Bab 11
🌼Datangnya Orang Baru
Pagi ini nenek mengajakku melihat-lihat sawah miliknya.
Nenek bercerita kalau dia disini hanya tinggal sendiri. Suaminya sudah lama meninggal dunia. Nenek hanya punya dua orang anak. Anaknya yang pertama tinggal diluar kota seperti halnya mamanya Kai, Bu Meta. Dan yang bungsu yaitu Bu Meta.
"Kai punya sepupu laki-laki dikota yang berbeda, namanya Nathan. Umur mereka hanya selisih dua tahun tua Nathan." Jelas nenek saat kami duduk dipondok tengah-tengah sawah. Hamparan padi terbentang luas sejauh mata memandang.
"Sepupunya Kai sering kesini, nek?" tanyaku menoleh kearah nenek.
"Dua bulan yang lalu terakhir dia menengok nenek. Makanya sekarang nenek senang Kai menengok nenek disini, apalagi langsung bawa calon isteri." Jawab nenek membuatku agk terkejut. Calon isteri katanya. Nenek ada-ada saja.
Aku hanya tersenyum tipis.
Sepulang dari sawah, nenek langsung mengajakku pulang. Takut Kai mencari katanya.
"Eh mbah Uti, siapa itu disebelah?" tanya seorang paruh baya ketika kami lewat didepan rumahnya.
"Ini, calon isteri cucu ku, Kai. Baru datang kemarin." Sahut nenek sumringah.
Ah nenek belum apa-apa sudah bilang calon isteri. Aku tidak tega menyela, nampaknya suasana hati nenek sedang bahagia.
Kami melanjutkan perjalanan menuju rumah.
Ya, kami hanya jalan kaki karena jarak yang ditempuh memang tidak jauh.
Kai terlihat sudah menunggu didepan pintu.
"Dari mana sih nek, kok gak bilang-bilang sama Kai?" tanya Kai setelah kami tiba dirumah.
"Kenapa? Kamu khawatir sama nenek? Apa sama Sea?" jawab nenek sembari melirik kearahku.
"Ya dua-duanya dong nek." Sahut Kai.
"Sudah-sudah, ayo masuk. Kamu sudah makan?" tanya nenek kepada Kai.
"Belum. Nungguin nenek sama Sea dulu biar sama-sama." Jawab Kai santai.
" Ya sudah. Ayo ajak calon isteri mu itu makan sama-sama." Sahut nenek lalu berjalan menuju meja makan.
Aku dan Kai saling berpandangan. Rasanya kikuk setelah mendengar ucapan nenek yang terakhir.
"Makannya dihabiskan ya, nduk." Nenek menolehku.
"Iya nek, masakan nenek enak semua, pasti Sea habiskan." Ucapku sembari tersenyum.
Sementara Kai hanya memperhatikan sambil terus menyuap nasi kedalam mulut.
🌼🌼🌼🌼
"Kalian nginapnya lama kan?" tanya nenek ketika kami bertiga duduk didepan tv.
"Mungkin dua tiga hari lagi pulang, nek." Jawab Kai cepat.
Kulihat wajah nenek sedikit kecewa. Mungkin dia berharap kami bisa lebih lama lagi menemaninya disini.
"Nanti kalau ada waktu luang, kami akan menginap lebih lama ya, nek." Ucapku menenangkan.
"Janji ya?" mata nenek berbinar mendengar ucapanku.
"Janjiii." Kataku meyakinkan.
Tiba-tiba ponsel Kai berdering, dia menjawab panggilan tersebut lalu menuju kebelakang.
"Kenapa harus kebelakang jika hanya menjawab telpon." Pikirku dalam hati.
Entah kenapa aku penasaran siapa yang menelpon hingga Kai harus pergi hanya untuk menjawab panggilannya.
"Sea ke toilet sebentar ya, nek." Pamitku kepada nenek lalu melangkah pelan menuju keberadaan Kai.
"Iya aku tau. Nanti kubereskan."
"........"
"Baik, baik. Jangan khawatir."
"........"
"Oke. Jangan hubungi aku dulu sekarang. Jika aku sudah pulang aku akan menelponmu."
"........."
"Baik. Harganya seperti yang kita sepakati kemarin."
"........."
"Oke."
Entah membicarakan tentang apa Kai dengan seseorang diseberang telepon. Aku hanya bisa mendengar ucapan Kai yang terdengar pelan. Dia berbicara seperti berbisik.
Aku buru-buru menuju kedepan tv takut ketauan Kai jika aku sedang mengikutinya. Biarlah nantik aku tanyakan ketika kami pulang dari sini.
