"Tolong lepasin aku."
"Tolong...Aku mohon lepasin aku.."
"Tolong..."
Keringat bercucuran di kening dan dahinya, dengan mata terpejam yang mengeluarkan air mata itu juga kepala di gerakkan ke kanan dan ke kiri seperti menghindari sesuatu. Kedua tangannya menggenggam erat pada bantal yang ada di pangkuannya. Wanita itu terus meracau minta tolong untuk dilepaskan.
"Freya....Bangun Frey...." seorang wanita datang membangunkan Freya saat mendengar orang yang berteriak meminta tolong. Dan setelah keluar dari kamar dia mendapati Freya, temannya tengah tidur di sofa dalam keadaan mengigau.
"Hei...Freya ayo bangun." panggilnya dengan menepuk-nepuk pipi Freya berharap Freya segera bangun dan tersadar.
"Freya.." teriaknya
Freya membuka matanya dan menatap langi-langit ruang keluarga. Nafasnya bergemuruh seperti habis dikejar ribuan singa. Dia memimpikan kejadian 6th yang lalu dimana dirinya direnggut keperawanannya oleh orang yang tak dikenalnya di malam tahun baru. Dia hanya tahu namanya Bryan tanpa tahu wujud tampangnya seperti apa. Pria itu begitu mengerikan menurut Freya. Seperti monster.
Pria itu. Pria yang membukakan pintu untuknya dan memintanya masuk ke kamar yang gelap itu. Freya masih mengingatnya. Freya masih mengingat seperti apa wajahnya. Walau dia sendiri tak tahu siapa namanya.
"Kamu mimpi itu lagi?" tanya wanita tadi yang kini duduk disebelah Freya.
"Ini minum dulu." Freya menerima gelas yang disodorkannya untuk dirinya dan segera diminumnya air itu sampai tandas.
"Haus ya.." canda wanita itu saat menerima gelas kosong dari Freya
"Ehmm...Aku memimpikan itu lagi." jawab Freya dengan menatap sebuah potret anak kecil yang tergantung ada di ruang keluarga sambil memegang piala juga medali emasnya.
"Apa kerjaan mu banyak di kantor? Sampai kamu memimpikan itu lagi?" Freya mengangguk pelan, dia terlihat lesu.
"Banyak banget kerjaan sampai harus pulang lembur untuk beberapa hari kedepan." kata Freya dan kembali merebahkan kepalanya di sandaran sofa.
"Bos mu itu gila ya. Ngasih kerjaan gak tanggung-tanggung. Ini sudah hampir seminggu loh Frey, kamu lembur terus" omel wanita itu pada Bosnya Freya.
"Bukan Bos ku yang gila, tapi Presdir yang dipusat yang gila." sungut Freya yang kesal karena harus memberikan laporan keuangan dari satu tahun kebelakang. Dan harus di selesaikan dalam waktu dua minggu. Dan harus Freya sendiri yang mengerjakannya. Ini benar-benar gila. Mana sanggup Freya mengerjakan itu sendirian. Mana saat protes malah ditambah lagi kerjaannya. "Presdir gila." umpat Freya dalam hati.
"Memang kamu gak ada asisten apa?"
"Kalau aku punya asisten aku gak bakal lembur Mutia, sayang." Freya yang gemas langsung mencubit kedua pipi Mutia.
"Bunda.." panggil anak kecil dengan suara serak khas bangun tidur yang berjalan ke arah mereka.
Freya melepaskan tangannya yang ada di pipi Mutia dan langsung mengangkat tubuh anak kecil itu ke pangkuannya.
Mutia mencibirnya sambil mengusap-usap pipinya yang panas karena bekas cubitan Freya.
"Bunda kenapa gak mindahin Maura ke kamar Bunda? Bunda baru pulang?" tanya si ke Maura yang sedikit mengangkat wajahnya menatap sang Bunda.
Freya mengusap lembut rambut kepala juga pipi Maura sambil tersenyum. Lelahnya hilang saat melihat wajah putrinya yang cantik jelita ini.
"Maafin Bunda ya sayang. Bunda ketiduran di sofa." sesal Freya yang tidak bisa menemani putrinya dalam beberapa hari terakhir ini.
"Maura cantik, kenapa sudah bangun?" tanya Mutia karena sekarang jam masih menunjukkan setengah empat lebih sepuluh menit pagi.
"Maura kangen Bunda." ucapnya lirih dan langsung memeluk Bunda Freya.
Freya memejamkan matanya, membalas pelukan putrinya itu. Dia tahu akhir-akhir ini dia begitu sibuk sampai lembur. Hingga tak terasa satu persatu butiran air lolos dari pelupuk matanya.
