9. Mutiara

Speed yang mereka tumpangi melaju menuju laut lepas, dua puluh lima menit kemudian boat berbelok ke kanan. Dari kejauhan tampak gugusan pulau pulau kecil. Audrey terpesona melihat pemandangan yang memanjakan matanya. Hembusan angin yang kencang tak membuatnya takut, walapun ini adalah pengalaman pertamanya, namun ia tampak sangat menikmati perjalanan itu.

Sebelum mereka bergerak tadi kakeknya memberikan kacamata hitam untuk Audrey, ia tahu cucunya tak membawa persiapan apa-apa.

Lima belas menit setelah berbelok, pulau-pulau itu semakin jelas. Ukurannya pun berbeda-beda. Speed boat mengarah ke kanan, menuju pulau yang tampak memiliki bukit di tengahnya. Di sebelah kanan pulau itu tampak keramba-keramba berjajar rapi. Disisi lain tampak bola-bola besar mengapung di permukaan air dalam satu garis.

Audrey baru sadar, di perairan antar pulau-pulau itu terdapat banyak sekali keramba dan pelampung berbentuk bola. Sepertinya perairan ini adalah lokasi industri perikanan.

Driver sigap menurunkan kecepatan mesin, mengamati arus air laut, dengan perlahan boat merapat ke dermaga.

Saat mereka sudah naik ke dermaga, beberapa orang berdiri menyambut rombongan yang baru datang itu.

"Tempat apa ini kak?" tanya Audrey pada Rangga.

"Ini adalah perusahaan penghasil mutiara milik kakek."

"Kak Rangga sudah sering kesini?"

"Ya, beberapa kali. Kenapa?"

"Huhh,,banyak hal yang kalian sembunyikan dariku." Audrey mencebik.

"Bukan begitu, kami hanya menunggu waktu yang tepat saja." sahut Rangga.

"Umurku sudah 21 tahun, harusnya dari tahun lalu kalian sudah bisa membawaku kemari. Aku kan sudah dewasa kak."

Rangga menghentikan langkahnya dan menatap mata adiknya itu.

"Dewasa tidak bisa dinilai melalui usia. Ayo, jangan biarkan kakek menunggu." Rangga menarik tangan Audrey agar bergegas menyusul kakek yang telah masuk ke dalam sebuah bangunan.

Tempat yang mereka masuki terlihat seperti kantor. Mereka terus melangkah lebih jauh ke dalam, hingga tiba di sebuah pintu dengan tulisan Direktur di bagian atasnya.

Di dalam ruangan hanya ada mereka berempat yaitu Kakek, Rangga, Audrey, serta seorang pria kira-kira seumuran dengan Sebastian yang diketahui bernama Charly.

"Audrey, kenalkan beliau adalah pak Charly, orang kepercayaan kakek yang mengelola perusahaan ini." Kakek membuka percakapan.

"Charly,"

"Audrey" balasnya sambil menyambut uluran tangan pak Charly.

"Apa kabar pak Charly?" sapa Rangga sambil berjabat tangan.

"Kabar baik Rangga." jawab pak Charly sambil tersenyum.

"Silahkan semua duduk." Kakek Satya mempersilahkan. "Audrey, ini adalah perusahaan yang khusus membudidayakan tiram mutiara. Mulai dari pembenihan hingga panen mutiara, semua dilakukan di tempat ini. Bola pelampung yang kau lihat tadi adalah tempat pemeliharaan tiram dengan metode long line."

Audrey mengangguk. "Kenapa kakek menjelaskan ini padaku?"

"Karena PT. Danur Mutiara ini adalah milikmu." jawab kakek seperti tanpa beban.

"Saya siap membantu nona." kata pak Charly.

"Mulut itu tolong dikondisikan, jangan sampai ada lalat masuk." Rangga mengejek Audrey yang sedang kebingungan dengan mulut terbuka. Mendengar itu Audrey menutup mulut sambil melontarkan tatapan tajam pada Rangga.

Mereka terlibat perbincangan seru, Audrey lebih banyak bertanya dan Pak Charly menjawab dengan antusias. Sedangkan kakek dan Rangga sesekali ikut menimpali.

Sebelum mulai berkeliling perusahaan, mereka menyantap makan siang yang dibawa oleh nenek. Tak lupa menu tambahan berupa olahan makanan laut segar yang dimasak ibu-ibu yang bekerja disitu. Mereka sangat antusias menyambut kedatangan nona pemilik perusahaan yang baru.

"Kakek, kita berkeliling naik apa?" tanya Audrey saat mereka keluar kantor untuk mulai melihat-lihat kompleks perusahaan.

"Tentu saja berjalan kaki, sekalian berolahraga. Lihatlah kakek, diusia tujuh puluh empat tahun kakek masih bugar tanpa tongkat dan jarang sakit." ucap Kakek bangga.