🌼🌼🌼🌼
Aroma masakan menusuk indera penciumanku. Aku sekarang sedang memasak opor ayam.
"Wah wangi sekali aromanya, nduk." Ucap nenek tiba-tiba. Aku hampir terlonjak dibuatnya.
"Nenek? Nenek kapan disini?" tanyaku sedikit gugup.
"Belum lama, nduk. Nenek baru habis menjenguk tetangga sebelah." Jawab nenek sembari duduk dikursi yang berada tidak jauh dariku.
"Memangnya sakit apa tetangga sebelah, nek?" tanyaku sembari melanjutkan masak.
"Biasalah. Sudah tua, seperti nenek. Kai mana?" Nenek menyiapkan beberapa piring dan sendok di atas meja makan.
"Tadi lagi mandi, nek." Aku menuangkan opor ayam tersebut kedalam mangkok kaca besar setelah masakanku matang.
Lalu menyiapkan nasi dan air putih beserta gelas keatas meja makan.
Tidak lama Kai datang dan langsung bergabung dengan kami.
Kami lalu makan bersama.
"Siapa yang masak?" tanya Kai.
"Sea dong. Sudah cantik , pandai masak lagi calon isterimu ini." Sahut nenek semangat.
Tiba-tiba terdengar seseorang mengucap salam.
"Biar Sea yang kedepan, nek." Kataku lalu menuju pintu depan.
Seorang lelaki sedang berdiri didepan pintu.
"Cari siapa ya?" tanyaku pelan.
Laki-laki tersebut menatapku agak lama lalu berucap, "Nenek ada?" tanyanya.
Aku mengangguk kemudian mempersilahkan dia masuk.
Tiba-tiba nenek datang dari dalam, "Nathan!" Ucapnya.
Laki-laki tersebut lalu mencium tangan nenek dengan takzim. Sekarang aku tau dia siapa. Dia sepupu Kai.
"Ayo kita makan sama-sama didalam. Kai juga ada didalam." Ujar nenek dan dibalas dengan anggukan oleh Nathan.
Aku lalu mengikuti langkah mereka dari belakang.
Tiba dimeja makan aku langsung duduk ditempat semula. Sementara Nathan duduk disebelah kiri nenek dan Kai disebelah kanan.
"Apa kabar bro?" tanya Nathan kepada Kai.
"Baik, seperti yang kau lihat." Jawab Kai singkat sembari terus menyuap makanan kedalam mulut.
Pandangan Nathan lalu beralih kepadaku yang berada tepat didepannya, "Nek, itu ...?"
"Itu calon isteri Kai, namanya Sea." Belum selesai Nathan bertanya, nenek terlebih dahulu menjawab.
"Uhuk .. uhuk." Nathan memukul pelan dadanya lalu meminum air yang sudah tersedia didepannya.
"Pelan-pelan loh makannya." Ucap nenek.
Nathan tidak menjawab ucapan nenek namun terus memperhatikanku. Aku jadi risih.
"Apa yang kau lihat?" ternyata Kai memperhatikan tatapan sepupunya itu.
"Oh, tidak. Hanya terkejut saja." Jawab Nathan lalu beralih mengambil beberapa potong opor ayam.
🌼🌼🌼🌼
Aku duduk dibangku yang terdapat didepan rumah. Kai lalu menghampiri dan duduk disampingku.
"Kenapa? Kangen rumah?" tanyanya.
"Sedikit." Sahutku.
"Mau pulang sekarang?" tanyanya lagi.
"Tidak. Sesuai jadwal saja. Lagian baru sebentar kita disini, tidak enak sama nenek." Jawabku pelan.
"Kamu nyaman disini?"
"Lumayan. Kenapa tidak. Nenek memperlakukan ku dengan baik. Aku merasa seperti dengan nenek sendiri." Tuturku kemudian.
"Baguslah. Tapi jangan sampai terlalu dekat dengan Nathan." Katanya lagi.
"Kenapa? Dia kan sepupumu." Jawabku bingung.
"Aku bilang jangan ya jangan. Ikuti saja!" Wajah Kai nampak kesal.
Tiba-tiba Nathan datang bersama nenek, tadi nenek bilang minta antar ke minimarket terdekat dengan Nathan.
"Nih es krim." Tiba-tiba Nathan menyodorkan es krim padaku.
Kai menatap tajam kearah Nathan.
"Tadi aku belinya lebih satu, sayangkan kalau dibuang." Ucap Nathan sembari tersenyum.
Aku lalu menerima es krim tersebut, kulihat wajah Kai memerah.
Apa dia cemburu?.
.
.
.
.
To be continued ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments