"Assalamualaikum." teriak Caca saat dia baru memasuki rumah. Dia berjalan gontai menuju sofa yang ada di ruang keluarga dimana Mama ada disana.
"Walaikumsalam." balas Mama Lea yang seperti sedang menghubungi seseorang. Entah siapa yang dihubunginya.
"Caca sini cepat Mama mau dengar ceritanya." Mama Lea yang tak sabar langsung menarik tangan anaknya itu untuk duduk disebelahnya.
"Pelan-pelan, Ma. Sakit tahu." keluh Caca sambil mengelus lengannya yang ditarik Mama Lea.
"Sudah gak usah manja."
"Cepat ceritakan semua ke Mama." Mama Lea sepertinya tidak sabar mendengar cerita dari anaknya yang tadi mengunggah foto bersama juara Olimpiade Matematika. Apalagi tadi temannya bilang bertemu suaminya juga anak lelakinya yang membuat kehebohan didalam mall.
"Cerita apa sih, Ma?" Caca pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah tahu jelas bahwa Mama Lea mau mendengar cerita tentang Kak Bryan.
"Kakak mu yang membuat kehebohan di QOne Mall." kata Mama Lea cepat.
"Ceritanya panjang, Ma." Caca terlihat malas untuk menceritakan kejadian tadi saat di mall.
"Kamu mau apa? Mama kasih." tawar Mama Lea pada anak gadisnya itu supaya mau cerita tentang kejadian tadi.
"Benar, Ma?" tanya Caca dengan mata berbinar. Kesempatan, pikirnya.
"Iya cepat." Mama Lea sepertinya sudah tak sabar untuk mendengar cerita selengkapnya dari anaknya ini.
"Aku mau ini." Caca menunjukkan sebuah foto yang ada di HPnya pada Mama Lea. Sebuah sepatu Chanel dengan harga SGD 1,350 atau kalau dirupiahkan setara dengan 14 juta lebih.
"Pesan saja nanti Mama yang bayar." ujar Mama Lea tanpa tanya berapa harganya terlebih dahulu. Entah mahal atau tidak dia tak peduli. Yang dia pedulikan sekarang cerita tentang anak lelakinya itu kenapa bisa membuat kehebohan di mall.
"Terima kasih, Mama." Caca memeluk Mama Lea gemas. Karena akhirnya dia bisa beli sepatu yang dia inginkan tanpa perlu mengeluarkan uang seperpun dan tabungannya tak akan terkuras.
"Sudah cepat cerita sama Mama." Mama Lea menyudahi drama anaknya itu. Dia ingin segera mendengar ceritanya.
"Jadi gini, Ma........" Caca mulai menceritakan dari dia bertemu Maura dan Freya kemudian Kakaknya, Bryan yang menghubungi nya sampai bertemu Papa Abri juga beberapa pengawal di sudut lorong menuju ruang kebersihan. Dan berakhir pertemuan Maura dan Freya dengan Bryan.
"Jadi Kakak kamu diam saja tanpa melakukan apapun gitu?" tanya Mama Lea yang heran dengan sikap anak lelakinya. Seperti bukan Bryan yang dia kenal, pikirnya.
"Iya..Dan Kak Bryan membiarkan Kak Freya dan Maura pergi begitu saja. Papa juga diam saja tak melakukan apapun." kata Caca lantas pergi ke kamarnya. Dia malas ditanya-tanya lagi. Yang terpenting sepatu yang dia inginkan terbeli.
"Apa ini yang membuat Bryan selama ini berubah?"
"Bahkan sebulan ini dia bertingkah lebih parah lagi." gumam Mama Lea menatap lurus kedepan.
"Semoga anak kecil itu bukan anaknya Bryan."
"Kalau pun iya, aku gak mau punya cucu yang lahir dari wanita yang asal usulnya gak jelas."
"Aku yakin wanita itu dulunya seorang pela cur." Mama Lea terlihat marah dengan asumsinya sendiri. Dia ingin yang terbaik buat Bryan.
"Aku harus mempercepat pernikahan Bryan dengan Manda."
"Tak peduli Bryan setuju apa tidak, pernikahan ini harus tetap dilaksanakan."
...............
"Apa Alex yang memberi tahu Papa?" tebak Bryan pada Papa Abri yang saat ini mereka sudah ada di apartemen Bryan. Papa Abri tadi mengikuti Bryan ke apartemen. Dia ingin tahu apa yang Bryan rencanakan karena Bryan tadi dengan mudahnya melepaskan Freya dan juga Maura begitu saja.
"Iya..Kemarin Papa minta Alex untuk menceritakan semuanya." Papa Abri membenarkan apa yang ditebak Bryan.
