Bab 3
🌼Pertemuan Tidak Terduga 2
"Kamu ... " ucapnya.
Bagaimana ini?. Aku tidak berani menampakkan wajahku apalagi menatapnya. Ku tundukan saja kepalaku, sambil kupejamkan mata. Siapa tau setelah membuka mata dia langsung hilang.
"Hei," ucapnya lagi. Jangankan menghilang, pergi saja tidak dia dari sini. Dan, tangan ku ternyata masih dalam genggaman nya.
Aku memberanikan diri untuk bersikap biasa saja. "Iyaa? Kenapa ya?" akhirnya aku berani bersuara. Walau agak canggung sih.
"Kenapa? Kamu yang kenapa?" ucapnya datar, dengan ekspresi datar juga. Sungguh makin membuat aku jadi gugup.
"Aku? Aku gak apa-apa. Memangnya aku kenapa?" dasar bod*h. Kenapa juga aku jawabnya seperti itu.
"Kamu memperhatikan aku tadi ada apa. Ada yang salah dengan wajahku?" ucapnya ketus.
"Gak kok, gak ada apa-apa. Aku tadi, cuma ... cuma mengira kalau kamu teman aku, ternyata aku salah lihat," jawabku bohong.
Dia hanya diam sambil menatapku.
"Kalau begitu, sekarang aku pergi dulu ya." kataku lagi.
"Pergi, pergi saja. Kenapa harus bilang?" jawabnya ketus. Dasar aneh. Tadikan dia yang menghalangi aku pergi.
"Hmm, ini tangan nya bisa dilepas kan?" jawabku sembari menunjuk menggunakan teluntuk tangan kanan ku ke pergelangan tangan kiri ku yang sedari tadi dipegang nya.
Sontak saja dia melepaskan pegangan nya dengan cepat. Sekarang dia yang terlihat gugup.
Aku pergi meninggalkan nya yang diam membisu. "Kai, cewek terus lho ini." Kudengar salah satu teman nya bicara agak keras sementara teman-teman yang lain ikut tertawa.
Menyebalkan.
🌼🌼🌼🌼
Aku mampir disebuah toko buku. Membeli beberapa buah buku untuk kubaca dirumah.
Aku memang hobi membaca. Dengan membeli beberapa buku ini, lumayan untuk mengisi waktu luang ku saat tidak ada kegiatan dirumah. Lagipula, membaca itukan jembatan ilmu.
Setelah membayar buku-buku tersebut, aku keluar dari toko. Aku merogoh tas ku untuk mengambil ponsel didalamnya, berencana untuk memesan taksi online.
Ketika sedang mengetik, tiba-tiba seseorang merampas ponsel ditanganku, lalu lari dengan cepat kearah depan.
Sontak aku teriak "Woi copet . Tolong copet."
Aku berusaha berlari mengejar copet tersebut. Sementara beberapa orang yang berada di sekitarku ikut mengejar sicopet.
Karena kelelahan mengejar sicopet, aku berhenti ditepi jalan. Aku tidak sanggup mengejarnya. Aku tidak terlatih untuk berlari cepat.
Nampaknya aku harus merelakan ponselku di ambil copet tersebut. Mau bagaimana lagi, orang-orang yang ikut mengejar pun kalah jauh dari pencopet itu, lagipula mungkin sekarang pencopet tersebut entah sudah bersembunyi dimana.
Aku hanya tertunduk meratapi malangnya nasibku.
Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah ponsel kearahku. Ponsel ku, ya ini ponselku. Segera ku ambil ponsel tersebut dari tangan nya.
Belum sempat melihat siapa yang menyodorkan ponselku, orang itu sudah berbicara "Lain kali jangan teledor." Ucapnya dingin. Aku seperti pernah mendengar suara itu.
Aku menoleh kearah suaru tersebut, namun si pemilik suara sudah balik badan dan berlalu. Namun aku tau siapa itu. Laki-laki aneh.
Kenapa bisa dia yang mendapatkan ponselku. Padahal seingatku tadi aku tidak melihat keberadaan dia di sekitar toko buku.
🌼🌼🌼🌼
Pukul 14:30 WIB aku sudah sampai dirumah dengan memesan taksi online.
Segera aku membersihkan diri dikamar mandi.
Bau debu dan keringat sangat menggangguku. Ini semua karena aku mengejar pencopet tadi.
Aku segera mandi karena badan sudah gerah sekali.
