Bab 7
🌼Perasaan yang Mulai Tumbuh
Kai membawaku ketaman ditengah kota. Setelah memarkirkan mobil, kami menuju kursi panjang di tepi taman. Tempat yang cukup rindang, karena tepat disampingnya tumbuh pohon yang lumayan besar.
"Kamu tunggu disini dulu sebentar." Ucap Kai kemudian pergi entah kemana.
Aku duduk dikursi sembari menunggu. Tidak lama kemudian, Kai datang membawa dua macam es krim. Satu rasa cokelat, satunya rasa vanila.
"Kamu mau yang cokelat atau yang vanila?" tanyanya setelah berada disampingku masih dengan posisi berdiri.
"Cokelat."Jawabku singkat.
Kai langsung menyodorkan es krim rasa cokelat tersebut padaku, lalu ikut duduk disampingku.
Senyap. Tidak ada percakapan antara kami. Kami berdua hanyut dalam pikiran masing-masing hingga es krim ditangan habis.
"Kai?" Akhirnya aku yang terlebih dahulu memulai obrolan.
"Iya." Hanya itu jawabnya.
"Kamu ... jarang pulang kerumah kata Bu Meta, memangnya kamu kemana?" tanyaku sembari menoleh kearahnya.
"Kenapa? Sekarang kamu mulai perhatian sama aku." Sahutnya santai sembari menatap lurus kearah depan.
"Ge-er." Ucapku kesal lalu menyilangkan kedua tangan didada dan ikut menatap lurus kearah depan mata.
"Cie ada yang ngambek," ledeknya sambil tersenyum kearahku. "Padahal kalau pun memang benar perhatian juga gapapa." Sambungnya lagi.
Sementara aku tidak menjawab apapun. Tiba-tiba jadi salah tingkah.
Akhirnya aku mengajak Kai untuk pulang dan Kai pun langsung mengiyakan.
🌼🌼🌼🌼
Sore ini Arum datang kerumahku. Aku membawa dua gelas sirup, beberapa cemilan dan buah-buahan menuju teras.
"Gimana kuliah kamu, Sea? Lancar?" tanya Arum setelah meminum sirup buatanku.
"Lancar-lancar aja, Rum. Seperti biasanya." Sahutku.
"Hmm, kemarin aku lihat kamu diantar sama laki-laki. Pacar mu ya?" tanya Arum kemudian.
"Pacar? Oh bukan, Rum. Itu, anak nya Bu Meta. Kebetulan aku sama dia kuliah di kampus yang sama. Makanya kemarin pulang pergi sama-sama." Sahutku sembari mengupas buah apel.
"Oh, anaknya Bu Meta. Cieee ... jadi sekarang udah kenalan ni?" Ledek Arum.
"Ih kamu kenapa, Rum. Orang cuma temenan aja pake cie cie," sahutku sembari menggelengkan kepala.
Arum hanya terkekeh mendengar ucapanku.
Selanjutnya kami membahas cerita lain. Arum bercerita kalau dia sekarang sedang mulai menanam beberapa jenis sayur-sayuran. Dia bilang agar ada kegiatan dirumah.
🌼🌼🌼🌼
"Seorang pengusaha kaya tewas tertembak dibagian kepala."
Seperti itulah kira-kira berita yang ditayangkan di tv. Ya, malam ini aku sedang menonton tv diruang keluarga bersama Mama.
"Sekarang makin serem aja. Nyawa orang seperti tidak ada harganya." Ucap Mama ketika melihat berita di tv. "Kamu hati-hati dikampus, ya. Jangan dekat-dekat sama orang yang tidak dikenal, ingat itu." Sambung Mama kemudian.
"Iya, Ma. Mama juga hati-hati kerja nya." Sahutku.
Mama membalas dengan senyuman dan mengelus pelan rambutku.
🌼🌼🌼🌼
Pagi ini aku diminta Mama menemaninya belanja mall. Hari ini Mama sedang libur kerja, begitu pun aku sedang tidak ada jadwal kuliah.
Aku sempat melihat kearah rumah Kai, nampaknya dia sedang tidak ada dirumah, karena kulihat mobilnya pun tidak terllihat digarasi.
Mobil yang dikendarai Mama pun melaju kejalan raya.
Sekitar tiga puluh menit kemudian kami sampai di mall tujuan.
Mama membawaku menuju tempat pakaian dijual.
Beberapa pasang baju sudah Mama pilih, sementara aku hanya mengikuti langkah Mama.
"Sea, kamu pilih mana yang kamu mau, nak." Kata Mama kepadaku.
