Freya keluar dari sebuah kamar dan menghampiri seorang lelaki dewasa yang masih terlihat muda yang duduk di kursi meja makan seperti sedang mengerjakan pekerjaanya.
"Ehmm...Kak Evan." sapa Freya lirih. Orang yang dipanggil Kak Evan tadi menoleh dan tersenyum saat mendapati Freya yang menyapanya.
"Ada apa Frey?" tanyanya masih dengan menatap Freya yang berdiri disampingnya.
"Kak Evan sibuk ya?" Evan melihat pekerjaannya sebentar kemudian kembali melihat Freya.
Evan menggeleng, "Nggak terlalu sibuk kok. Kenapa?" tanya Evan.
Freya menarik kursi yang ada di sebelah Evan dan duduk di sana.
"Terima kasih sudah sudi membantu Freya juga anak Freya."
"Maaf sudah merepotkan Kak Evan." kata Freya dengan tulus menatap sekilas mata Evan.
Evan tersenyum menanggapi perkataan Freya.
"Bukankah sesama manusia itu harus saling membantu dan mau direpotkan dan merepotkan?" kata Evan sambil membereskan pekerjaannya dan menutup laptopnya.
"Iya sih Kak."
"Tapi tetap saja Freya harus berterima kasih juga meminta maaf." balas Freya tersenyum canggung. Dia masih merasa tak enak hati sama kakak seniornya itu.
Hening
Hening
Hening
"Apa ini alasanmu waktu itu tidak mau menerima ku untuk jadi pacar kamu, Frey?" tanya Evan setelah terjadi keheningan beberapa menit.
"Maaf, Kak." jawab Freya lirih. Cuma itu yang bisa Freya ucapkan. Karena dia sampai saat ini belum merasa pantas jika dicintai oleh seorang lelaki. Apalagi lelaki sebaik Evan. "Kak Evan terlalu baik buat aku." Itu kalimat yang dulu sering Freya sematkan tiap kali Evan mendekatinya ataupun menyatakan perasaannya pada Freya.
Evan mengangguk paham. "Terus gimana rencana mu selanjutnya?" tanya Evan yang tak ingin lagi mengungkit masa lalu mereka waktu kuliah. Apalagi Freya terlihat tak suka jika membahas masa lalu. Dan hanya menjawab seperlunya.
"Aku sendiri juga masih belum tahu."
"Aku belum memiliki rencana apapun selain untuk bersembunyi."
"Kalaupun aku kembali ke kota Y, mungkin dia sudah meminta orang untuk mencari ku ke sana."
"Kalau tetap di sini kemungkinan besar peluang untuk bertemunya semakin besar." Freya sendiri pusing dan bingung harus kemana lagi dia harus bersembunyi. Apalagi sosok Maura sekarang makin terkenal karena memenangkan Kompetisi Juara Olimpiade Matematika. Beritanya menyebar dimana-mana.
"Kita tetap disini." kata Mutia yang tiba-tiba muncul dan duduk di kursi depan Freya yang terhalang meja di antara mereka.
"Kita jauh lebih aman berada disini setelah kita tadi pagi mengelabuhi musuh kita." sambung Mutia mengingat apa yang mereka lalukan tadi pagi.
Flashback On
Freya dan Mutia beserta Maura segera masuk ke mobil angkutan yang dikemudikan Evan. Evan sendiri sengaja menyewa mobil angkutan pada Ayah temannya untuk memuluskan rencana.
"Kita langsung ke terminal saja biar mereka nggak curiga." kata Evan dan diangguki Freya dan Mutia.
"Kita mau kemana Bunda?" tanya Maura yang duduk diantara Freya dan mutia.
"Kita akan pergi ke rumah Paman Evan." jawab Mutia cepat.
"Siapa Paman Evan, Ma?" tanya Maura.
"Temannya Mama sama Bunda." jawab Mutia
"Tapi kita akan pulang kan, Bun?" tanya Maura
"Iya sayang." jawab Freya dengan menampilkan senyumnya walau hatinya saat ini sedang gelisah.
Mereka segera turun dari angkutan setelah sampai di terminal. Evan sendiri mencari tempat parkir yang sekiranya tidak terpantau CCTV.
Dari terminal Evan langsung mengajak Freya dan Mutia beserta Maura naik ke mobilnya sendiri yang tadi dibawa temannya.
"Thank's bro. Plat nomor nya belum gue ganti. Tolong ganti sendiri." kata Evan pada temennya sambil memberikan beberapa uang pada temennya itu.
"Beres." seru temannya Evan.
"Gue cabut dulu."
