17. Malam Naas

Hujan mengguyur cukup deras sejak sore hari. Karlita duduk termangu di atas sofa depan TV yang dibiarkannya menyala namun acaranya tak menariknya untuk menonton.

Ia hanya butuh sedikit suara saja untuk memenuhi ruangan rumah yang terlalu sepi.

Makanan di atas meja sudah dingin. Sama sekali tak ada satupun dari yang tersaji di sana ia sentuh.

Duan buah van hitam berhenti di depan rumah pengasingan Karlita, dari dua van itu turun sekitar dua belas orang laki-laki berpakaian serba hitam.

Dua penjaga rumah Karlita yang menyadari kehadiran mereka langsung sigap menghadapi, tapi jumlah yang tak sepadan jelas terlalu mudah untuk dikalahkan.

Dua orang penjaga itu sekarat tak sampai lebih dari satu menit, ke dua belas orang itu meringsek ke dalam rumah tanpa disadari Karlita.

Saat mereka muncul di ruangan di mana Karlita termangu, barulah perempuan itu sadar jika apa yang ia takutkan akhirnya kini ada di depan mata.

"Tak ada tempat bersembunyi lagi Nyonya."

Kata pemimpin kawanan berbaju hitam-hitam itu, Karlita yang jelas tak mampu melawan hanya menatap mereka dengan pasrah.

Laki-laki berperawakan tinggi besar yang tak lain adalah Baron itu menyeringai, ia mengarahkan senjata api yang digenggamnya ke arah Karlita.

Perempuan itu sejenak tersadar jika harusnya ia tak pasrah begitu saja, paling tidak ia harus lari menyelamatkan diri, tapi jelas pikiran itu sudah jauh terlambat.

Saat Karlita baru menggerakan kakinya, satu timah panas lebih dulu melesat menembus dadanya.

"Itu untuk Kakakku."

Kata Baron.

Karlita tersungkur ke lantai, nafasnya tersengal-sengal, tangannya mencoba menggapai apapun yang bisa ia gapai.

Baron menghampiri, membidiknya lagi, dan...

Darr!!

Timah panas itu menghujam tubuh Karlita untuk kali kedua, melumpuhkan seluruh sendi tubuh perempuan malang itu.

"Leo... Leo... Ma... afkan... Ibu... Nak."

Lirih suara Karlita menyebutkannya, satu titik bening turut jatuh di sudut matanya.

Baron menggulingkan tubuh Karlita yang benar-benar sekarat dengan kakinya, lalu Baron melepas tembakannya yang ke tiga.

Darr!!

Tembakan itu menghujam tepat di jantung Karlita hingga ia langsung meninggal.

Baron menyeringai. Tugas dan dendamnya terbayar.

Kelak ia ingin melihat seperti apa Leo mengamuk begitu tahu Ibunya mati di tangannya.

Sama seperti ia melihat Ibunya dulu mati karena sakit keras mendapati kakaknya sekarat oleh Leo, ia juga ingin Leo merasakan hal yang sama.

Baron mengajak semua anak buahnya meninggalkan tempat itu, namun sebelumnya mereka merusak semua kamera CCTV dan menghapus rekaman di pos jaga.

Hujan masih terus mengguyur deras, saat dua van hitam itu melaju kencang meninggalkan rumah pengasingan Karlita.

Meninggalkan dua orang pengawal yang meregang nyawa di depan rumah, dan Karlita yang meninggal dengan bersimbah darah di tempat pengasingan terakhirnya.

Sungguh, sejak kedatangannya ke rumah itu, sejatinya Karlita sudah mendapatkan firasat jika ia tak akan hidup lama lagi.

Mungkin rumah itu adalah rumah pengasingan terakhirnya.

Namun, tetap saja, pasti untuk Karlita, bertemu maut secepat itu tetap ia tak pernah siap, apalagi harapannya untuk bertemu Leo sekali lagi belum terwujud sama sekali.

Betapa malangnya nasib Karlita, yang mencoba merebut cinta suami sahabat sekaligus majikannya, kini justeru terbujur seorang diri menghadapi kematian tragisnya.

**--------**

Prang!!

Leo yang baru akan meneguk air minumnya tiba-tiba terkejut karena gelas yang ada digenggaman terlepas begitu saja.

Gelas itu pecah berserak di atas lantai. Leo menatapnya nanar, pun juga dengan Doni dan yang lain.

Mereka baru saja menikmati santap malam ala kadarnya buatan Viera setelah bekerja seharian penuh membenahi cafe yang akan menjadi usaha Leo selama ada di Indonesia.

"Biar aku bersihkan."

Kata Viera yang cepat menuju ke belakang untuk mengambil sapu.

"Aku saja Vier."

Kata Alex, yang kemudian langsung dibantu Hendri dan Kris.

Leo sendiri mengerutkan kening, entah kenapa perasaannya tiba-tiba tak enak.

"Vin."

Leo memanggil Kevin.

"Yah Tuan."

Leo memandang Kevin.

"Ibu, apa yang terjadi padanya?"

Tanya Leo yang entah kenapa tiba-tiba ingat Ibunya.

