Hujan deras mengguyur kota S sejak siang hingga sore hari, hawa dingin menusuk tulang membuat banyak orang enggan untuk beraktifitas. Audrey membersihkan diri setelah "berolahraga" bersama calon pengawal yang akan bergabung pada tim pengamanan milik kakaknya. Entah berapa orang yang mengalami cedera saat latihan bersamanya menggunakan peluru hampa tadi.
Audrey tidak langsung pulang, ia masih duduk termenung di dalam ruang pribadinya sambil memainkan gawai ditangannya. Setelah selesai berunding dengan pikirannya, ia menggeser jarinya pada layar gawai untuk menelpon sahabatnya.
"Hai, dimana Ra?"
"Hai sweety, lagi di tempat biasa nih. Semua udah datang, tinggal nunggu kamu aja." sahut suara gadis diseberang sana.
"Ok, aku datang." Audrey memutus sambungan dan langsung keluar menuju mobilnya. Ia memacu Jeep Wrangler Rubicon 4-Door menembus hujan yang mulai reda menuju markas.
Markas yang disebut sebenarnya adalah apartemen mewah milik Yura, salah satu sahabatnya. Disana terdapat ruangan khusus yang berisi 6 komputer dan bermacam-macam gawai canggih milik Yura. Serta sebuah ruangan yang dipenuhi barang-barang branded berbagai macam merk, yang diletakkan untuk menutupi fungsi asli ruangan tersebut yaitu gudang senjata dan peluru.
Gila, mungkin saja, tapi begitulah keadaannya. Audrey dan 3 sahabatnya adalah putri dari Crazy Rich negara ini yang tidak beruntung karena mengalami penculikan disaat usia mereka masih anak-anak. Mereka bertemu saat menjalani terapi, dari situlah mereka intens menjalin komunikasi dan menjadi sahabat.
Cantik, wajah imut seperti boneka, tubuh ramping nan indah serta kaya raya, benar-benar selubung sempurna untuk menyembunyikan kebrutalan mereka bila sudah memegang senjata. Mereka tidak menggunakan keahlian itu untuk melukai orang, mereka hanya tidak ingin kejadian mengerikan itu terulang atau menimpa anggota keluarga masing-masing.
Ting..Tong..Ting..Tong
Suara bel di pintu menghentikan aktifitas 3 gadis cantik di dapur. "Pasti Audrey, biar aku aja yang buka." Nabila meletakkan pisaunya dan berlari kecil membuka pintu. "Hai sweety, tumben lama."
"Sorry, aku tadi singgah beli ini."sahutnya sambil menunjukkan sebotol red wine Cape Discovery Cabernet Merlot dan terus melangkah menuju dapur bergabung dengan Yura dan Isabela.
"Sempurna!" pekik Nabila girang.
Selesai makan dan membersihkan semua peralatan, mereka menuju balkon dan duduk di bean bag favorit mereka masing-masing.
"Ehmmm......." Yura berdehem untuk memulai pembicaraan serius." Audrey, aku udah berhasil dapat info tentang mmmmm.....iblis betina." ada keraguan pada kata terakhir yang diucapkan Yura, ia sadar betul ini adalah titik sensitif hidup Audrey.
"Kamu serius? Dia itu susah banget dicari." Isabela menanggapi.
Luna mengangguk. "Kalian tahu Bank Capital kan?" ketiga sahabatnya mengangguk. "Dulu kan Audrey sempat cerita, masih ingat pernah ketemu si IB waktu ke bank itu sama almarhum mama. Jadi aku selidiki semua pegawai bank itu, aku mau menelusuri siapa yang kenal dekat dengan si IB. Dan hasilnya nihil, mereka kenal hanya sebagai nasabah itupun rekeningnya sudah diblokir." Yura menarik nafas sejenak.
"Akhirnya salah satu pegawai ada yang keceplosan, dia bilang Bank Capital menyediakan kotak penyimpanan aman yang aksesnya dilengkapi pemindai retina dan pengenal suara. Jadi aku tungguin saja sampai dia muncul untuk buka kotak penyimpanannya. Dan 2 hari yang lalu dia datang." Yura menjelaskan panjang lebar.
"Kamu yakin pegawai itu keceplosan?" tanya Nabila.
"Ehhh itu...mmmm, hehehehe." Yura hanya bisa nyengir kuda
"Berapa? Biar aku ganti." Audrey mengerti.
"Nggak usah drey." Yura menggoyangkan kesepuluh jarinya di depan dada
"Yakin?"
"Hehehe, carikan aku software terbaru aja buat jalanin pemindaian wajah."
"Beres, kak Rangga masih ikut pameran tekno di LN, nanti aku minta dia cari."
"Thank you drey," Yura berbinar-binar
"Harusnya aku yang bilang terima kasih." Audrey tersenyum tulus
"Tapi bagaimana kamu tahu si IB datang?" tanya Nabila penasaran.
"Pegawai itu lapor ke aku." jawab Yura santai. "Ternyata yang buat kita sulit menemukannya adalah ini, dia sudah mengubah penampilannya. Aku memakai aplikasi untuk memperkirakan jika dia melakukan operasi merubah wajahnya. Teknologi dulu dengan sekarang jauh berbeda, wajar saja kalau nggak ketemu-ketemu." Yura menyerahkan foto terbaru buruan mereka.
"Mata dan senyumannya masih sama, aku tidak akan pernah lupa." Audrey mendesis geram.
"Apa benar kau masih sangat mengingatnya?" Nabila penasaran.
"Ya, entah kenapa aku masih sangat ingat."
"Mungkin karena kau sangat benci kepadanya." sahut Yura.
Audrey hanya mengangkat bahunya, menyatakan ia sendiri tak mengerti.
"Aku bahkan hanya mengingat samar senyum mama." mata Audrey menerawang.
"Jangan sampai benci membuatmu lupa akan cinta mamamu dan kenangan manis bersamanya." Nabila mengingatkan.
"Apakah begitu?" Audrey tak yakin.
"Ya, kau tak akan sanggup membayangkan bagaimana kebencian bisa merubah seseorang." Nabila berkata dengan tegas.
"Kurasa aku sudah menyaksikannya sendiri. IB adalah contohnya." Audrey menunduk, hatinya terasa nyeri.
"IB itu apa sih?" tanya Isabela tiba-tiba
"Yahhhhhhh!!!" Audrey, Yura dan Nabila kompak berseru sambil memukul dahi.
.
.
.
Audrey tiba di rumah pukul 09.30 malam dan langsung menuju kamar. Berendam air hangat membuat semua kepenatan hilang bagai uap. Selesai membersihkan diri dan mengenakan piyama, ia menyalakan lilin aroma terapi saat akan berbaring di tempat tidurnya. Matanya terpejam, tapi pikirannya melayang. Mengingat percakapannya bersama Isabela saat mengantar gadis itu pulang.
Flashback on
"Drey, kau tahu kami menyayangimu bukan?" Isabela membuka percakapan.
"Hmmm, tentu saja." Audrey menjawab tanpa menoleh, ia fokus menatap jalan di depannya.
"Mmmm, apakah selamanya kau akan hidup dengan dendam? Kami tidak ingin kau hancur drey. Kami sadar, yang kau alami adalah yang paling berat diantara kita berempat. Itulah sebabnya kami selalu membantu dan mendukungmu. Tapi tolong pikirkan lagi. Setelah dendammu terbalas, apa yang akan kau lakukan." ujar Isabela dengan hati-hati.
"Saat dendammu usai, apa yang tersisa di dalam hatimu?" Isabela menambahkan.
Flashback off
Audrey menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Sejujurnya, ia pun tidak tahu akan seperti apa kedepannya. Ia mengangkat tangan kirinya ke udara dan memandang cincin berlian di jari telunjuknya. Berlian-berlian kecil itu dipasang dicincin dengan metode channel setting. Ia melepas cincinnya dan melihat tulisan yang terukir di bagian dalam.
Kau mutiaraku
Ya, itu adalah cincin peninggalan mamanya. Cincin itu diberikan papa sebagai hadiah ulang tahun mama tepat sehari sebelum ia dan mamanya diculik. Saat jenazah mamanya akan dikebumikan, papa mengambil cincin itu dan memberikannya pada Audrey. Saat kecil Audrey mengenakan cincin itu sebagai liontin, barulah 2 tahun ini ia mengenakannya pada telunjuk kirinya.
Mama, apakah jalan ini salah? gumamnya dalam hati.
Ia memeluk gulingnya, mencoba memejamkan mata. Pikirannya melayang-layang, mencoba menggali ingatan masa kecilnya. Senyuman mama, senyuman yang sepertinya semakin pudar. Audrey membuka matanya dengan cepat, apa benar yang dikatakan Nabila? Benci menutupi cinta, bahkan kenangan indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments