"Kamu mau diantar kemana?" tanya Aaron pada Audrey setelah mobilnya meninggalkan pusat perbelanjaan.
"Audrey turun di toko bunga saja kak." jawabnya sambil merapikan rambut.
"Tempat kita pertama kali bertemu?"
"Iya kak." tiba-tiba Audrey ingin tertawa, ia lantas menghadap jendela di sisi kirinya agar tak terlihat Aaron.
Namun Aaron menyadari hal itu, ia pun merasa kikuk.
"Maaf, kakak tak menyangka itu karangan bunga duka cita." Audrey menoleh menatap Aaron.
"Tapi bunga itu memang indah dan kamu terlihat cantik di antara bunga-bunga itu." dengan santainya Aaron memuji secara terang-terangan.
Padahal kalau boleh jujur saat ini dadanya bergemuruh hebat, ia mencengkram kemudi sekuat tenaga.
Astaga, ini lebih menegangkan dari pada berusaha memenangkan hati investor, gumamnya.
Audrey diam saja, ia menatap spion. Dahinya mengernyit, apa perasaanku saja?
Toko bunga masih jauh, Audrey mengeluarkan ponselnya dan mengetik di grup chat.
Audrey:
Otw Florist. Aku diikuti
Nabil**a**:
Ok, kebetulan kami semua baru tiba
Aaron yang melihat hanya diam. Perubahan sikap Audrey membuatnya tak senang.
Sepertinya Aaron tidak terlalu memperhatikan kendaraan di belakang karena ia sibuk melirik Audrey.
Ia sadar, Audrey tampak akrab dengannya tadi karena sedang bersandiwara, namun hatinya ingin Audrey bersikap seperti itu terus kepadanya.
Sedangkan Audrey merasa harus bisa mengendalikan diri karena tak ingin di cap gampangan.
Hhhhhh...
Mereka berdua mendengkus bersamaan. Karena terkejut akhirnya mereka saling menatap sekilas kemudian tersenyum canggung.
"Terima kasih banyak untuk bantuannya kak." ucap Audrey sebelum turun dari mobil.
Kenapa toko bunga ini dekat sekali, keluh Aaron dalam hati.
"Iya, sama-sama. Mungkin sebaiknya kamu benar-benar memiliki kekasih." saran Aaron sambil menatap intens, alis Audrey terangkat.
"Emmm, maksudku agar kau tidak digoda terus. Atau sekalian saja kau menikah?" kali ini Audrey mengerutkan keningnya.
Aaron gelagapan, semakin ingin memperbaiki kalimat, semakin terdengar aneh.
"Mmm, sebaiknya aku turun saja." ucap Audrey pada akhirnya.
"Ya, sepertinya begitu lebih baik." kata Aaron lirih.
Sial!!!
Aaron memukulkan kepalan tangannya pada kemudi, tak sangka ia memukul klakson mobil.
Tteeetttttt.....
Audrey yang menutup pintu melompat ke belakang, ia memegangi dada saking terkejutnya. Sementara di dalam mobil Aaron sedikit melompat dari duduknya karena kaget.
Tak ingin membuat lebih banyak keanehan lagi, ia segera meninggalkan tempat itu.
Audrey segera masuk ke dalam toko setelah Aaron pergi.
"Ada apa?" tanya Isabela setelah melihat Audrey masuk dan mendekati mereka.
"Toni, si kaos putih itu. Di terus saja mengejarku, dan sepertinya dia mengikuti kami. Aku jadi menyesal telah menolongnya." Audrey menggerutu.
"Siapa sangka dia begitu bersemangat. Tapi dilihat dari caranya menatap saat di kafe, lebih ke hasrat biologis deh." Nabila berpendapat.
"Ya, dasar mesum." Audrey cemberut.
"Lalu, bagaimana kau bisa selamat darinya?" Isabela penasaran.
"Ingat pemuda yang bilang bunga belasungkawa cocok denganku?" rekan-rekannya mengangguk. "Aku meminta tolong padanya berpura-pura jadi kekasihku." lanjut Audrey.
"Ehmm, kalau bukan pura-pura aku yakin dia juga tidak akan menolak." Yura tersenyum menggoda Audrey.
"Ciee...cieee...." goda mereka bertiga bersamaan.
Silfi, si kasir ikut tersenyum melihat tingkah mereka.
Triinggg...bel lonceng kecil di atas pintu toko berbunyi.
Seorang pria masuk, membuat Isabela membelalakkan matanya.
"Kau menipuku ya Audrey." Toni menatap tajam pada mangsanya.
"Apa maksudmu?" Audrey balik bertanya.
"Pria itu bukan kekasihmu."
"Atas dasar apa kau mengatakannya?" Audrey mulai emosi.
Tangannya di letakkan di belakang pinggang mengibaskannya. Nabila, Yura dan Isabela berpencar mengambil tempat di belakang bunga-bunga.
"Hanya firasatku." kata Toni sambil tersenyum manis.
"Jika dia bukan kekasihku, berdasarkan firasatmu, apakah aku tertarik menjalin komunikasi denganmu?"
"Aku tak pernah ditolak dan aku benci penolakan. Aku selalu mendapatkan barang yang kumau." mata Toni menggelap.
