Terjadi keriwehan di pagi hari di dalam sebuah apartemen sederhana di tengah kota. Freya tidak bisa tidur karena memikirkan bagaimana langkah selanjutnya jika harus bertemu monster itu lagi.
Setelah berpikir semalaman suntuk akhirnya Freya memilih untuk menghadapinya saja. Toh bukan dia yang salah. Kenapa harus sembunyi terus, pikirnya.
Freya terlambat bangun, bahkan Mutia pun juga ikut bangun terlambat juga.
Jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah delapan dan Freya baru saja siap, begitupun Mutia. Mereka tak sempat sarapan ataupun membersihkan rumah. Mereka buru-buru berangkat ke kantor.
"Maura sayang."
"Bunda sudah buatkan Maura susu sama roti selai strawberry kesukaan Maura."
"Dimakan yah.."
"Maaf, Bunda hanya bisa menyiapkan itu." sesal Freya yang tidak biasanya dia bangun terlambat.
"Ehmm.." Maura hanya berdehem, karena dia juga baru bangun tidur.
"Bunda sudah minta tolong sama mbak Ayu untuk membersihkan rumah dan masak buat Maura." kata Freya. Maura hanya mengangguk.
Mbak Ayu pengasuh Maura yang sudah bekerja hampir sebulan ini. Dia bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Freya terpaksa mempekerjakan orang untuk menemani Maura biar tidak bosen di rumah sendirian.
"Bunda berangkat dulu, yah." diciumnya kening Maura.
"Assalamualaikum."
Bukannya menjawab Maura justru kembali merebahkan tubuhnya untuk kembali tidur.
Freya geleng kepala melihat tingkah lucu Maura. Dia segera keluar dari apartemen untuk berangkat kerja karena sudah hampir telat.
Dia memilih naik ojek bukannya MRT. Karena biasanya kalau pagi seperti ini pasti akan macet. Dan Mutia tadi sudah meninggalkannya terlebih dahulu. Emang kurang ajar itu si Mutia. Tak setia kawan banget.
Freya segera berlari setelah sampai di kantor, karena jam sudah menunjukkan pukul 8 lewat. Dia telat.
"Tunggu.." teriak Freya saat melihat pintu lift hampir saja tertutup.
"Makass_" Freya tak melanjutkan ucapannya saat melihat siapa yang ada didalam lift. Pria itu nampak cuek dengan wajah datarnya yang tampak menyeramkan seperti monster.
"Masuk saja Frey, ini sudah jam 8 lewat juga." kata CEO ABA.Corp. yang berdiri di sebelah kiri monster itu.
"Te-terim_" belum sempat Freya menyelesaikan ucapannya dia sudah ditarik Alex, CEO tempatnya bekerja.
Alex menyeringai saat melihat Bryan meliriknya tajam dan mengeraskan rahangnya.
"Lembut banget bro tangannya." bisik Alex pada Bryan membuat pria itu semakin mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya kuat.
Bryan saja belum menyentuhnya kembali setelah 6 th yang lalu, kecuali saat Freya pingsan saat menemui Maura kompetisi. Dan ini si Alex malah bikin Bryan makin panas saja karena berani menyentuh gadis kecilnya. Heh..Gadis kecilnya?? Memangnya Freya mau jadi gadis kecilnya Bryan? Kalaupun nggak mau Bryan akan membuat gadis kecilnya itu yang menginginkannya.
Alex memundur selangkah dan berdiri di sebelah Rendy, membiarkan Freya berdiri di sebelah Bryan tempat Alex tadi.
Freya hanya diam saja, pandangannya menunduk tanpa melirik kemana pun. Freya sudah siap untuk bertemu dan menghadapi Bryan. Tapi tidak untuk sekarang ini.
Freya menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut dan gugupnya. Didalam lift hanya dia sendiri yang perempuan. Tiganya lagi pria dengan wajah yang menyeramkan, kecuali Alex, atasan dimana tempat kerja Freya.
Kenapa mereka tidak menggunakan lift khusus dan malah menggunakan lift karyawan, batin Freya bertanya-tanya.
Ting...
Pintu lift terbuka dan segera Freya keluar, sebelumnya dia mengucapkan terimakasih pada Alex.
"Pantas saja 'si rosi' langsung on. Ceweknya saja secantik itu." celetuk Alex setelah pintu lift kembali tertutup.
Bryan hanya diam saja. Dia akan memberi Alex pelajaran sesampainya di ruangan Alex.
Freya langsung menhempaskan pantatnya dikursi kerjanya. Dia memegang dadanya, jantungnya sedari tadi berdetak cepat. Bukan karena jatuh cinta ataupun karena sakit. Tapi karena sesak saat mengingat tragedi tahun baru itu.
Freya mengatur nafasnya secara perlahan untuk menormalkan detak jantungnya dan rasa sesak didada.
"Kamu kenapa Frey?" tanya Mutia yang baru saja kembali dari memfoto copy dokumen.
"Aku lelah karena lari." dusta Freya. Dia tak ingin bercerita tentang tadi sama Mutia. Nanti saja kalau monster itu sudah bertindak kelewatan baru dia cerita sama Mutia.
"Baru sampai kamu?" tanya Mutia dengan tampang polosnya.
"Nggak..Sudah sebulan yang lalu." sewot Freya membuat Mutia tertawa.
Freya tak mempedulikan Mutia lagi. Dia sudah mulai tenang dan saatnya untuk bekerja, dia tidak mau lembur. Dia mau pulang tepat waktu.
"Kenapa kamu gak cerita kalau kamu sudah tahu Freya kerja di sini?" sentak Bryan pada Alex sesaat mereka baru saja masuk ruang kerja Alex.
"Aku tahunya baru beberapa hari yang lalu, belum ada seminggu." jawab Alex jujur.
"Kalau gak ngasih tahu kaprena aku mau selidiki dulu, benar apa tidak dia orangnya." kilah Alex padahal dia sendiri lupa untuk memberi tahu Bryan.
"Apa yang kamu dapat?" tanya Bryan menatap tajam Alex. Dia sudah duduk di kursi kebesarannya Alex. Menyandarkan punggungnya, dan menyilangkan kakinya dengan tangan bertautan.
"Gak ada..hehehe." jawab Alex cecengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Bryan memutar bola matanya malas.
"Apa kamu sudah menyiapkan ruangan yang ku minta kemarin?" tanya Bryan mengingat tujuannya ke kantor Alex.
"Ruangan mu yang dulu masih tahap renovasi. Mungkin besok sudah bisa ditempati." jawab Alex apa adanya.
"Apa sekertarisnya juga sudah kamu siapkan?" tanya Bryan lagi pada Alex yang duduk bersebrangan dengannya.
"Memang kemarin ada minta sekertaris?" tanya Alex balik. Perasaan cuma suruh menyiapkan ruangan, batin Alex.
"Ehmmm.." Bryan hanya berdehem. Sebenarnya dia tak perlu sekertatis, tapi tiba-tiba sebuah ide terbesit di otaknya membuatnya akhirnya meminta sekertaris.
"Ya sudah, ambil saja itu sekertaris ku satu." jawab Alex dengan tampang polosnya.
Rendy merasa geram akan sahabat Tuannya yang menurutnya bo doh itu atau hanya pura-pura bo doh. Apa dia gak peka dengan keinginan Tuannya itu. Kenapa Tuan Bryan mempercayakan perusahaannya di pegang pria bo doh ini, batin Rendy.
"Aku mau yang cantik, pintar, mandiri, kuat dan-" Bryan mengetuk-ngetukkan bolpoint yang ada ditangannya di atas meja sambil menyeringai, "-yang bisa membangunkan 'si rosi' pastinya." kata Bryan dengan tawa mesumnya.
"Siapa?" tanya Alex mengerut bingung.
"Nona Freya. Tuan Bryan ingin Nona Freya yang menjadi sekertarisnya." jawab Rendy mewakili Bryan.
"What!!!!!" teriak Alex mengerjap beberapa kali.
"Kenapa?" Bryan menaikkan sebelah alisnya.
"Aku yang punya perusahaan ini. Jadi aku mau dia yang jadi sekertarisku." kata Bryan tegas tidak ada penolakan.
Alex meneguk ludahnya kasar. Apa Freya mau, pikirnya.
"Aku mau hari ini juga dia menjadi sekertarisku."
"Segera urus ke HRD sekarang." perintah Bryan ditujukan pada Alex.
"Yakin nih?" tanya Alex yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bryan.
"Kamu kembali ke kantor Papa."
"Urus dulu di sana sebentar, dan kembali kesini." titah Bryan langsung disegerakan oleh Rendy tanpa diulang dua kali.
"Aku ingin lihat bagaimana reaksimu gadis kecil."
Bryan melihat CCTV di divisi tempat Freya bekerja.
"Aku jadi sekertaris Presdir?" tanya Freya tak percaya pada HRD yang datang menemui nya dan memberi tahunya hari ini dia diangkat menjadi sekertaris Presdir.
"Iya Freya. Kamu hari ini resmi menjadi sekertaris dari Tuan Abrisam Bryan Alvaro."
"Apa????" teriak Freya dengan wajah terkejut.
Freya melirik tajam pada kamera CCTV yang ada di divisi nya.
"Kau memang keterlaluan." batin Freya menjerit.
Bryan tertawa puas melihat ekspresi Freya. Apalagi saat Freya meninju udara mengekspresikan kekesalnya.
"Welcome to baby,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Lila Susanti
mau ketawa, malu di tahan lg antri j.co wkwkwk
2023-09-27
0
Kasiyati
Pepet trus mas brian mba Freya nya😘😘😘😘
2021-09-04
4
city
semangat Bryan mengejar cinta ibu dr anakku
2021-08-24
2