Dan mereka akhirnya menuju apartemen Evan.
Flashback Off
"Benar itu Frey."
"Kita tadi sudah ngelabuhi musuh dan kemungkinan besar mereka tidak akan tahu kalau kamu dan Maura masih ada disini." Evan juga membenarkan perkataan Mutia.
Freya menatap Mutia dan Evan bergantian. Masih ada sedikit keraguan dalam hatinya jika memang dia akan tetap tinggal disini, di kota J.Dia takut jika Bryan menemukan dia dan Maura. Tapi kalau pun bersembunyi di mana pun pasti akan ketahuan juga. Apalagi Bryan sudah melihat wajahnya juga Maura secara langsung.
"Tapi gak mungkinkan kita akan tinggal di apartemennya Kak Evan?" tanya Freya mengarah pada Mutia.
"Ya enggak dong Freya sayang." Mutia merasa gemas pada Freya. Disaat situasi terdesak Freya memang susah diajak berfikir. Yang ada dipikirannya hanya bersembunyi terus.
"Kita nanti cari kontrakan atau apartemen yang murah gitu."
"Bukankah besok kita ada wawancara di ABA.Corp?* Freya mengangguk. Dia sebelum nya memang ingin mencari kerja yang jauh lebih tinggi gajinya. Meski sebenarnya di tempat kerja sebelumnya dia juga mendapatkan gaji tinggi. Namun di sana dia dijadikan seperti sapi perah oleh atasannya, Manager nya.
"Bukankah kamu juga sudah mengundurkan diri dari tempat kerjamu?" Freya kembali mengangguk. Dia juga sudah memberikan surat pengunduran dirinya kemarin sebelum berangkat ke kota J menyusul Maura dan juga Mutia.
"Jadi lebih baik kita tinggal disini saja."
"Hari ini kita cari kontrakan." ajak Mutia dengan semangat. Dengan terpaksa Freya mengangguk dan mengiyakan ajakan Mutia.
"ABA.Corp itu kalau gak salah masih satu grup dengan Perusahaan BRATA Grup."
"Kamu yakin Freya mau kerja di sana?"
Freya langsung bimbang setelah mendengar apa yang dikatakan Evan. Dia dulu bekerja di perusahaan ACA Karya yang merupakan anak cabang dari perusahaan BRATA Grup yang ada di kota Y. Dan dia bertemu dengan Bryan kemarin waktu rapat.
Mutia menatap Freya yang terlihat bimbang. "Kita yakin."
Freya dan Evan menatap Mutia dengan kening mengerut.
"Kita di sana nantinya hanya jadi karyawan biasa dan gak akan mungkin ketemu sama pemilik BRATA Grup."
"ABA.Crop itu kan perusahaan yang di akuisisi oleh BRATA Grup. Dan CEO nya di sana masih sama yaitu Tuan Alex."
"Jadi besar kemungkinan Freya gak akan ketemu Tuan Muda Abrisam." kata Mutia panjang lebar.
"Terus gimana dengan sekolahnya Maura. Aku takut karena Maura dia menemukan kami." Freya terlihat cemas.
"Soal Maura memang agak susah karena dia sudah muncul di TV." kata Evan yang ikut merasa bingung.
"Maura tak hanya muncul di TV. Tapi sudah di surat kabar, internet bahkan masuk berita luar negeri." timpal Mutia.
"Home Schooling. Itu cara satu-satunya untuk Maura." saran Evan.
"Gimana Frey?" tanya Mutia yang setuju akan saran yang diberikan Evan.
Freya diam sejenak untuk berpikir. Selama ini Maura belum pernah Home Schooling. Sekolahpun, Maura banyak mainnya daripada mendengarkan guru. Kadang dia membantu temannya mengerjakan tugas yang dipertintahkan gurunya. Kalau Home Schooling. Apakah Maura akan betah. Itu yang ada dipikirannya saat ini.
Kalau dia nanti bersembunyi di Kota lainnya kemungkinan besar juga akan ketemu dengan Bryan.
Baiklah. Tetap disini saja. Apapun yang terjadi nantinya harus dihadapi. Mau bertemu Bryan atau tidak Freya haris tetap menjalani hidup dengan baik bersama Maura.
"Baiklah aku setuju."
"Kita cari apartemen saja, kalau kita meninggalkan Maura sendirian jauh lebih aman."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
jk👑
kebiasaan novel gini amat
2021-09-05
1
Kasiyati
knpa mesti lari sih
2021-09-04
0
ayudya
masalah tu di hadapin bukan lari, biar smua nya jelas.
2021-08-25
4