Sepertinya inilah yang dinamakan darah lebih kental daripada air, di mana Leo dan Ibunya tetap terhubung meski keduanya sudah begitu lama terpisah dan sama sekali tak pernah berkomunikasi.

"Terakhir saya bertemu sudah sangat lama Tuan, saya sama sekali tidak tahu beliau bagaimana."

Leo tertunduk, raut wajahnya begitu putus asa.

Leo beranjak keluar dari cafe nya. Ia menatap langit yang gelap berselimut mendung tebal. Malam itu berbeda dengan tempat Karlita yang hujan turun dengan deras, di tempat Leo hujan belum tampak turun namun jelas terlihat gumpalan mendung sejak sore hari.

Leo mencoba menghubungi nomor sang Ayah, namun tak aktif.

Sudah biasa.

Nomor Ayahnya memang tak ada yang aktif yang diberikan pada Leo.

Komunikasi mereka hanya terjalin jika sang Ayah menginginkannya, tak lebih dari itu.

Leo menggeram. Ia sangat benci dengan hidupnya.

Viera menatap Leo dari balik kaca pintu cafe, lalu kemudian beralih pada teman-temannya.

"Ibu Tuan Leo, memangnya di mana dia?"

Tanya Viera.

Semua menggeleng.

Viera jadi ingat Karlita, majikannya yang begitu sedih menginginkan bertemu putranya. Kini ia punya majikan baru yang sedih karena ingin bertemu Ibunya.

Sungguh menyedihkan hidup mereka yang terpisah dari orang-orang yang mereka sayangi. Viera bisa mengerti karena Viera juga merasakan hal yang sama, terpisah dari kakak satu-satunya.

Di tempat lain, Baron dan anak-anak buahnya tengah terbahak dan berpesta minuman keras.

Bonus besar dari pimpinan siap mengalir ke rekening mereka, begitu Baron melaporkan apa yang baru ia lakukan dan kemudian sang pimpinan terlihat tersenyum puas.

"Satu target akhirnya selesai, tinggal anaknya."

Kata Baron lalu terbahak-bahak disambut para anak buahnya yang setuju dengan kalimat Baron.

Sebuah tangan mengepal diam-diam, darah terasa telah mendidih hingga ubun-ubun. Jika Roy nekat menghajar mereka sudah pasti kalah jumlah, dan tentu itu hanya akan sia-sia.

Sungguh bajingan-bajingan ini ingin Roy habisi secepatnya, ia sudah berpikir ratusan kali untuk bisa melepaskan diri dari sana.

Tak ada cara lain dengan pura-pura mati hingga kelak ia dibuang seperti Sapta.

Hanya itu, dan semoga tak ia tak dibuang ke jurang jika ingin tetap selamat.

"Sisanya besok kau urus cecunguk itu."

Kata Baron pada anak buahnya sambil menunjuk Roy yang pura-pura mati di dalam sel.

"Yah besok kita buang saja di pinggiran tol, supaya dikira korban begal."

Kata anak buah Baron.

"Lagipula ia pasti akan seperti Sapta, mati sia-sia dan tak ada yang peduli mencari pembunuhnya."

Kata Baron tertawa.

Roy mengepalkan tinjunya sekali lagi, mulut itu, kelak aku akan menghancurkannya hingga tak mampu lagi mengeluarkan kalimat tak berguna. Geram Roy dalam hati.

**--------**

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Kasihan Karlita blm bertemu putra kesayangannya sdh meninggal lebih dahulu..

2023-05-08

1

Iedha Ady

Iedha Ady

author ga memberi kesempatan seorang ibu bertemu anaknya dulu..😞

2022-05-31

1

Masniah

Masniah

serem jg novelnya othor CILAMICI😎

2022-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Musim Panas Terakhir
3 2. Gadis Karate
4 3. Saviera Dan Luna
5 4. Anakku, Di Mana Kau?
6 5. Pantang Melanggar Sumpah
7 6. Nasib Perempuan Kedua
8 7. Siapa Mencari Siapa
9 8. Sekelompok Pemburu
10 9. Wajah Itu
11 11. Gelisah Semalaman
12 12. Senyuman Pertama
13 13. Target Pemburu
14 14. Harimau Itu Kembali
15 15. Terendus
16 16. Gagal Menguping
17 17. Malam Naas
18 18. Kabar Kematian Karlita
19 19. Mengamuk
20 20. Aku Bukan Aleena
21 21. Luluh
22 22. Perguruan Mawar Hitam
23 23. Sosok
24 24. Terasa Aneh
25 25. Tanda Tanya
26 26. Apa Kau Gila
27 27. Takdir
28 28. Reuni Bad Boy
29 29. I'm Back
30 30. Gelisah
31 31. Terbakar
32 32. Kembali Ke Jalan Hitam
33 33. Tentang Rasa
34 34. Apa Maunya?
35 35. Bayang Masa Lalu
36 36. Menghilang Lagi
37 37. Keberadaan Roy
38 38. Semaunya Sendiri
39 39. Bos Besar
40 40. Sebuah Kejutan Tentang Viera
41 41. Kasih Ayah
42 42. Tak Ada Yang Bisa Menghalangi
43 43. Berusaha Mengerti
44 44. Serangan Tak Terduga
45 45. Amarah
46 46. Harimau VS Musang
47 47. Jangan Seperti Roy
48 48. Kacau
49 49. Terasa Berbeda
50 50. Kakak Laki-Laki
51 51. Tragis
52 52. Dendam Dari Masa Lalu
53 53. Terror Kematian
54 54. Tahan Boss
55 55. Sebuah Tanda
56 56. Masih Gelap
57 57. Goresan Tangan Aleena
58 58. Mega Mendung
59 59. Sialan, sial!
60 60. Jangan Bilang Kamu Hantu
61 61. Teka Teki Tentang Ped
62 62. Kebenaran Pahit
63 63. Siapa Kau Ped?
64 64. Terbukanya Kunci Pertama
65 65. Satu Demi Satu
66 66. Sekelam Malam
67 67. Terhempas
68 68. Rasa Yang Berbeda
69 69. Pertemuan Saudara Tiri
70 70. Terlalu Rumit
71 71. Abelard Belindo
72 72. Kunci Kedua
73 73. Bad Boy's
74 74. Buku Harian Aleena
75 75. Tanda Tanya Besar
76 76. Kesal Salah Paham
77 77. Titik Temu
78 78. Badai Kecil
79 79. Hilangnya Tuan William
80 80. Leo
81 81. Mendekati Target
82 82. Rosario Dawson
83 83. Gerak Cepat
84 84. Saatnya Menjadi Pemburu
85 85. Pemburu Yang Diburu
86 86. Fight Fight Fight...
87 87. Saatnya Berhenti
88 88. Akhirnya
89 89. Sebuah kebenaran
90 90. Berkumpul Lagi
91 91. Menatap Senja
92 92. Akhir Sebuah Kisah
93 93. Othor Menyapa
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Prolog
2
1. Musim Panas Terakhir
3
2. Gadis Karate
4
3. Saviera Dan Luna
5
4. Anakku, Di Mana Kau?
6
5. Pantang Melanggar Sumpah
7
6. Nasib Perempuan Kedua
8
7. Siapa Mencari Siapa
9
8. Sekelompok Pemburu
10
9. Wajah Itu
11
11. Gelisah Semalaman
12
12. Senyuman Pertama
13
13. Target Pemburu
14
14. Harimau Itu Kembali
15
15. Terendus
16
16. Gagal Menguping
17
17. Malam Naas
18
18. Kabar Kematian Karlita
19
19. Mengamuk
20
20. Aku Bukan Aleena
21
21. Luluh
22
22. Perguruan Mawar Hitam
23
23. Sosok
24
24. Terasa Aneh
25
25. Tanda Tanya
26
26. Apa Kau Gila
27
27. Takdir
28
28. Reuni Bad Boy
29
29. I'm Back
30
30. Gelisah
31
31. Terbakar
32
32. Kembali Ke Jalan Hitam
33
33. Tentang Rasa
34
34. Apa Maunya?
35
35. Bayang Masa Lalu
36
36. Menghilang Lagi
37
37. Keberadaan Roy
38
38. Semaunya Sendiri
39
39. Bos Besar
40
40. Sebuah Kejutan Tentang Viera
41
41. Kasih Ayah
42
42. Tak Ada Yang Bisa Menghalangi
43
43. Berusaha Mengerti
44
44. Serangan Tak Terduga
45
45. Amarah
46
46. Harimau VS Musang
47
47. Jangan Seperti Roy
48
48. Kacau
49
49. Terasa Berbeda
50
50. Kakak Laki-Laki
51
51. Tragis
52
52. Dendam Dari Masa Lalu
53
53. Terror Kematian
54
54. Tahan Boss
55
55. Sebuah Tanda
56
56. Masih Gelap
57
57. Goresan Tangan Aleena
58
58. Mega Mendung
59
59. Sialan, sial!
60
60. Jangan Bilang Kamu Hantu
61
61. Teka Teki Tentang Ped
62
62. Kebenaran Pahit
63
63. Siapa Kau Ped?
64
64. Terbukanya Kunci Pertama
65
65. Satu Demi Satu
66
66. Sekelam Malam
67
67. Terhempas
68
68. Rasa Yang Berbeda
69
69. Pertemuan Saudara Tiri
70
70. Terlalu Rumit
71
71. Abelard Belindo
72
72. Kunci Kedua
73
73. Bad Boy's
74
74. Buku Harian Aleena
75
75. Tanda Tanya Besar
76
76. Kesal Salah Paham
77
77. Titik Temu
78
78. Badai Kecil
79
79. Hilangnya Tuan William
80
80. Leo
81
81. Mendekati Target
82
82. Rosario Dawson
83
83. Gerak Cepat
84
84. Saatnya Menjadi Pemburu
85
85. Pemburu Yang Diburu
86
86. Fight Fight Fight...
87
87. Saatnya Berhenti
88
88. Akhirnya
89
89. Sebuah kebenaran
90
90. Berkumpul Lagi
91
91. Menatap Senja
92
92. Akhir Sebuah Kisah
93
93. Othor Menyapa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!