5. Toko Bunga

Siang ini Audrey, Nabila dan Yura berkumpul di markas mereka membahas rencana untuk mencari lebih banyak informasi target mereka yang sudah muncul.

"Kenapa sih drey? Kayak nggak semangat gitu?" tegur Nabila.

"Papa sudah tahu." jawab Audrey tak jelas.

"Tahu apaan sih non?" Yura ikut menimpali.

"Papa sudah tahu aku tak melepaskan wanita itu." mata Audrey menerawang.

Flashback on

"Audrey, kemarilah papa mau bicara." panggil papa Sebastian saat melihat Audrey sedang memberi makan ikan Koi di kolam.

Audrey meletakkan pakan ikan di rak dekat kolam dan mencuci tangannya di wastafel samping rak. Kemudian ia melangkah menuju kursi taman dan duduk samping papanya.

"Ada apa pa? Tidak ke kantor?" tanya Audrey.

"Papa akan berangkat sedikit lebih lambat hari ini. Kamu masih saja mengejar wanita itu ya?" tanya Sebastian tanpa basa basi.

"Wanita yang mana sih pa?" Audrey pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan papanya.

"Jangan pura-pura drey. Kamu sudah mendapatkan kabar terbaru Rebecca, iya kan?" jelas papanya dengan raut wajah tak senang.

Audrey terkesiap, papanya bisa tahu. Padahal ia merasa sudah berhati-hati.

"Maaf pa, Audrey tidak bisa melepasnya." jawab Audrey pelan sambil menunduk.

Sebastian menghela nafas berat, mengepalkan tangan untuk mengendalikan perasaannya.

"Audrey, kamu bukan tidak bisa, tapi kamu tidak mau." Sebastian mendongak menatap langit biru, pagi yang cerah untuk hati yang terluka.

Hening...

"Papa mohon, hentikan penyelidikanmu sayang." lanjutnya sambil menatap Audrey sendu.

"Papa, mudah bagi papa mengucapkannya karena papa tidak melihat...tidak melihat....." nada suara Audrey meninggi namun disaat yang sama ia tercekat, tak mampu melanjutkan.

"Iya, papa tidak melihat mama ditikam wanita itu." kali ini Sebastian menunduk, mencari kekuatan pada rumput dibawahnya. Air mata mulai mengalir dari sudut mata Audrey.

"Hari itu papa kehilangan dua orang perempuan yang sangat berharga bagi papa."

Audrey menatap papanya dengan tatapan bingung.

"Papa kehilangan cinta papa, belahan jiwa papa yaitu mamamu. Dan papa juga kehilanganmu. Tidak ada lagi Audrey yang ceria, yang murah senyum, yang menatap papa dengan penuh cinta." mata Sebastian mulai berkaca-kaca mengingat perjuangannya memulihkan kondisi psikis Audrey.

Mendengar itu air mata Audrey mengalir semakin deras.

Flashback off

Nabila dan Yura saling menatap, bingung mau berkata apa.

"Aku tahu, sebenarnya kalian tak sepenuh hati membantuku kan." kata Audrey memecah keheningan. "Isabela sudah mengatakannya."

"Audrey, kami menyayangimu." ucap Nabila. "Dia membunuh mamamu, dan sekarang kau akan membalas perbuatannya entah dengan cara apa. Bukankah pada akhirnya kau sama dengan dia? Menyakiti orang dengan hati penuh dendam. Jadi, apa bedanya kau dan Rebecca?" Nabila tak lagi bersikap lembut.

Audrey terkejut mendengar pertanyaan Nabila, selama ini tak pernah terlintas pemikiran itu di benaknya.

"Kami tetap membantumu karena kami berharap kau tak akan melangkah lebih jauh, kami berharap waktu bisa menyembuhkan lukamu." sambil berkata seperti itu Yura meraih tangan Audrey dan menggenggamnya. "Keluarlah dari ruangan gelap itu drey, keluargamu dan kami menunggumu."

Audrey memeluk Yura dengan hangat, Nabila yang melihat itu menghampiri mereka dan memeluk kedua sahabatnya.

Drtt...drtt...drtt...

Ponsel Nabila bergetar.

"Ya kak." katanya setelah menggeser tombol hijau.

"Ya, aku bersama Yura dan Audrey."

"Sekarang? Baiklah." Nabila memutus sambungan. "Kak Mita meminta kita membantu menjaga toko bunganya, ia akan pergi melihat proses dekorasi sebuah pesta."

"Baiklah, hari ini mari kita menjadi gadis penjual bunga." kata Yura riang.

"Aku yang nyetir." Audrey menyambar kunci mobil.

.

.

.

Di dalam sebuah mobil, tampak Aaron sedang melamun sambil menatap keluar melalui jendela di sisi kirinya. Gustaf hanya sesekali melirik melalui spion. Ada yang ingin ia sampaikan, tapi takut mengganggu tuannya.

"Katakanlah Gustaf." kata Aaron tiba-tiba.

"Maaf tuan." ternyata Aaron mengetahui kegelisahannya. "Saya ingin meminta ijin tuan. Saya ingin menjenguk bibi saya yang di rawat di rumah sakit."