"Audrey kan manja kek." celetuk Rangga.

"Aku tidak manja, hanya saja...hehe...aku kekenyangan." Audrey tampak malu-malu. "Habis, makanannya enak-enak sih. Terima kasih ya ibu-ibu." Audrey tulus mengucapkannya kepada beberapa ibu yang berdiri di dekat mereka. Ibu-ibu itu tampak senang dan tersenyum kepada Audrey.

Kunjungan pertama dimulai dari laboratorium sekaligus hatchery untuk pemijahan kerang, dan dilanjutkan ke fasilitas lainnya.

.

.

.

Kunjungan ke pulau ternyata memberi banyak pengalaman baru bagi Audrey. Malam hari setelah tiba di rumah, ia terus saja menempal pada Sebastian agar papanya mendengar semua ceritanya. Hingga pada keesokan harinya, ada saja hal yang diceritakan.

"Apa kau tidak lelah berkotek terus?" Rangga menyindir Audrey yang sedang berbicara pada Sebastian setelah makan pagi.

"Aku bukan ayam."

"Ya, tapi dari kemarin malam aku lelah mendengar ocehanmu. Mau sampai kapan kau cuap-cuap?" Rangga memperlihatkan wajah masam.

"Ah sudahlah, aku mau menemui kakek." Audrey mengucapkan itu sambil berdiri.

Audrey menemui kakek yang sedang duduk di gazebo sambil mengamati mutiara yang dibawanya dari pulau saat kunjungan kemarin. Melihat cucunya datang, kakek menghentikan aktifitas dan tersenyum pada Audrey.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya kakek.

"Aku bahagia tinggal disini, aku bahagia bertemu kakek dan nenek." kata Audrey tulus.

"Syukurlah jika kau merasa begitu." Kakek menarik nafas lega. "Kau lihat mutiara ini Audrey?"

Audrey menjawab dengan anggukan.

"Begitu indah bukan? Ini adalah mutiara alami. Seorang pekerja tak sengaja menemukan tiram di dasar saat sedang menyelam untuk melakukan pemeliharaan. Saat dibuka ternyata ada mutiara di dalam tiram itu."

"Siapa yang sangka, mutiara terbentuk dari rasa sakit." Kakek tersenyum miris, Audrey mengernyitkan dahinya.

"Maksudnya bagaimana kek? Siapa yang sakit?"

"Kerang itu sayang, kerang mutiara itu yang kesakitan." Kakek menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

"Mutiara terbentuk dari partikel pasir yang tidak sengaja masuk ke dalam kerang. Dalam beberapa kasus, pasir yang masuk juga melukai bagian dalam kerang. Tentu saja hal ini menimbulkan rasa sakit."

"Mantel tiram menanggapi rasa sakit ini dengan melapisi zat asing itu menggunakan nacre. Melapisi sedikit demi sedikit. Setelah terbentuk lapisan, rasa sakit pun dapat berkurang."

"Jadi, maksud kakek, kerang itu mencoba menyembuhkan rasa sakitnya sendiri menggunakan nacre?" Audrey menanggapi.

"Ya, kurang lebih seperti itu."

Audrey diam, ia masih bingung kemana arah pembicaraan ini.

"Pasir terbesar yang masuk dalam kehidupan kakek dan nenek adalah kepergian mamamu untuk selamanya." Kakek tertunduk, menatap mutiara di telapak tangannya dengan sendu.

.

.

.

Aaron menatap berkas di tangannya, kelihatannya ia sedang membaca, tapi Gustaf tahu kalau pikiran bosnya sedang berada di gadis misterius itu.

"Dimana kamu?" gumam Aaron.

"Saya disini tuan." jawab Gustaf.

"Bukan kamu!!!" Aaron kesal.

"Saya tahu tuan, tapi ini sudah waktunya makan siang." Gustaf mengingatkan.

"Kenapa memangnya? Kamu ada kencan?"

"Bukan begitu tuan, saya mau bertemu dengan Paman dan Bibi saya. Hanya sebentar saja tuan." Gustaf menjelaskan dengan hati-hati.

"Oh, maaf. Baiklah, kita pesankan aku makanan kemudian kau boleh pergi."

"Berkas itu bagaimana tuan?" tanya Gustaf tentang dokumen yang sedang dipegang Aaron.

"Setelah istirahat baru kita bahas."

"Bukankah tuan ada janji makan siang dengan nona Ju..." Gustaf tak melanjutkan kata-katanya karena saat itu Aaron sedang berusaha membunuhnya dengan tatapan matanya. "Maaf tuan, saya hanya meneruskan pesan nyonya."

Hhhhhhh...Aaron mendesah kasar kemudian mengusap wajahnya.

"Biarkan saja dia, terserah kau mau memberi alasan apa. Berimajinasilah, jadilah kreatif, buatlah sebuah karya." perintah Aaron asal-asalan.

Gustaf semakin bingung, apa yang harus disampaikan. Dan ia memilih akan memikirkannya sambil pergi memesan makanan.

Kurasa umurku tidak akan lama, Gustaf menggumam.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Hulatus Sundusiyah

Hulatus Sundusiyah

Audrey kah yg dicari aaron ?

2024-08-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Mimpi Buruk
2 2. Muncul Kembali
3 3. CEO Aneh
4 4. Surat Terkutuk
5 5. Toko Bunga
6 6. Penyesalan
7 7. Pantai
8 8. Speed Boat
9 9. Mutiara
10 10. Pelan-pelan Saja
11 11. Nama Yang Cantik
12 12. Sandiwara
13 13. Diikuti
14 14. Terima Kasih
15 15. Tak Akan Melepaskan
16 16. Meminta Tolong
17 17. Kritis
18 18. Sembunyi
19 19. Maaf
20 20. Merah
21 21. Cemas
22 22. Ide
23 23. Sunset Jadi Saksi
24 24. Tunggu Kondusif
25 25. Gadis Kuat
26 26. Kandang Kelinci
27 27. Jangan Keluar Dari Frame
28 28. Kucing Persia
29 29. Lolos Dari Radar
30 30. Flambe
31 31. Dokter Cinta
32 32. Tiara?
33 33. Mengalihkan Fokus
34 PENGUMUMAN
35 34. Jalan-jalan
36 35. Rindu
37 36. Lebih Dulu
38 37. Quality Time
39 38. Berantakan
40 39. Hujan
41 40. Aku Mau
42 41. Jantungku
43 42. Kolam Renang
44 43. Jangan Menolak
45 44. Ulat Bulu
46 45. Kau Marah?
47 46. Beraksi
48 47. Glock Dengan Ukiran
49 48. Maaf
50 49. Jus Alpukat
51 50. Makan Malam
52 51. Tertidur
53 52. Gazebo
54 53. Mogok Kerja
55 54. Lebih Mengenal
56 55. Dijodohkan
57 56. Evakuasi Base
58 57. Angkuh
59 58. Om Tante?
60 59. Tangisan Sang Angsa Putih
61 60. Ada Kemajuan
62 61. Informasi Menyesatkan
63 62. Keputusan
64 63. Pertolongan
65 64. Teman Tapi Menikah
66 65. Kebahagiaan
67 Karya Lain
68 Promo Novel NOUSHAFARIN
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1. Mimpi Buruk
2
2. Muncul Kembali
3
3. CEO Aneh
4
4. Surat Terkutuk
5
5. Toko Bunga
6
6. Penyesalan
7
7. Pantai
8
8. Speed Boat
9
9. Mutiara
10
10. Pelan-pelan Saja
11
11. Nama Yang Cantik
12
12. Sandiwara
13
13. Diikuti
14
14. Terima Kasih
15
15. Tak Akan Melepaskan
16
16. Meminta Tolong
17
17. Kritis
18
18. Sembunyi
19
19. Maaf
20
20. Merah
21
21. Cemas
22
22. Ide
23
23. Sunset Jadi Saksi
24
24. Tunggu Kondusif
25
25. Gadis Kuat
26
26. Kandang Kelinci
27
27. Jangan Keluar Dari Frame
28
28. Kucing Persia
29
29. Lolos Dari Radar
30
30. Flambe
31
31. Dokter Cinta
32
32. Tiara?
33
33. Mengalihkan Fokus
34
PENGUMUMAN
35
34. Jalan-jalan
36
35. Rindu
37
36. Lebih Dulu
38
37. Quality Time
39
38. Berantakan
40
39. Hujan
41
40. Aku Mau
42
41. Jantungku
43
42. Kolam Renang
44
43. Jangan Menolak
45
44. Ulat Bulu
46
45. Kau Marah?
47
46. Beraksi
48
47. Glock Dengan Ukiran
49
48. Maaf
50
49. Jus Alpukat
51
50. Makan Malam
52
51. Tertidur
53
52. Gazebo
54
53. Mogok Kerja
55
54. Lebih Mengenal
56
55. Dijodohkan
57
56. Evakuasi Base
58
57. Angkuh
59
58. Om Tante?
60
59. Tangisan Sang Angsa Putih
61
60. Ada Kemajuan
62
61. Informasi Menyesatkan
63
62. Keputusan
64
63. Pertolongan
65
64. Teman Tapi Menikah
66
65. Kebahagiaan
67
Karya Lain
68
Promo Novel NOUSHAFARIN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!