Ia merasa terhina, dari awal Audrey tidak tertarik padanya. Tak pernah ia merasa tak diinginkan oleh lawan jenis.
Dengan wajah tampan dan tubuh atletis, ia percaya diri dapat meluluhkan lawan jenis.
"Aku bukan barang." kata Audrey datar. "Aku akan dengan senang hati berkenalan atau bertukar nomor handphone dengan orang yang aku rasa nyaman. Maaf, tatapan matamu membuatku tak nyaman." Audrey berbicara jujur.
"Ya, mataku memang tak dapat berdusta. Aku menginginkanmu."
"Maaf, aku tak menginginkanmu."
"Beri aku kesempatan. Kita bisa membangun komunikasi sebagai langkah pertama." Toni tak ingin menyerah.
"Aku tak ingin memberikan harapan palsu. Percuma membangun komunikasi kalau memang tak tertarik dari awal. Lain cerita kalau kau memang ingin berkenalan untuk menambah teman." Audrey berusaha tetap tenang. "Jangan buang-buang waktu." imbuhnya.
"Seperti yang kukatakan di awal, aku tak suka ditolak." tangan Toni mengepal. "Baiklah, aku akan memberi waktu lagi padamu. Aku tak akan berhenti mendekatimu."
"Hentikan melakukan hal yang sia-sia. Jangan memaksakan kehendak." kata-kata Audrey membuat Toni yang berbalik untuk pergi sontak menghentikan langkahnya.
"Aku punya banyak cara, apalagi untuk gadis biasa sepertimu." Toni menyombongkan latar belakangnya.
Hahahahahahhaha.....
Sontak para gadis di dalam toko tertawa terbahak-bahak secara bersamaan. Toni mengernyitkan dahi, ia mulai emosi.
"Jadi kau bukan gadis biasa, hmm?" Toni tersenyum jahat. "Baiklah kalau begitu." ia keluar dengan membanting pintu dengan cukup kencang.
"Huhhh, aku kira hari ini aku akan menarik pelatuk." Yura bernafas lega.
"Pria itu tak dapat berfikir dengan baik. Isi otaknya hanya hasrat yang harus dituntaskan." Nabila menggelengkan kepala.
"Ya, tapi kita harus hati-hati. Kita tidak tahu seberapa kemampuannya dan latar belakangnya." Isabela menimpali.
"Kau tak ingin mencari tahu Ra?" Erika menoleh pada Yura yang sedang membereskan peralatan yang disembunyikannya tadi.
"Tidak, kan Audrey juga tidak tertarik untuk berkenalan."
"Sepertinya kamu harus cari tahu Ra, dia pergi dengan emosi karena kita tertawa." Nabila mengingatkan.
"Itu kan salahnya dia sendiri. Mentang-mentang kita tidak mengenakan barang-barang branded, seenaknya dia menilai latar belakang kita." Isabela mengerucutkan bibirnya.
"Kalau tadi kak Aaron ikut masuk, mungkin tidak akan seperti ini." Audrey mendesah.
"Yaa, dan kau bisa mengenalkannya pada kami." Yura bersemangat.
"Heii, apakah kalian melihatnya?" tanya Nabila misterius.
"Melihat apa?" Isabela balas bertanya.
"Banyak kupu-kupu bertebaran mengelilingi Audrey." gelak tawa mereka pecah, Audrey menunduk tersipu malu.
"Cieeee, yang mukanya udah kayak Gurita rebus." Isabela berseloroh.
"Kok gurita sih?" Yura protes.
"Kepiting rebus sudah pasaran, sekali-sekali pakai gurita." jawab Isabela asal.
Huuuuu.......
Seketika itu juga tubuh Isabela miring ke kiri dan kanan terkena towelan rekan-rekannya.
"Aduhhh, cukup cukup! Kapal oleng kapten." Isabela memegang kepalanya. "Eh, pesan pizza yuk. Aku yang traktir." akhirnya ia mendapat ide keluar dari cengkraman rekan-rekannya.
"Ide bagus." Audrey berbinar.
Setelah makan mereka membantu Silfi menutup toko, mereka pulang menggunakan mobil milik Isabela.
Karena sedikit gerimis, jalanan jadi lengang. Udara dingin membuat banyak orang memilih berdiam diri di dalam rumah.
Tiba-tiba sebuah mobil mendahului dan berhenti untuk menghalangi laju mobil Isabela, otomatis Isabela menginjak rem mencegah tabrakan.
Tampak 5 orang pemuda turun dari mobil dan menghampiri mobil mereka, dari gelagatnya terlihat akan ada hal buruk yang terjadi.
Gadis-gadis itu mempersiapkan senjata masing-masing dan menyelipkannya di dalam baju bagian belakang.
"Malam yang panjang, setelah ini kau harus mentraktir kami Audrey." desah Nabila.
"Kok aku?" Audrey protes.
"Lihatlah pria yang terakhir turun. Bukankah dia Toni?" tunjuk Nabila. Audrey mengikuti arah jari sahabatnya kemudian tersenyum tipis.
"Sudah lama aku tak olahraga." Audrey mengerling dan disambut dengan kekehan sahabat-sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Hulatus Sundusiyah
sebel ih sama toni..
2024-08-25
0