Sekitar dua jam kemudian, Mama datang.
Aku menyambutnya didepan pintu.
"Assalamualaikum," Mama mengucap salam ketika tepat didepan pintu. "Waalaikumsalam, Ma," jawabku, sembari mencium tangan Mama takzim.
"Sea udah siapin makan, Ma. Kita makan sama-sama ya," sambungku lagi.
"Iya iya. Mama mandi dulu ya, nak." Sahut Mama lembut.
Aku hanya tersenyum sembari mengacungkan kedua jempol tangan kearah Mama.
Selesai makan, kami duduk diruang tengah.
Mama memulai obrolan, " Gimana hari ini nak, bagus?" "Lumayan lah, Ma." Jawabku sekena nya. "Tadi habis dari kampus, aku ke toko buku. Beli beberapa buku buat dibaca dirumah. Lumayan lah buat mengisi kegiatan dirumah." Sambungku lagi.
"Gitu? Kamu gak tersesat kan tadi waktu pulang kerumah?" tanya Mama.
"Ya enggak lah, Ma. Kan aku pakai taksi online. Kalau aku pulang jalan kaki sih, mungkin bisa tersesat, Ma." Jawabku.
Mama hanya tertawa mendengar ucapanku.
🌼🌼🌼🌼
Aku memilih beberapa snack diwarung dekat rumah. Gara-gara kejadian copet siang tadi, aku lupa mau beli cemilan di minimarket dekat toko buku. Jadi, malam ini aku harus beli diwarung. Kebiasaan ku jika sedang membaca harus dengan makan cemilan. Kalau tidak, rasanya seperti ada yang kurang.
Saat selesai membayar snack-snack yang ku beli, ada yang menepuk bahuku pelan, aku pun menoleh, "Oh, kamu Arum." ternyata Arum.
"Kamu kemana hari ini? Tadi pagi aku kerumah kamu, tapi pintu rumah dikunci dari luar." Ucapnya.
"Aku hari ini mulai kuliah, Rum." Jawabku. " Memangnya ada apa kamu tadi pagi kerumah?" ucapku lagi.
"Oh, aku cuma mau ajak kamu main kerumahku. Biar kamu tau rumahku yang mana. Jadi, nanti bisa main sendiri kerumah." Ucap Arum sembari tersenyum.
"Hmm, nanti kalau jadwal kuliah ku kosong baru main kerumah kamu ya, Rum." Aku merasa tidak enak hati dengan Arum jadinya.
"Iya iya. Untung ketemu kamu disini, jadi aku bisa tau." Jawabnya.
"Kamu mau belanja apa, Rum?" tanyaku.
"Ini, disuruh Ibu ku beli gula sama kopi." Jawabnya lagi.
"Oh, kalau gitu aku pulang dulu ya, Rum"
"Iya, hati-hati tersesat ya," kata Arum sembari tersenyum.
"Gak mungkin lah, Rum. Kan dekat."Jawabku lagi. Arum hanya tertawa pelan.
Arum itu orangnya baik dan juga sopan. Walaupun cara bicara dia sedikit baku, tapi itu yang buat dia unik, beda dari teman-teman aku yang lain.
Saat melewati rumah Pak Sony, terlihat dia dan juga istrinya baru keluar dari dalam mobil.
Bu Meta yang melihat aku berjalan langsung menyapa dan mendekat "Nak, kamu tetangga baru ya? Tinggal dirumah sebelah ini, bukan?" tanyanya.
"Iya bu, benar. Saya Sea." Jawabku sembari mengulurkan tangan menyalami Bu Meta dengan takzim. Sementara Pak Sony yang berada di belakang istrinya hanya tersenyum ramah.
"Cantiknya anak ini," ucap Bu Meta sembari mengelus pipi kananku. Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Kalau begitu, saya pulang dulu ya, Bu, Pak. Mari," ucapku, lalu melangkah menuju rumah. Dan dibalas senyuman ramah dari mereka berdua.
Sesampainya dikamar, aku langsung berpikir.
Orangtuanya saja ramah dan lambut seperti itu, kenapa anaknya punya sifat cuek dan juga judes.
Lho-lho, kenapa aku malah mikirin dia.
Ada apa dengan otak ku ini?.
Jangan-jangan, ah aku tidak mau berandai-andai. Apalagi berandai-andai soal itu, tidak mau sama sekali.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments