Viera menempelkan telinganya lekat-lekat ke daun pintu ruangan yang sengaja ditutup Leo dan disuruhnya Viera membersihkan.
Ruangan yang entah berguna untuk apa nantinya itu seperti sebuah ruangan kerja yang hanya ada satu set meja dan kursi.
"Terlalu jauh, mereka sebetulnya membicarakan apa."
Gumam Viera penasaran.
Dari tempat Viera hanya sempat bisa mendengar gebrakan meja dan suara nyalang Leo saat menanyakan siapa yang membunuhnya.
Membunuh siapa? Batin Viera.
Viera baru akan beringsut dari daun pintu karena merasa usaha mengupingnya sia-sia saat tiba-tiba pintu itu terbuka dan Viera jadi jatuh terdorong.
"Ngapain kamu di situ?"
Tanya Leo heran melihat Viera berguling di lantai.
Yang benar saja, harusnya aku yang tanya kenapa dia seperti hantu datang tanpa ada suara sama sekali. Batin Viera.
"Hp mu, jangan hilang dan jangan rusak lagi."
Kata Leo sambil berjalan masuk tanpa melihat kembali ke arah Viera.
Ah yah, Leo tadi membelikan hp baru untuk Viera, hp yang bahkan jika Viera harus membelinya sendiri pasti harus menabung satu tahun lagi dari lebihan gaji.
"Iya Tuan."
Viera bangkit dari posisinya, lalu berdiri dengan lap dan sapu di tangan.
Leo memandang keluar dari kaca jendela ruangan itu, kaca yang sudah di lap bersih Viera kini sudah lumayan bisa untuk mengamati jalanan depan cafe.
"Lusa cafe ini akan mulai resmi di buka, kau bekerjalah di rumah saat pagi saja, sisanya di sini tapi tak usah melayani tamu."
Viera mengerutkan kening.
"Akan aku gaji dua tempat, kerja di rumah dan kerja di cafe."
Viera mengamati punggung laki-laki yang kini membelakanginya. Kenapa dia baru bertemu sudah begitu baik padanya?
Leo sejenak menoleh ke arah Viera yang tengah memandanginya, keduanya sekian detik saling menatap dan kemudian saling menghindar dengan membuang pandangan ke arah lain.
Degup jantung tak berirama yang ada pada keduanya kini mulai mengganggu. Leo yang jadi seketika ingat Aleena, sementara Viera jelas ini adalah pengalaman pertama.
Lama ruangan itu hening, tak ada satupun dari mereka yang membuka suara, hingga akhirnya Kevin mengetuk pintu mengagetkan keduanya.
"Tuan Leo, kiriman barang yang dipesan untuk cafe sudah datang."
Kata Kevin.
"Yah baiklah, aku segera turun."
Leo bergegas berbalik badan, melewati Viera yang masih berdiri di dekat pintu.
"Kamu selesaikan saja di sini, aku hanya ingin memastikan kamu selalu aman, mengerti!"
Kata Leo pada Viera yang hanya mampu mengangguk.
Yah, jelas bagi Leo, melindungi Viera adalah kewajibannya saat ini menggantikan Roy sahabat sekaligus saudara untuknya di Laba-laba hitam.
Meskipun, terkadang setiap kali melihat wajah Viera yang begitu mirip Aleena membuat hatinya sedikit terusik.
**---------**
Hendri, Kris dan Alex, yang diboyong Doni untuk membantu Leo di cafe nya tampak sibuk mengusung barang-barang yang akan mereka pakai nantinya.
Mesin kopi, peralatan minum, makan, masak dan semua yang dibutuhkan, hingga cat, wallpaper dinding, hingga lampu.
Leo yang bukan tipe orang yang hanya suka mengatur saja langsung turun tangan pula, ia menyingsingkan lengan kemejanya, lalu membantu mengusung, menata dan merapihkan semuanya.
Seharian itu mereka begitu bekerja keras. Doni dan Kevin bahkan nyaris tak ada waktu untuk bicara saking banyaknya yang harus dikerjakan.
Viera turun ke lantai bawah, saat mendapati Leo melihat ke arahnya ia tampak membungkuk.
"Aku akan masak untuk kalian di dapur, jangan khawatir, aku ngga akan ke mana-mana."
Kata Viera yang lekas berlari menuju dapur.
Leo menghela nafas.
"Dia memang kadang suka keras kepala Tuan, mohon dimaklumi, tapi dia juga jago bela diri kok, meskipun badannya memang kecil dan terlihat lemah."
Kata Doni yang melihat Leo menatap Viera seolah terlalu khawatir.
Leo memindahkan pandangan matanya ke arah Doni.
"Viera bisa beladiri?"
Tanya Leo.
Doni mengangguk.
"Dia ban hitam Gojukai."
Kata Doni.
"Dia?"
Leo menunjuk pintu dapur di mana di dalamnya ada Viera yang lagi-lagi berusaha menguping.
Jelas saja Viera sangat penasaran kenapa Leo begitu peduli padanya.
Jika melihat kebanyakan laki-laki yang bertemu dengannya selama ini selalu memperlakukannya seperti pada laki-laki juga, kenapa Leo seolah melihat dirinya berbeda?
Jika Viera menganggap itu karena Leo jatuh hati padanya pasti akan terkesan sangat berlebihan. Yah, apalah dia? Gadis miskin yatim piatu dan bahkan baru dikenalnya semalam tadi, bahkan jika ini cerita novel atau drama televisi pasti jatuh hati secepat itu tidak akan ada.
Viera menempelkan telinganya dan hanya lamat-lamat mendengar suara Doni menyebutnya memiliki ban hitam.
Hmm... Yah, benar, Viera meraih ban hitam Gojukai dua tahun lalu, dan itu sangat berguna untuknya setiap kali harus berurusan dengan berandalan di jalan.
Viera tanpa terasa tersenyum miring, merasa bangga dengan dirinya sendiri dan merasa sedikit berterimakasih pada Doni yang meninggikan mutunya di depan Tuan mudanya, hingga kemudian...
Dugh!
"Aww!"
Viera memegangi kepalanya yang terbentur pintu untuk kedua kali.
Alex yang baru saja membuka pintu dapur melihat Viera dengan heran.
"Ngapain kamu di belakang pintu?"
Alex masuk ke dapur.
"Mana katanya mau masak?"
Tanya Alex lagi.
Viera cepat membekap mulut Alex agar tak bersuara terlalu keras.
"Iya, ini juga mau masaaaak..."
Kata Viera gemas.
"Kamu menguping yah,"
Goda Alex begitu Viera melepaskan tangannya dari mulut Alex.
"Bukan menguping, aku hanya sedang membersihkan pintu."
Kata Viera.
Alex memonyongkan bibirnya.
"Tuan Muda Leo, dia yang ada di video viral itu, lihat aslinya dari dekat dia ganteng banget, kamu pasti jatuh cinta, ya kan."
Goda Alex lagi yang langsung mendapat tabokan dari Viera.
"Hahaha... Sudah masak saja, aku cuma mau ambil soda."
Kata Alex sambil berjalan ke arah kulkas besar dan mengambil beberapa minuman soda kaleng dari sana.
Viera menghela nafas.
Apa sebegitu ketaranya perasaannya saat ini? Sangat memalukan. Batin Viera tak tenang.
Viera menabok pipinya dengan kedua tangannya, lalu mencoba melihat ada apa saja yang bisa ia olah.
Sementara itu Leo sudah naik ke tangga memasang lampu, ia sangat cekatan melakukan apapun.
Sosok pemimpin sejati memang begitu, langsung turun tangan mengerjakan apapun, bukan hanya menunjuk dan memerintah saja.
Setelah lampu terpasang dan memastikan menyala dengan baik, Leo mulai memasang wallpaper di beberapa sisi dinding yang sekiranya ia rasa memang harus dilapis wallpaper.
Sementara cat dinding ia akan fokuskan untuk di luar ruangan saja.
"Apa nama cafenya?"
Tanya Doni saat akhirnya selesai memasang wallpaper dengan gambar sketsa kota Hamburg.
"Apa menurutmu?"
Tanya Leo.
"Tidak mungkin jika laba-laba hitam cafe and resto."
Kata Doni membuat Leo ingin tertawa.
**--------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Jd ingat restoran milik Liam yg bernama Black Venom sesuai nama kelompok mafianya yg sdh bubar demi mengejar cintanya.. Tawanan Sang Mafia by Lunox
2023-05-08
1
Teti Hayati
boleh ketawa juga tak... ?? 😂😂😂
2022-02-12
0
Kurnit Rahayu
pa jngan2 brondongy istri prtma ppahy Leo tu pimpinan malaikat hitam ....?
2021-12-02
7