Mutia yang melihat Ibu dan anak Itu merasa kasihan. Dia kenal Freya sekitar 5th yang lalu waktu Freya menjadi mahasiswa baru di universitas yang sama dengannya dikota Y. Yang sama-sama masuk lewat jalur prestasi.
Sejak saat itu mereka berteman sampai sekarang. Dia mengenal Freya sebagai sosok yang kuat akan hinaan dan cacian dari orang yang menganggapnya rendah. Apalagi Freya memiliki anak tanpa sosok seorang Ayah dan suami disisinya.
Freya juga seorang wanita mandiri dan baik. Dia tak segan menolong orang meski dia sendiri perlu pertolongan.
Mutia juga baru mengetahui fakta kalau Freya sudah memiliki anak saat Ibunya Freya meninggal tiga tahun yang lalu. Dia juga begitu kaget saat Freya menceritakan masa lalunya yang menjadikannya single parent buat putri kecilnya, Maura di usia yang masih tergolong muda.
Dan sejak saat itulah Mutia tinggal bersama Freya dan juga si kecil Maura yang selalu memanggilnya Mama.
"Mola anggil ante tiya Mama saja ya? Bial Mola puna dua Ibu. Bunda sama Mama."
Mutia sendiri dia anak yatim piatu yang tinggal bersama Paman dan Bibi nya. Namun sejak Ibu nya Freya meninggal, Mutia lebih memilih tinggal bersama Freya dengan alasan karena adanya si kecil Maura yang langsung membuatnya jatuh cinta.
"Maura mau makan apa? Biar Mama yang bikin sarapan pagi ini." kata Mutia mengalihkan perhatian Ibu dan anak itu yang sedang menyelami rasa rindu.
Freya segera menghapus air matanya kasar sebelum putrinya melihatnya.
Maura nampak berfikir, dia menatap Bundanya meminta pendapat. "Makan nasi apa makan roti, Bunda?"
"Memangnya Maura mau makan apa?" tanya Freya balik pada putrinya yang masih berada di pangkuannya.
"Maura ingin makan nasi yang di gulung sama rumput laut itu loh, Bun." jawabnya dengan mata berbinar membayangkan betapa lezatnya makanan itu.
"Yang lain aja sayang. Rumput lautnya habis. Belum beli kemarin." sahut Mutia sedikit menyesal. Padahal kemarin dia belanja tapi lupa tidak membeli rumput laut.
Wajah Maura langsung cemberut. Tadi ditanya minta apa, giliran dia minta malah disuruh minta yang lain aja. Padahal Maura sudah ingin banget makan nasi yang di gulung dengan rumput laut itu.
"Gimana kalau Bunda bikinin Maura rolade ayam saja." tawar Freya menatap putrinya itu. Karena dia tahu, putrinya itu paling suka rolade ayam. Apalagi yang bikin Bunda Freya.
"Sama nauget juga ya, Bun." katanya dengan wajah kembali ceria tak lupa matanya yang dikedip-kedipkan lucu.
"Kamu kok ngelunjak banget sih sayang, hmm." Freya menciumi wajah putrinya itu dengan gemas dan memberi gelitikan di perut Maura membuat Maura bergerak di pangkuan Bunda Freya dan berusaha menghindar dari serangan Bundanya. Tangan Freya satunya dia gunakan untuk memegangi putri kecilnya supaya tidak jatuh.
"Mama tolongin Maura." teriak Maura diiringi tawanya, dia merasa geli karena ulah Bunda Freya yang mencium dan menggelitiki perutnya.
Mutia hanya diam saja melihat drama di depannya itu sambil tertawa juga tentunya. Dia merasa iri sama Freya yang begitu kuat, sabar dan tabah dalam menjalani hidup yang keras dan penuh hinaan, caci maki ini.
"Kamu wanita tangguh dan hebat Freya."
"Kamu mampu membesarkan dan mendidik Maura dengan baik."
"Bahkan Maura begitu pintarnya dalam bidang matematika di usia yang belum menginjak tiga tahun."
"Juga dia begitu pandai lima bahasa selain bahasa Indonesia tentunya."
"Bahkan IQ ku lebih rendah dari Maura yang memiliki IQ 160."
"Kamu berhasil melahirkan anak jenius walau tanpa adanya sosok Ayah dan Suami disisi kamu, Freya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
gula-gula kapas
bagus jln cerita nya🥰🥰🥰
2021-11-11
0
3 semprul
suka cerita..... 👍
2021-10-25
0
Yulia Novita
jenius seperti ayahnya sepertinya....
2021-09-17
0