"Jadi benar wanita itu yang kamu perkosa beberapa tahun yang lalu?" tanya Papa Abri tanpa basa-basi. Karena dulu Bryan sempat cerita ke Papa Abri mengenai dirinya yang memperkosa seorang gadis dan Papa Abri meminta Bryan untuk mencarinya.
"Iya..Rendy saksi kuncinya dan juga Bara." jawab Bryan yang memandang gelas yang dipegangnya.
"Kamu yakin dia orangnya Rendy?" tanya Papa Abri pada Rendy untuk memastikan jika memang Freya lah gadis itu.
"Saya yakin, Tuan."
"Karena saya yang membawanya ke kamar yang dipakai Tuan Bryan waktu itu."
"Saya kira dia orangnya Ladysa yang disewa Tuan Bryan." jelas Rendy
"Terus kenapa bisa dia yang datang?" tanya Papa Abri.
"Untuk itu memang bukan kesalahan dia."
"Dia datang ke apartemen Bara untuk menggagalkan pertunangan Bara dengan Shelin sesuai yang di minta Shelin padanya."
"Tapi saya kira dia orangnya Ladysa, jadi saya bawa langsung ke kamar Tuan Bryan." jelas Rendy
"Jadi kamu melakukan itu di apartemennya Bara?" tanya Papa Abri.
"Ehmm.." Bryan hanya berdehem dan memutar-mutar gelas wine yang sedari tadi dipandanginya.
Papa Abri geleng kepala mengetahui kejadian yang sebenarnya. Dia kira anaknya itu berbuat hal tak senonoh di hotel tapi nyatanya di apartemen milik Bara.
"Terus apa rencanamu selanjutnya?" tanya Papa Abri setelah terjadi keheningan beberapa saat.
Bryan mengangkat gelas wine nya, "Aku akan melakukan tes DNA pada Maura." Bryan meneguk sedikit air berwarna merah itu.
"Kalau nanti hasilnya positif_" Bryan menjeda kalimatnya untuk menatap Papa Abri, "Bryan akan menikahi Freya bagaimanapun caranya."
Papa Abri menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum lebar.
"Kalau nanti hasilnya negatif-" Bryan meletakkan gelas wine diatas meja, "Bryan siap menikah dengan Manda."
Papa Abri membelalakkan matanya. Rencananya dia justru ingin membatalkan pernikahan itu. Dia berharap semoga hasilnya positif biar Bryan menikah saja dengan Freya.
Di lihat sekilas, Papa Abri bisa menilai kalau Freya itu wanita baik-baik dan terlihat cerdas. Seharusnya tadi dia bisa memanfaatkan keadaan untuk menjerat Bryan yang terkenal akan ketampanan dan kekayaannya. Bukan justru pergi begitu saja tanpa menatap dan memperdulikan Bryan.
"Papa harap hasilnya positif." gumam Papa Abri yang masih bisa didengar Bryan yang duduk di sofa single dekat jendela.
Bryan yang mendengar gumaman Papanya hanya mengangkat sudut bibirnya membentuk seringaian. Bryan juga berharap seperti itu. Karena hanya Freya lah yang mampu membangkitkan has ratnya tanpa adanya sentuhan dan cumbuan.
Bryan hanya ingin menikah dengan Freya dan Maura sebagai anaknya. Tidak dengan yang lain.
Dia akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Freya melalu Maura. Apapun akan dia lakukan. Kalau perlu dia akan menjatuhkan harga dirinya yang selama ini dia junjung tinggi. Ya walau tadi dia sempat membuat heboh seluruh pengunjung QOne Mall.
Bryan sudah bertekad. Dan itu tandanya dia harus siap untuk berperang dengan rasa gengsinya yang tinggi. Semua untuk kenyamanan hatinya dan kenikmatan 'si rosi'.
Bryan benar-benar sialan. Disaat seperti ini pun dia masih saja memikirkan kenikmatan 'si rosi'. Apa dia gak sadar karena mementingkan kenikmatan 'si rosi' dia sudah membuat Freya sengsara selama beberapa tahun terakhir ini.
"Bersiaplah Freya, gadis kecilku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Ꮪིᥰ⃝֟.𝄠༅𝕾𝖆𝖓𝖎𝖞𝖆𝐿 𝗦⃝⃟🦁
emak ya egoisssss
2021-10-31
0
3 semprul
ada lagi nama baru si rosi 😂
2021-10-25
0
Death angel
rosi mulu gk lorenzo aja sih 🤣🤣🤣
atau mark marqes 🤭
2021-10-22
0