"Gak ah, Ma. Mama aja yang pilih, aku ikut aja. Pilihan Mama kan tidak pernah mengecewakan." Jawabku ketika Mama menoleh kearahku.
"Ya sudah," sahut Mama pelan.
Setelah itu kami menuju restauran yang berada di lantai tiga.
Kami memesan beberapa makanan dan minuman. Kebetulan sekali aku memang sedang lapar. Aku langsung melahap makanan yang sudah terhidang diatas meja.
Setelah selesai, Mama ijin ketoilet sebentar sementara aku disuruh untuk menunggu disini.
Tidak jauh dari meja makan kami. Aku seperti melihat Kai sedang duduk bersama beberapa laki-laki. Satu orang memakai setelan jas lengkap serta memakai arloji yang menurutku harganya cukup fantastis. Sedangkan tiga orang didekatnya memiliki tubuh kekar, memakai baju kaos serba hitam, celana jeans panjang.
Tidak lama kemudian beberapa orang tersebut pergi meninggalkan Kai, setelah sebelumnya pria yang memakai jas memberikan sebuah amplop yang kelihatannya isinya cukup tebal.
Kai lalu memasukan amplop tersebut kedalam jaket kulit berwarna hitam yang dipakainya.
Tiba-tiba sebuah tepukan dibahu mengejutkanku. "Mama, bikin kaget saja." Ternyata itu Mama. Aku mengelus dadaku akibat terkejut.
"Kamu lihatin apa sih, Sea? Kok serius begitu." Sahut Mama sambil melihat kearah depan.
"Hmm, itu ... ," aku menunjuk kearah Kai berada, tapi ternyata dia sudah tidak ditempat lagi. Aku menoleh kekanan dan kiri mencari keberadaannya, namun hihil.
"Itu apa sih?" tanya Mama penasaran.
"Oh bukan apa-apa, Ma. Aku mungkin salah lihat." Sahutku beralasan.
"Ya sudah, ayo pulang. Mama udah bayar makanannya." Ajak Mama sembari mengambil kantong belanjaan yang berada dibawah meja.
Kami langsung menuju arah pulang.
🌼🌼🌼🌼
Sudah satu minggu aku tidak melihat keberadaan Kai, baik dirumah maupun dikampus. Terakhir aku melihatnya saat di mall itu.
Entah kenapa aku seperti merasa kehilangan. Aku merasa ada yang kurang semenjak tidak melihatnya. Ada rindu didalam hati.
Ingin bertanya kepada Bu Meta pun aku tak berani. Apalagi Pak Sony sudah datang kemarin.
🌼🌼🌼🌼
Pagi ini aku duduk dihalaman kampus sembari membaca buku.
Tiba-tiba buku yang ku baca dirampas dan dilempar ketanah oleh seorang perempuan.
"Hei, apa-apaan kamu." Kataku sembari berdiri melotot kearahnya.
"Aku rasa wajarlah ya aku marah sama orang yang sedang dekat dengan pacarku." Jawabnya dengan senyum licik.
"Pacarmu siapa? Apa kamu sedang mimpi?" Sahutku sedikit meninggikan suara.
"Kai, memangnya siapa lagi." Sahutnya tidak kalah tinggi.
Beberepa orang terlihat berkerumun di dekat kami, seperti sedang menonton pertunjukan saja.
Tiba-tiba tanganku dipegang oleh seseorang, "Sejak kapan kita ada hubungan spesial?" tanya nya sembari menatap perempuan dihadapanku, seseorang itu ternyata Kai.
"Ta-tapi kan, aku sudah lama suka sama kamu, Kai. Kamu pun tau itu." Jawab perempuan itu.
"Pamela ... Pamela, yang punya perasaan itu kan kamu sendiri, aku tidak." Sahut Kai pelan namun dengan nada mengejek.
"Kamu jahat, Kai!" Ucap perempuan tadi yang ternyata bernama Pamela. "Kamu udah mempermalukan aku didepan orang banyak." Sambungnya lagi dengan mata berembun.
"Kamu sendiri yang mempermalukan dirimu, bukan aku." Sahut Kai lalu menarik tanganku pergi.
Kai mengantarku menuju ruanganku.
"Kita pulang sama-sama." Ucapnya kemudian langsung pergi sebelum aku menjawab.
🌼🌼🌼🌼
Akhirnya selesai juga kuliahku hari ini. Aku menuju parkiran kampus. Kulihat Kai sudah menunggu didepan mobilnya.
"Masuk!" Perintahnya sembari membukakan pintu mobil untukku.
"Kemana?" tanyaku.