"Baiklah, tapi aku akan ikut. Apakah boleh?"

"Tentu tuan, tentu." Gustaf semangat. "Sebelumnya saya ingin membeli bunga dulu tuan."

"Ya, silahkan. Setelah itu kita langsung saja ke rumah sakit. Bibimu lebih penting." kata Aaron datar.

Gustaf merasakan ada rasa hangat menjalar didadanya, hingga tanpa sadar ia tersenyum.

Tak lama kemudian Gustaf menepi untuk berhenti di depan sebuah toko bunga dan segera keluar. Saat masuk ke bagian dalam toko ia kaget karena Aaron ikut menyusul.

Gustaf melangkah menuju dua orang gadis yang sedang merangkai bunga.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang gadis.

"Ya, aku memerlukan seikat bunga matahari dan kartu ucapan lekas sembuh." pinta Gustaf.

"Baiklah, tunggu sebentar ya. Saya akan membuatnya." gadis itu melangkah ke belakang untuk mengambil bunga matahari sedangkan temannya tetap fokus pada kegiatannya merangkai.

Aaron menatap gadis cantik yang sibuk merangkai itu, matanya tak bosan memandangi keindahan yang Tuhan ciptakan. Tanpa sadar ia berjalan mendekat dan berhenti tepat di samping gustaf. Cantik, gumamnya dalam hati.

Sementara itu si gadis tak sadar jika ia sedang diperhatikan. Ia tetap melakukan pekerjaannya, merangkai bunga Anyelir Putih dan Pink serta Lily Putih membentuk buket yang indah.

Gustaf yang sadar saat Aaron mendekat langsung menatap Aaron, kemudian menatap gadis itu. Ia kembali menatap tuannya dan seulas senyum tipis mengembang. Ada yang sedang terpesona, ucapnya dalam hati.

"Seikat bunga matahari sudah siap, silahkan bayar di depan." ternyata gadis yang mengerjakan pesanan Gustaf sudah kembali.

Mendengar rekannya berbicara, gadis yang tengah merangkai bunga itu mendongak dan terkejut karena melihat ada seorang pria tengah memandanginya.

Aaron menelan salivanya dengan kasar, ia gugup karena ketahuan sedang mengamati gadis dihadapannya.

"Ehmmm...bunganya cantik, sangat sesuai dengan wajahmu." kata Aaron sambil memegang telinganya.

Dapat ia lihat mata gadis itu membola sempurna, tampaknya dia terkejut sampai saling bertukar pandang dengan rekannya.

Seorang wanita berpakaian formal serba putih datang mendekat.

"Apakah bunga yang saya pesan sudah siap?"

"Tinggal menambah kartunya nyonya." jawab si gadis, kemudian meletakkan kartu berukuran sedang bertuliskan

"Turut berduka cita"

"Silahkan bayar di depan nyonya." lanjut gadis itu.

Aaron terperanjat dan salah tingkah, Gustaf segera menutup mulutnya kemudian pergi menuju kasir. Aaron yang melihatnya pergi langsung menyusul, ia tak dapat menyembunyikan rasa malu.

"Apakah wajahku mirip peti jenazah?" gadis tadi bertanya pada temannya dengan suara pelan.

Terdengar suara cekikikan rekannya. Aaron yang masih dapat mendengar itu langsung menggeleng-geleng kasar dan bergegas keluar menuju mobil.

Setibanya di samping mobil ia langsung menendang ban mobil dengan kaki kanannya. Namun,

"Aww..aww..aww..duh sakitnya." ia meringis kesakitan.

Gustaf melihat dari dalam toko, ia tersenyum lebar melihat ulah atasannya. Selesai melakukan transaksi ia bergegas keluar, membuka pintu depan dan meletakkan bunga di tempat duduk samping supir.

Setelah masuk dan mengenakan sabuk pengaman, ia melihat Aaron melalui spion.

"Apakah kau sudah puas tertawa Gustaf?" Aaron menatapnya tajam.

"Maaf tuan, tapi tuan tak seperti biasanya saat menghadapi seorang gadis cantik." kata Gustaf jujur. Ia bergerak tak nyaman, merasakan seperti ada sesuatu yang dingin menusuk punggungnya.

Aaron membuang muka, melihat pemandangan di sampingnya karena mobil mulai bergerak. Ia mengakui ucapan Gustaf, biasanya ia akan tenang saat berbicara untuk mulai mendekati seorang gadis dan merayunya. Tapi tadi, ia merasa begitu gugup, bahkan saat pertama kali melihat gadis itu jantungnya berdegub lebih cepat dari biasanya.

Hhhhhh......

Aaron mendesah kasar, matanya menerawang, mengingat kembali wajah gadis itu.

.

.

.

Di sebuah gedung perkantoran, tampak Sebastian sedang berdiri memandangi jalan dari jendela ruangannya yang terletak di lantai 23.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk." ucapnya tanpa menoleh.

"Papa memanggilku?" tanya Rangga sambil masuk dan duduk di sofa depan meja papanya.

