergeletak bersimbah darah di lantai. Dengan terburu-buru mereka pergi meninggalkan rumah dan korbannya.
Beberapa menit kemudian, pintu lemari di ruangan terkutuk itu terbuka. Seorang gadis kecil berambut panjang merangkak keluar dengan gemetar. Sambil terisak perlahan ia beringsut, mendekati wanita yang terkulai tak berdaya tanpa rasa takut melihat genangan darah di lantai. Wanita itu memandang dengan tatapan pilu, membelai pipi putrinya dengan tangan yang berlumuran darah.
"Mama menyayangimu mutiaraku, mama mencintaimu." ucapnya di sela-sela tarikan nafasnya yang terakhir. Kemudian matanya terpejam tanpa ada harapan untuk dapat terbuka lagi.
"Mama...hiks hiks....mama..." gadis itu menangis, meraung sambil meletakkan kepalanya pada dada mamanya.
"Mamaaaaaa......Mammaaaaaaaaaaaaaaa....... "
Brakkkkkkk
Pintu kamar terbuka
"Sayang, ada apa nak? Mimpi buruk lagi, hmm?" seorang pria paruh baya masuk dan bergegas menghampiri ranjang gadis cantik pemilik kamar. Gadis itu hanya mengangguk lemah, matanya menatap kedepan dengan tatapan hampa.
Sang pria mendekati nakas di samping ranjang dan menuangkan air putih ke dalam gelas yang tersedia kemudian menyerahkannya pada putrinya.
"Hari ini papa tidak akan berangkat kerja, papa akan menemanimu." ucapnya lembut sambil membelai kepala sang gadis. Tapi putrinya menggeleng dan lanjut meneguk minumannya sampai habis.
"Audrey baik-baik saja pa. Jangan khawatir."
"Apakah kita perlu menemui psikiater lagi?"
"Tidak perlu pa, itu hanya mimpi."
"Apakah kau yakin?"
"Tentu saja aku yakin. Mimpi ini tak akan berpengaruh apapun."
"Maaf sayang." Sebastian menunduk sedih.
"Papaku yang tampan, aku adalah gadis yang kuat. Ingat?"
Papa tersenyum masam. "Ya baiklah."
Audrey tersenyum manis, mimpi buruk tadi sepertinya tak mempengaruhinya.
"Kalau begitu kau akan kemana hari ini?"
"Aku akan pergi ke base, aku akan sedikit berolahraga disana."
Base adalah kompleks pelatihan militer milik keluarga mereka. Semenjak kejadian penculikan disertai pembunuhan yang dialami keluarga Sebastian, ia membentuk tim pengamanan elit sendiri.
Dan setelah Audrey melewati masa terapi yang panjang, ia sering menghabiskan waktunya di base untuk berlatih. Merubahnya menjadi gadis yang mahir memanah, menembak dan ahli bela diri.
"Jika itu dapat menghiburmu, maka lakukanlah. Papa menunggu di meja makan, kita akan sarapan bersama."
Audrey hanya mengangguk, turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.
Sebastian menatap punggung putrinya dengan tatapan sedih, ia mendesah dan mengusap wajahnya dengan kasar. Perlahan ia keluar dari kamar putrinya dengan raut wajah penuh duka. 16 tahun dilalui dengan bayangan kematian istrinya, bahkan putrinya yang saat itu baru berumur 5 tahun harus menyaksikan sendiri bagaimana mamanya dihabisi dengan brutal.
Sampai saat ini pelakunya belum ditangkap, entah bagaimana ia bisa begitu saja menghilang bagai ditelan bumi. Sebastian ingin melupakan peristiwa buruk itu dan tidak mengungkitnya, tapi tidak dengan Audrey. Diam-diam ia terus melacak iblis betina itu dengan bantuan sahabat-sahabatnya.
Di dalam kamar mandi Audrey menangis, dengan sekuat tenaga ia membekap mulutnya. Mana mungkin ia menunjukkan ini pada papanya. Sudah cukup papa tersiksa karena kondisinya yang sempat terpuruk.
Beban psikis yang ditanggungnya teramat besar untuk anak seusianya. Hanya keajaibanlah yang membuatnya bertahan dan mampu melalui itu semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Hulatus Sundusiyah
penasaran....
lanjut Thor..
2024-08-23
0
Lily Nurhidayah
seru, dan pasti kelanjutan nya seru
2021-10-25
1
Emma The@
Seru kak...
2021-10-22
2