"Jangan cerewet. Masuk saja!" Ucapnya dengan ekpresi datar.
Akupun menuruti perintahnya.
Kai mengemudikan mobil dan membawaku entah kemana.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti didepan sebuah panti asuhan.
Kai mengajakku turun dari mobil. Aku ikuti saja kemauannya, walau pun aku tidak mengerti kenapa dia membawaku kesini.
Beberapa anak-anak panti berlari menghampiri Kai, ada yang minta peluk ada juga yang minta gendong. Anak-anak yang minta gendong rata-rata masih berusia tiga sampai lima tahun.
Kai memeluk dan menggendong mereka secara bergantian.
Sungguh pemandangan yang menyejukan mata.
Melihat Kai begitu dekat dengan anak-anak panti disini membuat aku semakin terpesona dengannya.
Ternyata dibalik sifat dingin dan cueknya, dia tipe laki-laki penyayang anak-anak.
Seorang wanita paruh baya menghampiri kami.
"Anak-anak pada rindu dengan mas Kai. Nanyain terus." Tutur wanita berjilbab panjang tersebut.
"Saya agak sibuk kemarin, baru hari ini ada waktu mampir." Jawab Kai sembari menggendong seorang batita.
Wanita tersebut tersenyum kearahku dan kubalas dengan senyuman pula.
Kai menurunkan batita digendongannya, lalu berucap kepadanya, "Kamu lanjut main lagi ya, Kakak mau masuk dulu."
"Oke!" Sahut batita tersebut sembari mengacungkan kedua jempol lalu ikut bergabung dengan teman-temannya yang lain.
Kami pun masuk kedalam panti tersebut mengikuti wanita tadi.
Wanita tersebut membawa ruang tamu lalu mempersilahkan kami duduk.
"Saya buat minum dulu sebentar ya," ucapnya kemudian.
Tidak lama kemudian dia keluar membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.
"Diminum teh nya mas, mbak." Ucapnya lembut sembari menoleh kearah kami.
"Terimakasih, Bu." Jawabku kemudian.
Setelah itu obrolan berlangsung antara Kai dan wanita itu, yang ku tau bernama Ibu Aisyah. Obrolan mereka tidak jauh dari seputar anak-anak panti.
Bu Aisyah bilang beberapa hari belakangan banyak bayi-bayi dititipkan disini. Alasan adalah ekonomi dan juga hamil diluar nikah. Sungguh miris. Bayi-bayi yang masih suci harus jadi korban.
Tiba-tiba Kai mengeluarkan amplop dari dalam tas nya. Amplop tersebut cukup tebal. Ia lalu menyerahkan amplop tersebut kepada Bu Aisyah.
"Ini ada rezeki untuk anak-anak, Bu. Tolong diterima!" Ucap Kai kemudian.
"Ya Allah, Alhamdulillah. Terimakasih mas Kai. Sudah berkali-kali mas Kai membantu anak-anak disini, menjadi donatur tetap di panti ini. Semoga mas Kai selalu dalam lindungan Allah dan selalu dilancarkan rezekinya, aamiin." Sahut Bu Aisyah penuh haru.
Ternyata Kai menjadi donatur dipanti asuhan ini. Siapa sangka Kai sering berbagi rezeki dengan yang lebih membutuhkan.
Tidak lama kemudian kami pamit pulang kepada Bu Aisyah dan juga anak-anak panti. Anak-anak panti bersemangat menyalami kami bergantian.
Setelah itu kami pun masuk kedalam mobil dan berlalu.
"Kamu mau langsung pulang atau kemana dulu?" tanyanya setelah mobil melaju.
"Aku lapar. Makan dulu ya," sahutku.
"Baik." Jawabnya cepat. "Makan dimana?" tambahnya kemudian.
"Itu ...," sahutku sembari menunjuk warung makan kecil tepi jalan.
Kai lalu menepikan mobilnya didekat warung makan tersebut.
Aroma nasi goreng sudah menusuk indera penciumanku, menambah lapar diperut.
Kai memesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh es.
Tidak lama kemudian pesanan kami datang. Setelah membaca doa makan, aku langsung menyuap sendok demi sendok nasi goreng tersebut kedalam mulut.
Entah karena nasi goreng ini terlalu enak atau perut ku yang terlalu lapar sehingga dengan cepat habis tak bersisa.
"Lapar?" tanya Kai tiba-tiba.
"Lumayan." Jawabku sembari meneguk teh es.
Kai hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum.
Senyuman yang sangat manis.
.
.
.
.
To be continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Eiynn08
salam first love thor.. saling dukung thor..🤗
2021-09-06
0