"Ya. Papa sudah menghubungi Kakek Satya, kita akan pergi dua hari lagi. Audrey harus dihentikan sebelum dia melangkah semakin jauh." kata Sebastian sedih.

"Baiklah, Rangga akan mengosongkan jadwal untuk dua minggu ke depan. Untuk berjaga-jaga, kita tidak tahu apa yang akan terjadi."

"Terima kasih nak." Sebastian tersenyum tulus.

"Aku tidak akan membiarkan adikku mengambil jalan yang salah pa." kata Rangga mantap sambil berdiri.

Sebastian tersenyum gembira, ia mendekati Rangga dan memeluk putranya dengan erat.

Mutiaraku, lihatlah putramu sekarang. Dia luar biasa bukan? gumam Sebastian dalam hati.

.

.

.

Episodes
1 1. Mimpi Buruk
2 2. Muncul Kembali
3 3. CEO Aneh
4 4. Surat Terkutuk
5 5. Toko Bunga
6 6. Penyesalan
7 7. Pantai
8 8. Speed Boat
9 9. Mutiara
10 10. Pelan-pelan Saja
11 11. Nama Yang Cantik
12 12. Sandiwara
13 13. Diikuti
14 14. Terima Kasih
15 15. Tak Akan Melepaskan
16 16. Meminta Tolong
17 17. Kritis
18 18. Sembunyi
19 19. Maaf
20 20. Merah
21 21. Cemas
22 22. Ide
23 23. Sunset Jadi Saksi
24 24. Tunggu Kondusif
25 25. Gadis Kuat
26 26. Kandang Kelinci
27 27. Jangan Keluar Dari Frame
28 28. Kucing Persia
29 29. Lolos Dari Radar
30 30. Flambe
31 31. Dokter Cinta
32 32. Tiara?
33 33. Mengalihkan Fokus
34 PENGUMUMAN
35 34. Jalan-jalan
36 35. Rindu
37 36. Lebih Dulu
38 37. Quality Time
39 38. Berantakan
40 39. Hujan
41 40. Aku Mau
42 41. Jantungku
43 42. Kolam Renang
44 43. Jangan Menolak
45 44. Ulat Bulu
46 45. Kau Marah?
47 46. Beraksi
48 47. Glock Dengan Ukiran
49 48. Maaf
50 49. Jus Alpukat
51 50. Makan Malam
52 51. Tertidur
53 52. Gazebo
54 53. Mogok Kerja
55 54. Lebih Mengenal
56 55. Dijodohkan
57 56. Evakuasi Base
58 57. Angkuh
59 58. Om Tante?
60 59. Tangisan Sang Angsa Putih
61 60. Ada Kemajuan
62 61. Informasi Menyesatkan
63 62. Keputusan
64 63. Pertolongan
65 64. Teman Tapi Menikah
66 65. Kebahagiaan
67 Karya Lain
68 Promo Novel NOUSHAFARIN
Episodes

Updated 68 Episodes

1
1. Mimpi Buruk
2
2. Muncul Kembali
3
3. CEO Aneh
4
4. Surat Terkutuk
5
5. Toko Bunga
6
6. Penyesalan
7
7. Pantai
8
8. Speed Boat
9
9. Mutiara
10
10. Pelan-pelan Saja
11
11. Nama Yang Cantik
12
12. Sandiwara
13
13. Diikuti
14
14. Terima Kasih
15
15. Tak Akan Melepaskan
16
16. Meminta Tolong
17
17. Kritis
18
18. Sembunyi
19
19. Maaf
20
20. Merah
21
21. Cemas
22
22. Ide
23
23. Sunset Jadi Saksi
24
24. Tunggu Kondusif
25
25. Gadis Kuat
26
26. Kandang Kelinci
27
27. Jangan Keluar Dari Frame
28
28. Kucing Persia
29
29. Lolos Dari Radar
30
30. Flambe
31
31. Dokter Cinta
32
32. Tiara?
33
33. Mengalihkan Fokus
34
PENGUMUMAN
35
34. Jalan-jalan
36
35. Rindu
37
36. Lebih Dulu
38
37. Quality Time
39
38. Berantakan
40
39. Hujan
41
40. Aku Mau
42
41. Jantungku
43
42. Kolam Renang
44
43. Jangan Menolak
45
44. Ulat Bulu
46
45. Kau Marah?
47
46. Beraksi
48
47. Glock Dengan Ukiran
49
48. Maaf
50
49. Jus Alpukat
51
50. Makan Malam
52
51. Tertidur
53
52. Gazebo
54
53. Mogok Kerja
55
54. Lebih Mengenal
56
55. Dijodohkan
57
56. Evakuasi Base
58
57. Angkuh
59
58. Om Tante?
60
59. Tangisan Sang Angsa Putih
61
60. Ada Kemajuan
62
61. Informasi Menyesatkan
63
62. Keputusan
64
63. Pertolongan
65
64. Teman Tapi Menikah
66
65. Kebahagiaan
67
Karya Lain
68
Promo Novel NOUSHAFARIN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!